Part 5 AJ - Dasar Possesif

35.5K 2K 99
                                    

Happy Reading📖

Aku gak tahu langit berwarna apa. Cerah kah?atau mendung? Kalau tak mendengar adzan mungkin aku pun tak tahu waktu, entah itu siang, malam atau mungkin sore. Hampir dua hari mengurung diri. Marah, sedih kecewa semua bercampur aduk.

Entah berapa kali ayah datang membujukku, mengancam ku sampai dia ikut tak mau makan sepertiku. Melihat kasih sayang mereka hatiku bertambah pilu. Sakit yang kian menyiksa, tak bisa kubayangkan saat mengingat kedua pasangan luar biasa itu. Mereka menanggung derita karna kehadiran diriku.

Andai saja aku tak ada, andai saja aku tak lahir ke dunia ini. Mungkin sekarang mereka sudah punya anak juga cucu. Mereka akan hidup bahagia bersama keluarga besar yang pasti saling menyayangi, mencintai.

"Wulan! Ayah pingsan! Ayahmu pingsan." Teriak ibu histeris.

Aku langsung loncat dari ranjang. Berlari kearah suara ibu yang panik. Kulihat ayah sudah lemas tak sadarkan diri. Wajah ayah pucat dibanjiri air mata ibu.

"Bawa ayah ke mobil Bu."

Kuambil kunci mobil dari lemari. Kunci yang sudah tersimpan beberapa hari itu akhirnya kini kugunakan. Kubuka pintu dengan cepat, aku bantu ibu untuk membopong ayah. Lalu segera kami meluncur kerumah sakit.

"Sayang, jangan seperti ini. Kamu harus tunaikan janji-janjimu, kamu harus kuat sayang. Kamu sudah janji akan sehat hingga kita bisa menimang cucu kelak. Kamu berjanji akan bertahan sampai anak kita bahagia nanti." Ibu merengek tanpa menghiraukan aku.

Ibu terus menangis, dia terus membebel tak berhenti. Dia keluarkan keluh kesahnya tanpa sadar aku yang sudah sangat sakit mendengar semua celotehnya.

Mataku kian perih. Air mata yang tak berhenti beberapa hari lalu, entah seperti apa kelopak mata ini. Bahkan akupun tak berani melihat cermin, aku malu dengan diriku sendiri, aku sangat malu ibu.

•••


"

Pak Yudi. Terima kasih pak atas kerja kerasnya, terima kasih telah membantu keluarga saya." Kuucap dengan hati tulus setelah melihat pak Yudi keluar dengan Adit.

Pak Yudi pulang kekantornya. Sedangkan Adit ikut pulang denganku, sekalian akupun ingin berjumpa dengan bibi Reni juga paman. Kini aku akan pokus dengan keluarga ibu. Aku tak mau keluarga ibu ada yang menderita.

"Rumahmu masih ditempat dulu kan?" Kutanya Adit dalam perjalanan.

"Masih disekitaran situ kak." Jawabnya.

"Maksudnya kamu pindah rumah?"

"Iya kak, sudah lama kami pindah. Kini kami ngontrak kak, rumah dijual." Adit memalingkan wajahnya.

Wajahku menoleh kearahnya. Jelas kaget karna aku tak tahu jika bibi menjual rumahnya.

" Sebenarnya ada apa dengan keluarga kamu Adit?"

"Beberapa bulan yang lalu ayah pingsan kak, lalu beliau stroke. Berbagai macam cara kami lalui untuk kesembuhan ayah. Mobil, perhiasan, dan yang terakhir rumah. Kami tak tahu lagi harus mengobati ayah dengan cara apa kak, kami sudah kehabisan uang. Harta benda kami sudah habis dijual."

"Maafkan kakak Adit. Kaka gak tahu jika kalian sangat kesusahan. Kenapa kalian gak datang kepada kakak?" Aku kembali menatap Adit.

Adit melepas nafas panjang.

"Adit juga tahu jika keadaan Kaka juga bibi Tesa tak baik-baik saja. Ya Tuhan, kurang ajar sekali aku. Aku sampai lupa berterima kasih dan menanyakan kabar kak Wulan. Ya Allah maafkan Adit kak."

AUTO JANDA [ TAMAT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang