Part 3 AJ - Surat untukku

37.4K 2.3K 76
                                    

Happy Reading📖


Flashback on

Jauh sebelum pernikahan.

"Hei. Manusia tak punya adab. Beraninya dengan orang tua." Teriakku saat melihat kumpulan laki-laki yang sedang menyiksa bapak paruh baya.

"Jangan ikut campur. Pergi jika mau selamat!" Ucap salah-satu pria berkepala botak.

Bukan Wulan namanya jika harus pulang dengan hati gondok. Lebih baik terjun sekali dari pada dibilang pengecut. Ku Lempar manusia botak itu dengan batu hingga terhuyung, batu yang sudah kusiapkan sedari tadi.

Nampak sekumpulan manusia tanpa adab itu panik. Salah satu dari mereka mencoba membangunkan si botak yang sudah tersungkur di tanah. Ku Gulung baju kemejaku, ku lempar tas selempang berikut jaket. "Maju kalian semua!"

Kumpulan laki-laki itu menatap bapak paruh baya. Tatapan cukup lama hingga bapak itu menggeleng lalu tertunduk. Tak lama kemudian mereka semua lari, hanya si botak dan satu kawannya yang masih tertinggal. Lalu sekumpulan pria itu datang kembali dan langsung membopong si botak dengan tergesa.

"Pengecut kalian semua!"

Kuambil tas selempang ku, kupakai jaket yang tadi kulempar. Aku datang kepada bapak tadi, ternyata tak ada luka diwajahnya. Aku periksa tubuhnya yang lain dan ternyata memang baik-baik saja. Bapak itu tersenyum santai, wajah yang sama sekali tak memperlihatkan ketakutan.

"Untunglah jika bapak baik-baik saja, hati-hati pak. Daerah sini memang selalu banyak laki-laki pengangguran."

Bapak itu menatap tajam wajahku yang kucel. Wajah yang seharian bertarung dengan terik, seharian mencari mangsa agar mau membeli rokok yang ku tawarkan.

"Saya pak Giman . Adek siapa namanya?" Ucapnya sedikit bergetar.

"Saya Wulan pak. Wulandari, panggil saja Wulan." Bibirku mengembang saat pak Giman mengulurkan tangannya.

"Saya harus cepat-cepat pulang, maaf. Bapak mau saya anterin? Oh iya. Bapak pulang kemana?" Kepalaku celingukan. Mencoba menerawang kemana arah pulangnya bapak ini.

"Gak usah dek, nanti sopir saya jemput. Ini, terimalah. Anggap saja ini ucapan terima kasih saya karna kamu sudah menolong bapak tadi." Tangan kanannya mengulurkan tas karton berukuran sedang.

Mataku terbelalak. Tak sengaja kulihat isi didalam tas karton itu. Terlihat seperti uang yang cukup banyak, uang yang tersusun rapi.

"Maaf pak, saya tak boleh terima. Maaf sekali pak, saya harus benar-benar pergi sekarang." Sontak tanganku menolak dan langsung pergi dengan tergesa.

Flashback off

•••

Pagi yang cerah. Rasanya tubuh ini sudah lama tak olah raga, mungkin tak ada salahnya jika aku pergi berjoging. Sekalian menghirup udara segar dikampungku, kangen juga rasanya. Setahun sudah aku tak pernah melihat suasana kampungku.

Setelah bersiap untuk pergi tak sengaja kulihat tumpukan paket dirak besar itu. Tumpukan paket yang entah berapa puluh, intinya rak besar itu hampir terisi. Hatiku gelak puas, rasanya cukup puas mengerjai ibu kemarin. Pasti beliau kelelahan membuka pintu untuk tukang paket dari siang hingga malam.

Tunggu, bukankah ayah tak minum susu? Lalu susu itu untuk siapa? Segelas susu terhidang dengan roti tawar yang sudah dikasih slay strawberry kesukaanku. Jika ibu membuat untuk dirinya juga tak mungkin, setahuku ibu alergi dengan yang namanya slay. Slay apapun beliau tak boleh makan, karna dulu pernah kejadian dia memakan slay strawberry ku, lalu dirinya muntah sampai pucat.

AUTO JANDA [ TAMAT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang