Vote dulu sebelum baca⭐
•••
Happy Reading❤️
Ku langkahkan kaki menghampiri Adit yang ikut memanen jagung.
"Eh, kak Wulan." Sapa Adit saat melihat ku.
Ku balas dengan senyuman, "gimana, Dit, hasil panen hari ini?" Tanyaku membuka topik.
"Alhamdulillah bagus, kak. Jagung nya bagus semua. Sepertinya tanaman yang lain pun seperti itu." Jawab Adit dengan semangat.
Adit memberi tau ku cara memetik jagung, tak ada salahnya jika aku membantu.
"Eh non Wulan biar kami saja" ucap salah satu pekerja saat melihat aku memasukkan jagung ke dalam ember besar.
"Tak apa, pak." Jawabku seraya tersenyum ke pada beliau.
Selang beberapa menit mas Evan datang dengan membawa dua kantong plastik besar, mungkin itu makan siang untuk para pemanen. Mas Evan meletakkan plastik itu di pondok dan melangkah kan kaki ke arah ku.
"Sayang kamu jangan panas-panas, aku tak mau bidadari ku terbakar sinar matahari." Mas Evan menarik tanganku ke tempat yang lebih teduh.
"Jangan lebay mas, aku malu." Cicit ku pelan melirik kanan kiri.
Ada beberapa ibu-ibu yang bekerja menatap kami sambil tersenyum, sesekali mereka berbincang lalu tertawa. Mungkin kah mereka membicarakan ku dan mas Evan? Ya tuhan mau ku taruh dimana wajah ini!
"Sayang, wajah mu merah merona..," goda mas Evan mencolek daguku.
mas Evan ku tatap tajam, ku punggungi mas Evan dengan hati di penuhi kupu-kupu terbang. Ku tangkup kedua pipi ku yang pastinya sudah semerah tomat.
Lihat saja apa yang di lakukan mas Evan saat ini, ingin rasanya ku telan hidup-hidup. Dengan santai mas Evan memeluk ku dari belakang, Ya Rab tolong pindah kan aku ke planet lain! Pekik ku dalam hati. Aku pernah dengar pribahasa membunuh tanpa menyentuh, andai saja hal itu bisa ku lakukan, sudah ku pindahkan jiwa mas Evan ke alam baka.
•••
Sampai di rumah
Ku lihat Bu Tari dan Bu Gendis kesusahan menyeret ember besar ke belakang rumah, sesekali bu Tari membebel kesal kepada bu Gendis.
Ya Tuhan, jika sudah ada bu Tari ku pastikan rumah ini kembali ramai seperti pasar malam.Aku berbaring di atas kasur, sementara mas Evan duduk di sofa kamar sambil mengetik sesuatu di laptop nya.
Tak ambil pusing dengan mas Evan, ku langkahkan kaki menuju kamar mandi, sepertinya aku harus memanjakan diri setelah seharian berkebun.
"Segarnya!" Seru ku saat berendam di bathtub.
Aroma sabun yang harum sangat sopan masuk ke indra penciumanku. Setelah beberapa menit berendam dan hari sudah mulai senja, segera ku sudahi ritual ini.
"Aaaaa...!!!!" Mas Evan mengagetkanku, spontan aku berteriak. Mas Evan tertawa puas, dasar menyebalkan!
"Wulan mas ada sesuatu untuk kamu," Ku lihat mas Evan menyembunyikan sesuatu tangan kanan nya tersimpan di belakang, kening ku berkerut menebak-nebak benda apa yang berada di genggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTO JANDA [ TAMAT ]
Teen Fiction"Semua bajumu sudah aku kemas. Mulai hari ini kamu bukan istriku lagi. Ibu di bawah sudah menunggumu, baik-baik menghadapnya." Evan menatap datar. "Oke," Timpalku tak kalah datar. "Kamu gak sedih? Aissh, benar-benar kamu Wulan." Ucapnya kesal. Kutar...