Part 30 AJ - Kenyataan Pahit

10.9K 576 55
                                    

Mari Vote sebelum baca⭐
____________________________

Happy Reading ❤️


Evan POV

Full version


Baru kali ini ku lihat Ari berbicara serius seperti ini, sebelum-sebelumnya pasti ada sedikit bumbu yang akan membuat kami berdebat terlebih dahulu, no tho the point.

Ku lihatkan ekspresi tenang, "kalau begitu jangan banyak basa-basi," kataku.

"Baik aku langsung saja ke intinya. Apa kau mengetahui kondisi Wulan saat ini lagi berbadan dua?" Seperti tersambar petir di siang bolong, seluruh badan ku terasa tersengat.

"Apa maksud nya ini? W-wulan h-hamil? Benarkah?" Ari mengangguk.

"Istriku hamil?"

"Iyaa ... Evan Putra Baene."

"Tak usah bercanda, untuk saat ini aku lagi tidak mood melayani guyonan mu, Ari." Jawab ku malas, ya, tentu saja aku tahu kalau Ari berusaha membuat lelucon.

Ari menatapku lekat, tunggu dulu! Apa jangan-jangan Ari serius dengan ucapannya?

"Kau pikir aku lagi bercanda, aku serius dugong!" Ketus Ari.

"Jadi, W-wulan--"

Apa kabar ini yang ingin disampaikan Wulan? Ini kabar gembira yang dia maksud?

"Selamat atas gelar Ayah mu sob ... Tapi,"

Aku menatap Ari serius saat kata tapi keluar dari mulutnya, "tapi apa? Jangan bertele-tele langsung saja!" Bentakku.

Ku lihat Ari menghela napas sebelum melanjutkan ucapan nya.

"Maaf." Aku merasa berlebihan sudah membentak Ari.

"Wulan keguguran, usia kandungannya sudah dua bulan."

Tatapan iba terlihat jelas dari manik mata itu, Ari menepuk tangan ku pelan yang berada diatas meja.

Badan ku terasa membeku, pikiran ku kosong saat mendapat kenyataan pahit ini.

Ari menepuk pundak ku, "masih ada satu hal lagi dan kau harus tabah."
"Banyak sekali ... satu saja tak boleh?" Cibirku.

"Aku serius!" Seru Ari dengan nada kesal.

"Bercanda, lanjut," tukas ku sedikit tersenyum.

"Buka hanya masalah keguguran saja, saat diperiksa kembali ... ternyata, rahim Wulan mendapat riwayat kandungan lemah..."

•••

Seluruh keluarga sudah berkumpul di dalam bilik Wulan, ku langkahkan kaki ikut bergabung dengan mereka. Wulan masih terbaring lemah dengan infus di tangannya.

"Dokter Ari bilang apa, nak?" Tanya ayah saat ku daratkan bokong ini di kursi samping beliau.

Tak hanya ayah yang penasaran, seluruh anggota keluarga pun sama halnya. Terlihat jelas dari raut wajah mereka yang menunggu jawabanku.
Ku ceritakan semua kepada mereka seperti Ari jelas kan kepada ki tadi.
Satu persatu dari mereka merespon kaget terlebih lagi buk Tesa, ibu mertuaku. Mata beliau mulai berkaca-kaca dan ayah menunduk lesu.

AUTO JANDA [ TAMAT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang