Budayakan vote sebelum baca⭐
_______________________________Happy Reading ❤️
"Dasar babu kurang ajar!!" Pekik bu Tari kesal melempar sendal yang beliau pakai ke arah bu Gendis.
Nyaris saja kena bu Gendis dengan sigap mengelak cepat. Bu Gendis menjulurkan lidahnya keluar persis seperti anak kecil.
"Wlekk ... Tidak kenak," ejeknya.
"GENDISS!!!"
Aku dan mas Evan tertawa lepas. Geleng kepala deh pokoknya kalau sudah ada bu Tari dirumah ini terlebih lagi bu Gendis yang sudah memiliki kekasih.
Bu Gendis dan pak Dadang ke taman belakang dimana ada ayah dan ibu yang kembali merasakan puber kedua mereka.
"Nyah... Gantian dong saya juga mau pacaran, jangan nyonya terus udah sana nyonya masuk," bu Gendis menatap pak Dadang dengan genit manjanya.
Ibu mengeluarkan mata elangnya, tajam dan mematikan. "Enak saja, memang kamu siapa berani ngusir saya!" Ibu turun dari ayunan di susul oleh ayah.
"Gendis gitu loh..." Ujar bu Gendis sambil bersedekap.
Ibu hendak mengeluarkan sumpah serapah andalannya, ayah langsung melerai dan membawa ibu masuk ke dalam rumah.
Merasa menang bu Gendis menjulurkan lidah nya ke arah ibu, ibu memberi isyarat tangan berbentuk huruf V yang di arahkan ke mata beliau lalu di tuju ke bu Gendis, seperti hendak mengatakan, matamu jangan sampai ku colok!
"Loh, ternyata ada bu Tari," sambut ayah berjabat tangan dengan ibu mertuaku.
"Kapan sampainya, bu?" Tanya ibu.
"Puluhan menit yang lalu." Sahut bu Tari.
"Ibu, tak ada kata-kata yang lain untuk dijawab?" Timpal mas Evan.
Suara ketawa bu Gendis begitu nyaring terdengar, "Hahaha... Puluhan? Apa itu yang mulia?""Diam kamu, Gendis! Aku tak butuh suara mu." Suara bu Tari.
"Lho, sebentar saja pacarannya, bu?"
"Iya den Evan, ini si Dadang katanya takut kalau berlama-lama. Nanti yang mulia bisa ngamuk."
"Bagus, Dang. Gaji kamu saya tambahin dua kali lipat." Bu Tari menatap bu Gendis dengan wajah senewen.Ke dua pasangan tua ini ikut bergabung dengan kami. Lama berbincang ayah pamit hendak ke toilet.
Ku tatap kepergian ayah dengan nanar, entah kenapa rasa takut kehilangan ayah begitu berasa di hatiku.
Limas belas menit berlalu ayah tak kunjung kembali.
Brakk!!
Aku kaget saat mendengar suara nyaring dari kamar mandi, sepertinya ada sesuatu yang terjatuh. Tak hanya aku satu ruangan ini pun sama kagetnya denganku. Dengan cepat ibu beranjak dari duduknya aku menyusul beliau dari belakang. Ternyata mas Evan dan bu Tari pun ikut di belakang ku.
"Honey ... Honey..." Ibu mengetuk pintu kamar mandi.
Pikiran ku menjadi buruk, aku takut ayah kenapa-napa. Berulang kali ibu mengetuk pintu tapi tak ada sahutan.
"Ibu minggir dulu, biar aku dobrak saja pintu ini!" Kata mas Evan mendapat anggukkan kepala dari ibu.
Mas Evan berusaha mendobrak pintu kamar mandi. Namun nihil, pintu tak kunjung terbuka. Tak menyerah begitu saja, mas Evan menendang pintu dengan sekuat tenaga. Usaha tak menghianati hasil, akhirnya pintu terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTO JANDA [ TAMAT ]
Teen Fiction"Semua bajumu sudah aku kemas. Mulai hari ini kamu bukan istriku lagi. Ibu di bawah sudah menunggumu, baik-baik menghadapnya." Evan menatap datar. "Oke," Timpalku tak kalah datar. "Kamu gak sedih? Aissh, benar-benar kamu Wulan." Ucapnya kesal. Kutar...