Mari vote sebelum baca ⭐
_____________________________Happy Reading ❤️
"Akhirnya saya kembali ke rumah lagi!" Seru buk Gendis saat menginjakkan kaki memasuki rumah.
Hari ini aku dan ayah sudah di perbolehkan pulang, ibu membawa ayah ke bilik kamar supaya langsung beristirahat.
"Bu, tolong buatkan Wulan jus apel ya gula nya sedikit saja." Bu Gendis mengangguk."Mas," sapa ku sambil tersenyum.
Aku berjalan memasuki kamar, mas Evan sudah terlebih dahulu masuk membawa koper pakaian ku dan dirinya. Ku lihat mas Evan lagi bersantai merebahkan diri di kasur dengan mata yang menerawang ke atas.
Mas Evan menatap ku lalu merubah posisinya menjadi duduk ditepi ranjang, aku ikut duduk disampingnya.
Ku genggam tangan mas Evan, rasa bersalah mendatangi ku. Aku merasa gagal menjaga amanah. Aku merasa gagal menjaga calon anak ku dan mas Evan.
"Mas, maaf kan aku..." Lirih ku pelan, tak terasa air mataku sudah mengalir.
Mas Evan menggeleng pelan. "Jangan terlalu di pikirkan sayang, tandanya belum rezeki kita. Sudah tak perlu khawatir mas tak marah, jangan sedih lagi nanti mas ikutan sedih nih." Mas Evan mengecup keningku, tangan nya bergerak mengusap sisa air mata yang membasahi pipiku.
Mas Evan memeluk ku, "kamu harus banyak istirahat, jangan banyak pikiran mas gak mau kamu sakit." Ku balas pelukan mas Evan dan anggukan kepala sebagai jawaban.
Bu Gendis datang membawa jus apel yang aku pesan tadi. Ku lepas pelukan mas Evan dan berjalan menghampiri bu Gendis.
"Maaf non bibi jadi ganggu," ujar bu Gendis sungkan.
"Ah, tak apa bi."
"Ini jus nya non, bibi pamit dulu ya." Setelah memberi jus ke aku bi Gendis pamit pergi.Aku duduk di sofa kamar sambil meminum jus apel. Mas Evan ikut duduk di sampingku. Merangkul pundakku, aku menyandarkan kepala ke pundaknya.
Jus yang menurut ku manisnya pas kini terasa jadi lebih manis lagi disaat mas Evan memperlakukan ku dengan sangat-sangat manis. Ah, ku rasa diri ini akan terkena diabetes dadakan. Takut, ku gelengkan kepala singkat mengenyahkan pikiran buruk itu.
"Kenapa?" Tanya mas Evan menatapku heran.
"Gak ada mas," nyengir ku
Mas Evan melepas rangkul nya, dia mencium keteknya bergantian kanan lalu kiri."Kenapa, mas?" Tanyaku.
"Mas bau ketek ya?"
"Tidak ah, mas wangi." Sahutku polos
"Lalu kenapa kamu geleng kepala saat mas rangkul?""A-anu... Itu..." Ku putar otak mencari jawaban, ya kali aku jujur dengan pikiran random ku tadi.
"Tuh kan bener pasti mas bau, sudah mas mau mandi dulu."
Mas Evan berjalan mengambil handuk dan memasuk ke kamar mandi.
"Apa aku salah ya?" Gumamku bermonolog. "Ah, tak ambil pusing. Bagus aku nikmati jus ini saja!" ku sedot jus apel ini sampai habis, aku berjalan keluar kamar menuju dapur untuk meletakkan gelas kotor bekas jusku.
•••
Di ruang tamu ku lihat dua wanita tua itu tengah asik menonton sinetron istri yang teraniaya, sesekali bu Gendis membebel kesal lantaran istri sah merelakan suaminya untuk si pelakor.
"Aah... Jangan dibiarkan gitu dong, seharunya ditampar saja, gimana sih ini film nya, nyah." Tanya bu Gendis kepada ibu, dengan dada naik turun, emosi.
"Lah mana aku tau Gendis, kau pikir aku sutradaranya." Ibu menjawab kesal sambil mengunyah cemilan kering lalu kembali memfokuskan diri ke kotak hitam besar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTO JANDA [ TAMAT ]
Teen Fiction"Semua bajumu sudah aku kemas. Mulai hari ini kamu bukan istriku lagi. Ibu di bawah sudah menunggumu, baik-baik menghadapnya." Evan menatap datar. "Oke," Timpalku tak kalah datar. "Kamu gak sedih? Aissh, benar-benar kamu Wulan." Ucapnya kesal. Kutar...