Part 1 AJ - Rencanaku

52.6K 2.8K 64
                                    

Happy Reading📖

"Semua bajumu sudah aku kemas. Mulai hari ini kamu bukan istriku lagi. Ibu dibawah sudah menunggumu, baik-baik menghadapnya." Evan menatap datar.

"Oke." Timpalku tak kalah datar.

"Kamu gak sedih? Aissh, benar benar kamu Wulan." Ucapnya kesal.

Kutarik koper besar lalu ku geret keluar kamar. Sembunyikan wajah sedih, mencoba baik-baik saja agar egoku tak tertoreh. Untuk apa juga aku bertahan, toh cintanya Evan memang bukan diri ini yang sederhana.

"Jangan pernah lagi kamu kembali. Dalam amplop ini rasanya sudah sangat cukup untuk menjamin hidupmu beberapa tahun." Tari menatap jijik.

Sejak awal pernikahan sikapnya memang seperti itu. Acuh dan sangat tak ramah. Tari sosok ibu yang selalu memanjakan anak semata wayangnya. Apa yang Evan inginkan selalu dia berikan.

•••

"Ngapain kamu balik? Bawa koper segala, kabur ya! Apa si Evan sudah sadar, apa dia tak buta lagi?" Tesa langsung menyerang saat kedua matanya melihatku yang sudah berdiri didepan pintu.

"Ayah mana? Gak usah ngomel juga, nanti aku pukul pake duit. Senang kamu." Ucapku ketus.

"Anak gak punya adab!" Wajah Tesa murka saat aku nyelonong masuk.

Ibu tiri ku memang seperti itu. Entah harus dengan cara apa aku meladeni sikap kasarnya. Aku bersikap baik malah membullyku, aku bersikap kasar malah tambah menjadi. Semenjak kepergian ibu sikap ramah ku seperti hilang begitu saja, sikap lembut ini sirna tatkala Tesa datang di kehidupan kami.

"Ayah, ayah dimana?" Kepalaku celingukan mencari sosok laki-laki cinta pertamaku.

Aku mencari dengan santai. Biasanya ayah akan duduk di kolam lele yang berada dibelakang rumah. Kalau enggak mungkin beliau pergi ke rumah paman untuk bercengkrama sambil minum kopi.

Benar saja, ayah sedang duduk manis di kolam lele. Pandangan kosong menatap kumpulan lele yang sedang bergoyang didalam kolam yang sudah diberi pakan.

"Jangan melamun." Ku kecup pipi kerutnya.

"Wulan anak ayah. Kapan sampai nak," ayah kaget saat bibir ini mendarat di pipinya.

"Baru nyampe yah." Ucapku sambil memindahkan kursi plastik yang agak jauh dari tempat ayah duduk.

"Suamimu ikut?" Ayah menatapku saat tubuh ini duduk disampingnya.

Aku menggeleng. Kuambil beberapa pelet dari ember, ku lempar ke kolam keruh itu.

"Evan menceraikan aku yah." Mataku menatap langit jingga.

Bersamanya aku kembali menjadi diri sendiri. Egoku akan menciut jika berada disamping jagoanku.

"Kamu baik-baik saja nak." Ayah mengusap pundakku.

Ah, hatiku kini layu. Ku Pastikan kedua mataku sudah tak baik-baik saja. Wanita mana yang akan baik-baik saja ketika di ceraikan begitu saja. Rasanya seperti sampah, dibuang dianggap mengotori.

"Ayah, maafkan Wulan." Kupeluk dirinya yang sudah tak gagah lagi.

Ayah terus mengusap pundakku. Tak ada patah kata keluar dari bibir tebalnya. Sikap seorang ayah hampir sama, beliau tak bisa bicara jika melihat anak perempuannya tersakiti.

"Sayang, kopimu sudah dingin." Teriak ibu.

Kulepas pelukanku saat suara cempreng itu terdengar jelas. Ibu tiri yang tak bisa melihat kami mesra. Pasti kedua matanya melihat kami berpelukan melepas rindu, melepas pedih, melepas semua beban yang selama ini menekan.

AUTO JANDA [ TAMAT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang