JADILAH READERS YANG BAIK DENGAN MENEKAN BINTANG, JANGAN JADI READERS YANG SILENT YA, SATU BINTANG DARI KAMU SUATU KEBAHAGIAAN TERSENDIRI BAGI AUTHOR 🤗
###
Happy Reading
Aku sibuk memasak di dapur dengan bu Gendis dan ibu. Sejak kepergian ayah ibu tak lagi membebel ke bu Gendis karna beliau ikut campur tangan dalam pekerjaan rumah tangga.Biasanya ibu akan sangat sibuk jika bu Gendis akan memasak terutama jika mencuci pakaian kami, ibu sangat tak suka pakaian lelaki tercintanya di sentuh oleh wanita lain.
Mengingat itu semua hatiku kembali sakit, sulit rasanya melupakan ayah, hati ini selalu di isi oleh ayah, ayah dan ayah.
Masih teringat jelas wajah beliau berubah menjadi pucat badan yang tak lagi tegap itu berubah menjadi kaku
Masih teringat jelas saat orang bertanya "mana anaknya, sini cium ayahnya untuk yang terakhir kali, hati-hati air matanya jangan sampai kena ayahnya."
Masih teringat jelas saat tanah basah itu menutupi jiwa dan raga orang yang benar-benar mencintai ku dan cinta pertamaku
Ayah kepergianmu membuatku kehilangan arah, padahal belum sempat ku bertanya bagaimana caranya aku menjalani kehidupan ini, bagaimana agar aku tidak menyerah akan keadaan yang masih sangat tidak aku tau dan belum bisa aku mengerti, bagaimana seharunya menghadapi dunia yang penuh tipu ini.
Tahukah ayah?
Aku sering tertawa, bahkan tertawa itu sangat lepas ulah lelucon bu Gendis dan mas Evan yang selalu menghibur ku.
Namun semua itu palsu karena sebenarnya dalam hati aku sering menangis...Ayah ... Nanti akan ku ceritakan lebih banyak lagi bagaimana cara aku menjalin hidup tanpa hadirmu... Nanti, di keabadian... Aku merindukan mu ayah!
"Assalamualaikum mama Shanum pulang nih.."
Ku sekat cepat air mata yang sudah keluar membasahi pipiku. Untunglah ibu dan bu Gendis tak menyadarinya mereka sibuk dengan kesibukan masing-masing.
Ku tinggalkan sayur kangkung yang lagi ku potong-potong, "bu Gendis aku titip kangkung nya ya, Shanum sudah pulang sekolah." Bu Gendis mengangguk.
"Waalaikumsalam, tak perlu berteriak sayang, mama jadi kaget lama kelamaan mama bisa kena serangan jantung kalau gitu." Jawab ku saat sampai di ruang tv.
Shanum ya itu nama almarhum ibu kandung ku. Nama beliau sudah ku sepakati dengan mas Evan agar menjadi nama anak kami.
Beberapa tahun kepergian ayah Alhamdulillah aku kembali di beri kepercayaan oleh sang kuasa, Kia bebas dari penjara dia mencari ku dan meminta maaf atas semua kesalahannya kepadaku dan pernah menghilangkan janin di perutku meskipun usia kehamilan ku baru dua bulanan.
Kia bilang dia akan hidup di negri orang, ntahlah apa yang di bilang nya itu benar atau tidak, aku tak peduli akan hal itu.
"Mama habis nangis ya?" Tanya Sanum menatap ku serius.
Apa sejelas itu sampai Sanum mengetahuinya?
"Tidak, mama sama sekali tak menangis sayang" elak ku tersenyum hambar.
"Mama tak bisa membohongi ku, aku bukan anak kecil lagi ma!" Ku lihat keseriusan dari raut wajah putri ku ini.
Aissh, bisa-bisanya aku melupakan itu! Selesai ujian ini Sanum resmi menginjak sekolah menengah atas bukan lagi sekolah menengah pertama.
Tak terasa ternyata Shanum sudah remaja saja, mengingat putriku yang sudah remaja aku kembali teringat akan sosok beliau, bagaimana ayah yang sangat ingin menimang cucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTO JANDA [ TAMAT ]
Fiksi Remaja"Semua bajumu sudah aku kemas. Mulai hari ini kamu bukan istriku lagi. Ibu di bawah sudah menunggumu, baik-baik menghadapnya." Evan menatap datar. "Oke," Timpalku tak kalah datar. "Kamu gak sedih? Aissh, benar-benar kamu Wulan." Ucapnya kesal. Kutar...