Azrazel saat ini termenung menatap langit malam yang penuh dengan kabut, ia merasa sedih. Azura akan pergi meninggalkannya dalam waktu yang lama, ia merasa tak rela, ada perasaan sesak di dadanya memikirkan Azura yang akan menjauh darinya. Azrazel tak tahu perasaan apa yang ia rasakan ini, begitu tidak nyaman.
Awalnya saat itu, Azrazel yang masih berusia tiga tahun menunggu ibunya pulang. Ibunya pergi dan berkata bahwa akan ada sosok yang menemani Azrazel agar tidak kesepian saat ibunya kembali, sebuah keluarga yang tidak saling menusuk atau meracuni satu sama lain.
Namun kenyataannya, ibunya tak akan pernah kembali lagi. Satu-satunya orang yang menyayanginya dengan tulus dan melimpahkan banyak kasih sayang padanya telah pergi, dan tak akan kembali. Lalu pria yang adalah ayahnya itu membawa seorang bayi dengan rambut hitam.
Bayi itu dikatakan adalah adiknya, Azura yang mengambil nama ibunya Ivronne sama sepertinya. Azrazel meragukan Azura sebagai adiknya, namun ikatan kuat yang tak bisa ia jelaskan menjadi alasan Azrazel menerima Azura sebagai adiknya. Terkadang ia merasa aneh dengan tingkah laku Azura yang tak mirip dengan ibu maupun ayahnya.
Lambat laun semua berlalu, Azura tumbuh dengan cepat begitupula dengan dirinya. Waktu yang berlalu begitu cepat menciptakan banyak kenangan, tak terasa Azura telah menjadi bagian penting di hidup Azrazel melebihi apapun.
Saat sedang menegak teh di cangkirnya, rasa sakit menyerang kepala Azrazel. Telinganya berdengung, samar-samar ingatan yang tak ia kenal tergambar di kepalanya. Suara kuda yang berlari kencang dan Azura yang memanggilnya, dan kediaman Crazaxs yang berlumuran darah.
Azrazel terhuyung ke belakang dan berpegangan pada ujung meja hingga tak sengaja memecahkan cangkir tehnya. Setelah cukup lama rasa sakit itu kian memudar, Azrazel berjalan ke arah balkon menatap hamparan langit, udara dingin menerpa wajahnya, ia menghela napas berat.
Azrazel memikirkan ingatan aneh itu, suara Azura terngiang-ngiang di kepalanya. Secara tiba-tiba Azrazel mempertanyakan peran Azura di hidupnya, peran apa Azura di hidupnya? Adik atau teman? Jika menganggap adik ia merasa aneh, karena perasaan yang selama ini ada dihatinya tidak seperti itu. Jikapun teman, perasaan itu lebih dari teman. Ikatan aneh yang ia rasakan pada Azura adalah kuncinya, jika ia mengetahui ikatan itu, mungkin semua jawaban tentang pertanyaannya barusan bisa menemui jawabannya.
***
Beralih ke Azura yang kini sedang menikmati membaca buku di balik jendela yang tertutup, suasana kamar itu gelap dan hanya cahaya bulan yang menerangi kamar itu. Menegak secangkir teh melati sambil membaca buku adalah kegiatan yang akan menemani Azura sepanjang malam.
Buku berjudul Primrose; The life that returns repeats itself over and over again. Berkisah antara kisah cinta sejati yang terlarang, antara malaikat dan iblis. Karena perbedaan hubungan mereka ditentang, lalu untuk mencapai titik takdir di mana mereka bisa bersatu, mereka terus menerus mengulang kehidupan mereka. Selalu terus menerus tanpa lelah untuk mengubah takdir, mereka akan memperjuangkan cinta yang terbangun megah di perasaan kedua insan itu.
Terlalu terlarut dalam bacaannya, Azura tak sadar bahwa ia sudah duduk berjam-jam dan tak bergerak dari kursinya selama ini. Saat berdiri rasa keram menghampiri Azura, ia beranjak menuju balkon samping. Tirai itu terbuka lebar, Azura membuka pintu balkonnya dan seketika angin malam yang dingin menerpa dirinya.
Bulan yang bersinar indah dengan angin malam yang dingin, tiba-tiba seekor burung berwarna kuning keemasan terbang menuju Azura. Di kaki burung tersebut tercengkram sebuah surat, Azura bisa tahu siapa pengirimnya bahkan sebelum ia membaca surat itu. Surat itu berasal dari Delvin atau Rouvan, pemuda itu sudah melakukan berbagai persiapan demi perjalanannya.
Lusa Azura akan meninggalkan Crazaxs dan entah kapan bisa kembali lagi. Dirinya pasti akan sangat merindukan Crazaxs, namun yang terpenting saat ini adalah bagaimana ia menyelundup ke dalam keluarga itu? Jika saja ia bisa memanipulasi ingatan, maka semuanya akan jauh lebih mudah.
Tiba-tiba pintu terketuk, suara Noelle terdengar. Noelle masuk setelah Azura mempersilahkan ia masuk, Noelle diam seribu bahasa membuat Azura mengerutkan dahinya.
"Ada apa Noelle?" tanya Azura, ia berbalik menatap Noelle yang menunduk.
"Sebenarnya ... " Noelle menggantungkan kalimatnya, Azura menatapnya bingung karena tak biasanya Noelle berlaku seperti ini.
Azura berjalan ke arah Noelle dengan senyuman manisnya yang entah kenapa selalu berhasil membuat Noelle merinding ketakutan. Tatapan Azura seolah bertanya padanya dengan aura mengintimidasi membuatnya kian gugup.
"Saya sebenarnya ... bukanlah manusia.." Noelle menutup wajahnya, ia takut akan reaksi Azura.
Krikk .. Krikk .. Kriikk ..
Suasana ruangan itu hening, Azura tercengang ia tak percaya pada apa yang barusan ia dengar. Maksudnya bukan manusia apa? Sudah jelas Noelle bukan manusia, lihat saja warna matanya, tingkah lakunya, serta telinga kiri yang sedikit lebih runcing. Apakah selama ini Noelle tak sadar dengan penampilannya? Apakah dia tak pernah berkaca?
Azura menyisir rambutnya ke atas, ia merasa lelah. Apakah karena aktingnya yang terlalu berlebihan tadi sore membuat Noelle menjadi depresi seperti ini? Lama-kelamaan Azura menjadi tambah gila jika Noelle pun menjadi depresi seperti ini.
"Saya bukanlah manusia, saya adalah penyihir. Dari keluarga Franky," Noelle semakin menunuduk ia tak berani menatap Azura, sementara Azura hanya menghela nafas lelah.
"Begini Noele, Aku tak peduli kau manusia atau bukan karena selama ini disekeliling ku pun dipenuhi oleh berbagai ras termasuk penyihir mungkin. Karena itu aku juga tidak terlalu peduli kau berasal dari keluarga manapun, jika kau sudah di sini dan aku mempercayaimu, maka kau adalah orangku. Mengerti!" Azura berujar sambil menggenggam tangan Noelle yang menutupi wajahnya.
Noelle mendongak menatap Azura yang tersenyum hangat, Noelle menatap manik mata Azura yang menatapnya dengan tulus. Di situlah Noelle melihat sosok ibunya, sorot mata yang sama seperti sorot mata ibunya. Noelle tertegun dan tanpa sadar air matanya mengalir, Azura menepuk-nepuk pundak Noelle sambil berharap agar Noelle tidak depresi, cukup dirinya saja yang depresi dan menjadi gila.
Bersambung....
_________________
Story by : DindaQueenzafa [Zaza]
Happy Birthday Zaza! Ngga nyangka bentar lagi lulus smp mau masuk sma, betapa ngga terasanya waktu berjalan. Terima kasih buat kalian semua terkhususnya para readers lama yang masih setia nungguin cerita absurd satu ini, semoga kalian sehat selalu ya!
Ihh sumpah Zaza kesel banget deh, hp zaza di sita sekolah. Memang salah zaza sih, cuma gak adil masa zaza sama dua teman zaza aja yang hpnya di situ. Gurunya kek punya dendam pribadi banget sama zaza dan 3 temen zaza. Padahal di sekolah zaza ngga mainin hpnya bahkan sempet lupa zaza bawa hp, masalahnya tuh ada yang cepuin, kalo ngga ada yang cepuin ngga bakal ketahuan! Tadi di sekolah rasanya mau matahin semua bangku terus ngamuk-ngamuk, tapi ditahan aja walau pensil zaza jadi korban akibat zaza patah-patahin.
Pokoknya ku sumpahin yang cepuin hidupnya sengsara dan gagal terus seumur hidup, gini-gini gw orangnya pendendam an**** awas aja nanti, pokoknya hari menuju ultah tersial sih.
Oh ya ngga nyangka ya kita udah lama juga udah hampir beberapa tahun ya? Pokoknya selamat ulang tahun buat zaza sendiri, semoga semua keinginan tercapai dalam waktu dekat. Terima kasih juga buat kalian semua yang udah mendukung zaza selama ini, dari sd sampe mau sma gini, semoga kalian sehat selalu ya! Zaza minta maap karena sudah berkata kasar, sampai jumpa lagi gays!!
Jangan lupa vote dan komen!
Bye.. Bye..
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Kejam Raja Iblis [The Cruel Stepsister Demon Lord]
Fantasy[Jangan Lupa Follow Zaza ya!] [Alur cerita lambat!] [Tulisan Amburadul/acakan] [Tidak di Revisi!] [Agak ga jelas] "Aku terbangun, tapi ini dimana bukankah aku tadi dari kamar mandi kenapa bisa....?" Ariel seorang gadis berusia 12 tahun yang barusan...