13

96 3 0
                                    

"Ada yang mau ditanyakan, sebelum saya mengakhiri pertemuan ini?"
Rachel mengangkat tangannya, membuat Umayrah dan Nadia syok, pasalnya dari tadi ia hanya sibuk memainkan hpnya tanpa memperhatikan dosen itu sama sekali.
"Ya, silakan."
"Kriteria cewek idaman bapak, kayak apa sih?" Tanya Rachel.
"Baiklah, saya akhiri pertemuan kali ini, Selamat siang," salamnya yang kemudian mengambil tas dan pergi meninggalkan ruangan itu.
"Dasar cuwek! Pantesan aja nggak nikah nikah tuh dosen. Jadi perjaka tua, sampai mati nggak nikah Lo!" Gerutu Rachel.
"Udah tahu pak Dandy profesional, malah kamu kasih pertanyaan kayak gitu," tegur Umayrah.
"Hehehe iseng aja liat orang ganteng, apalagi yang belum punya cewe," katanya
"Ke kantin yuk!" Ajak Nadia.
"Nah, ayuk! Aku udah laper," ucap Umayrah.
"Let's go," kata Rachel.

***

Rachel sibuk memotret makanannya untuk di posting di Instagramnya sebelum di santap. Sementara Nadia sudah mulai melahap nasi gorengnya. Alih alih memegang sendok, Umayrah justru membuka pembicaraan, "menurut kalian ciri ciri orang gagal move on itu gimana sih?"
"Kak Lian gamon, May?" Tanya Rachel.
"Kok kak Lian sih."
"Terus siapa kalau bukan kak Lian," tanya Nadia di sela sela makannya.
"Mm.. suami ku." Ini memang sedikit canggung karena May belum pernah menceritakan statusnya sebelumnya.
"Hah! Lo udah nikah May?!" Ujar keduanya.
"Udah, udah lama sih, jauh sebelum aku masuk kampus ini."
"Kak Lian udah tahu?" Tanya Nadia.
"Belum."
"Kamu nggak ngasih tahu dia?" Tanya Nadia, lagi.
"Dianya nggak tanya," jawab May seadanya.
"Wah bagus nih! Berarti buat gue boleh kan May," celetuk Rachel, asal.
"Emang kak Lian mau sama kamu," ucap Nadia.
"Sewot aja Lo."
"Kok kalian malah berantem sih, jawaban dari pertanyaan aku, tadi gimana?"
"Gimana pertanyaannya tadi May?" Tanya Rachel sembari mengotak atik layar ponselnya.

"Menurut kalian ciri ciri orang gagal move on itu gimana?"
"Aku nggak tahu May, soalnya cinta pertama dan terakhir aku Juna hehehe," kekeh Nadia yang membuat bibir Rachel berubah menjadi bibir bebek.
"Tanya Rachel aja mending, mantannya numpuk segudang."
"Iya sih mantan gue numpuk segudang dan gamon semua sama gue, tapi kan pas gamon udah nggak sama gue. Jadi aku nggak tahu May ciri ciri orang gamon kayak gimana," ucap Rachel.
"Coba kamu cari di buku atau internet, pasti banyak," kata Nadia.
"Boleh deh, nanti aku coba browsing."

***

Umayrah pikir setelah meminjamkan buku buku yang sengaja ia bawa kepada kak Lian, tangannya akan pulang tanpa beban. Namun ternyata hari ini Umayrah memutuskan untuk meminjam beberapa buku ala psikolog cinta di perpustakaan, jadilah tangannya harus membawa beberapa buah buku, lagi saat pulang.
"Aku pinjam dulu ya May," pamit Lian, setelah menerima buku yang disodorkan Umayrah.
"Iya kak."
"Mau pulang kan?"
"Iya," jawab May tanpa menatap wajah Lian.
"Bareng yuk, kedepannya," ajak Lian yang hanya mendapat anggukan kecil dari Umayrah.
"Kamu pinjam buku buku itu buat apa May," tanya Lian yang berharap May sudah mulai mencintainya.
Namun belum sempat May mengeluarkan suaranya, Lian sudah terlebih dahulu berkata, "ah! pertanyaan macam apa itu tadi, kamu kan ngambil prodi psikologi, pasti buku buku ala psikolog itu buat ngerjain tugas."
Namun lagi lagi, saat May belum sempat membenarkan pernyataan Lian, mereka sudah keluar dari gerbang kampus dan Albi yang melihat sosok Umayrah, langsung menekan klakson mobilnya guna membuat Umayrah tahu keberadaannya.
"Kak, aku duluan ya, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."

***

Setelah menaruh buku dan tasnya, May menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke atas kasur. Sementara Albi memilih duduk di sofa seraya membuka laptopnya.
"Capek ya May? Pasti tugas kuliah udah mulai banyak," kata Albi.
"Ya gitu deh mas."
"Apa tugas kuliah kamu, ganggu proses hafalan?"
"Nggak kok mas, insyaallah."
Pria itu menaruh laptopnya dan berjalan kearah ranjang. Lalu, Albi membaringkan tubuhnya di samping tubuh May. Melihat Albi yang memiringkan tubuh menghadapnya, Umayrah pun mengimbangi dengan menghadap ke Albi.
Jari jari Albi mulai mengelus pipi Umayrah yang bersih dari jerawat.
Tiba tiba saja May merasa suhu kamar ini meningkat drastis, ia juga mulai merasa kesulitan untuk bernafas.
Pria itu mengecup lama kening Umayrah. Apa mungkin beberapa hari lagi testpack dari umi, akan berguna.
"Kamu istirahat ya May. Aku mau balik ke kampus dulu, masih ada matkul yang harus ku ajar."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam mas."
Setelah Albi menghilang di balik pintu kamar itu, Umayrah tidak tahu harus berekspresi seperti apa. Haruskah ia kecewa, berduka dan menangis lagi.

***

"Alma, ayo ikut makan bersama kami," ajak Kyai Nashir, saat Alma hendak pergi, setelah menghilangkan beberapa lauk makan malam di meja makan.
"Nggih yai, Kula makan sama rencang rencang saja, di ma'had."
"Katanya nggih, tapi nolak. Pripun to ma Alma, kok lucu sekali kamu hahaha," kekeh Kyai Nashir yang membuat Alma tersenyum lebar.
"Permisi yai," pamit Alma.
"Ya ya ya, silakan."
"Waktu berjalan cepat sekali ya, bah. Perasaan waktu itu Alma baru lulus kelas 6 SD, baru mau berangkat mondok di Jawa tengah. Eh, sekarang udah perawan aja." Ucap umi Aisyah.
"Iya mi, Abah malah ingetnya, baru aja kemarin Nabila sama Alma main masak masakan di halaman rumahnya Bisyri. Kalau nggak salah sih waktu Nabila belum sekolah ya mi," ujar Kyai Nashir.
"Injih bah."
"Wah, berarti Nabila sudah mengenal lingkungan tempat ia pondok ya mi, dari masih balita," ucap Syafa.
"Ya begitulah karena setiap kami ke rumahnya Kyai Bisyri, Nabila dan Niswah selalu umi ajak." Syafa hanya membulatkan mulutnya sambil manggut-manggut.
"Sebenarnya sih umi mengajak semua anak umi, tapi Arsyaka, Albi sama Adnan lebih suka main play station. Ya, umi sih maklum karena zaman segitu kan lagi booming boomingnya PS," kata Aisyah.
"Yang lebih abah maklumi lagi nih, sama suami suami kalian itu, setelah play station nggak ngetrend yang gantiin trandnya game online. Jadilah mereka ketemu Bisyri cuma pas Bisyri yang main ke rumah ini," ungkap Kyai Nashir.
"Tapi baru kemarin itu ya bah, Kyai Bisyri kesini sambil bawa istri dan anaknya, dulu dulu nggak pernah."
"Iya mi."
Umayrah yang sedari tadi hanya mendengarkan pun, akhirnya bersuara, "berarti, selama ini mas Shaka sama mas Albi baru kenal sama mbak Alma waktu mbak Alma tabarukan di sini?"
"Iya May, ternyata putrinya kyai Bisyri cantik juga ya, tau gitu dulu aw!"
Gus Shaka yang mendapatkan cubitan di bagian perut dari sang istri langsung mencium sekilas pipi istrinya, "bercanda sayangku."
Sementara Umayrah justru tenggelam dalam pikirannya sendiri. Wanita itu berfikir, jika Albi mengetahui sosok Alma baru baru ini, bagaimana bisa Alma mengatakan jika mereka sudah dijodohkan sebelumnya.
Apa mungkin jawaban Arshaka tadi adalah kebohongan untuk menutupi perjodohan yang batal itu? Apa mungkin Albi pernah mengenal Alma tanpa diketahui keluarganya? Ataukah mungkin Ning Alma berbohong?
Jika wanita itu berbohong, lantas sebenarnya, siapa wanita yang telah lebih dulu mengisi hati Albi, sehingga May tidak bisa masuk ke dalam hati pria tersebut.

UmayrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang