27

119 4 0
                                    

Sejak Umayrah pergi ke rumah Bu dhenya, Albi memang selalu menyibukkan diri di kampus, ia sering kali pulang larut malam, bahkan pernah sekali dua kali ia pulang menjelang pagi. Entah apa yang sebenarnya ia lakukan di luar sana.
Dan kali ini pria itu pulang ketika keluarganya akan mulai menyantap hidangan makan malam mereka.
"Bi, ayo cuci tanganmu, kita makan malam bersama," ajak Kyai Nashir, selaku ayah kandung dari Gus Albi.
"Abah duluan aja, Albi mau mandi dulu," jawab Albi.
"Mandinya nanti aja bi, kamu udah lama loh nggak makan malam bareng kita," kata Syafa sembari meletakkan makanan yang di bawanya dari dapur, di atas meja makan.
Albi menatap Syafa dengan intens, sebelum ia menaiki tangga begitu saja, tanpa membalas perkataan kakak iparnya itu.
Kini tidak ada lagi Albi yang tersenyum saat melihat Syafa. Suasana hatinya yang dulu begitu tenang saat menatap Syafa, kini telah berubah masam karena kehilangan Umayrah. Kini setiap kali melihat Syafa ia selalu merutuki dirinya karena dulu terlalu mendengarkan bisikan setan hingga ia tidak sadar bahwa dirinya telah jatuh hati pada Umayrah, wanita dengan senyum berlesung yang selalu ia rindukan.

***

"May.. hikss... Umayrah.. maaf hiks.. May bangun May!"
Meskipun mata pria itu masih tertutup rapat. Namun cairan cairan bening tidak berhenti menetes dari kedua indra pengelihatan Albi.
Bahkan Aisyah yang lewat di depan pintu kamar putranya itu sempat terkejut karena suara tangis Albi begitu keras, hingga dapat di dengarnya meski hanya dari luar kamar.
"Albi? Nak, bangun," ujar Aisyah seraya membangunkan anak ke tiganya itu.
"Hikss... May.. bangun.. Umayrah... Hikss.. hiks..."
"Albi bangun! Nak, ayo bangun. Albi?" Ucap Aisyah yang semakin kencang mengguncangkan tubuh Gus Albi.
Al hasil Albi berhasil membuka matanya yang sudah sembab. Ia kemudian segera menghamburkan dirinya ke pelukan sang ibu.
"Mi, aku mimpi Umayrah kecelakaan hikss... Dia tertabrak bus pas nyebrang di jalanan depan kampusnya mi..."
"Sshhtt.. udah ya nangisnya. Masak, anak umi udah nikah masih cengeng."
"Albi takut kehilangan Umayrah mi.. Albi nggak mau itu terjadi hiks.. hikss.."
Entah sejak kapan Albi yang berwibawa dan terkenal cuek ini berubah menjadi cengeng.
Bahkan Aisyah pun ikut heran, sejak kapan putranya ini menjad bucin dengan Umayrah.
"Sekarang Albi ambil wudhu ya? Sholat tahajjud sekalian dzikir minta perlindungan sama Allah untuk Umayrah dan satu lagi," Aisyah sengaja menjeda ucapannya.
"Sebelum tidur jangan lupa baca do'a, biar nggak mimpi buruk lagi."
Albi tidak ingat apakah sebelum tidur tadi Albi membaca do'a. Tapi lebih baik ia melakukan apa yang uminya sarankan. Sudah lama juga ia tidak melaksanakan sholat tahajjud, semenjak istrinya pergi.
"Gih wudhu! Umi kebawah dulu ya," pinta sekaligus pamit Nyai Aisyah.
"Iya mi."

***

Arsyaka yang hendak menuruni tangga kembali mengurungkan niatnya turun, karena permintaan uminya untuk menghampiri kamar Albi terlebih dahulu, guna mengajak sarapan adiknya.
"Eits, jangan turun dulu! Sekalian ajak Albi turun buat sarapan," perintah Nyai Aisyah.
Tanpa mengetuk pintu, Syaka yang mengetahui tidak adanya Umayrah di kamar itu, langsung membuka pintu kamar Albi dengan bersemangat.
"Adek Albi... Ayo sarapan! Buruan tur_
Arsyaka yang melihat adiknya sedang berdzikir menggunakan tasbih digital di atas sajadah, sontak menghentikan teriakan penuh semangatnya itu.
"Subhanallah... adek gue sholih banget kayak abangnya. Ya udah deh lanjutin dzikir aja ya elo, nggak usah sarapan. Gue aja yang habisin makanannya, dadahh," lirih Syaka seraya menutup kembali pintu kamar adiknya.
"Loh, Albi mana Ka?" Tanya Aisyah yang melihat anak pertamanya menuruni tangga dan langsung duduk di kursi ruang makan, tanpa Albi.
"Lagi dzikir mi, nanti kalau udah capek, palingan dia juga turun turun sendiri, cari makanan."
"Ya udah kalau begitu, ayo kita makan duluan," ajak Kyai Nashir.
Namun hingga matahari merosot ke arah barat, Albi tidak kunjung keluar dari kamarnya. Ia benar benar melakukan dzikir panjang untuk Umayrah hari ini. Ia bahkan mengabaikan perutnya yang sudah tidak diisi dari tadi malam.
Barulah setelah ia menunaikan shalat ashar, Albi menuruni tangga rumah itu. Namun bukan untuk makan, melainkan untuk menjemput Umayrah di kampusnya.
Albi memarkirkan mobilnya tidak jauh dari gerbang yang biasa Umayrah lewati.
Albi turun dari mobilnya dan melihat ada banyak sekali mahasiswa yang berlalu lalang, keluar dari gerbang tersebut.
Albi melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 16.30.
Saat pria itu menurunkan tangannya, selepas melihat jam, dari kejauhan terlihat sebuah bus yang tengah melaju ke arah jalanan depan kampus tersebut, sontak ia teringat dengan mimpinya semalam.
Hal yang selanjutnya yang Albi lakukan juga sama seperti yang ada pada mimpinya, yakni mencari keberadaan Umayrah.
Saat bus tersebut semakin dekat dan ia menemukan sosok istrinya sedang menyebrang jalan sambil mengotak ngatiknya handphone.
Umayrah menyebrang tanpa terlebih dahulu melihat kondisi jalanan di sebelah kanan dan kirinya.
Albi semakin panik dan memperkencang lariannya, hingga,
TIINNN!!!!!

UmayrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang