"mbak, kok cepet banget pulangnya. Apa nggak pengen nginep disini lebih lama lagi?" tanya Umayrah sembari membantu Niswah memasukkan barang barang nya ke dalam koper.
"pengennya sih gitu, tapi kasihan santri santrinya mas Umar kalau harus di tinggal lebih lama lagi."
"owekkk..."tangis putra ke tiga ning Niswah yang baru bangun dari tidurnya itu sontak mebuat May dan Niswah kaget. Merekapun segera mendekati bayi itu.
"lohh udah bangun sholihnya uma, sini sini uma gendong," ujar Niswah seraya mengangkat tubuh putranya.
"owekk... Owekk... "
"kok makin keras sih sayang nangisnya," ucap Niswah seraya mengelus elus kepala putranya.
"owekkk.. " tangis itu tidak berhenti, meskipun ning Niswah sudah memberinya ASI .
"eh kok masih nangis, sini sini.. tante gendong" ujar May seraya megambil baby Zafran dari gendongan ibunya.
Ketika Zafran sudah berada di dalam rengkuhan May, seketika tangisnya pun menghilang.
"wah! Diem dia di gendong tante May."
"iya nih diem, kalau gitu ikut tante aja ya, nggak usah pulang."
Mendengar ungkapan itu, Tsabat, putra kedua ning Niswah yang sedari tadi sibuk bermain game, langsung membanting gadgetnya di kasur dan menghampiri Umayrah, "NGGAK BOLEH!!"
"itu adek aku! adek nanti harus pulang sama aku! Tante May kalau pengen beli sendiri,"
Mendengar perkataan bocah tiga tahun itu, membuat Niswah dan Umayrah terkekeh.
"tok!! Tok!! Tok!!"
"cklek!"
"uma ayo pulang! Kata abah mobilnya udah siap." Setelah mengatakan itu bocah berumur tujuh tahun itu berlari menuruni tangga tanpa terlebih dahulu menutup kembali pintu yang tadi ia buka.
"mas Sabil tunggu.. "ujar Tsabat seraya mengejar kakak laki lakinya itu.***
Seorang pria terlihat tengah menyusuri pesawat, mencari nomor tempat duduk yang sesuai dengan tiket yang telah dibelinya. Setelah menemukannya, pria itu segera duduk dan menikmati penerbangannya. Esok adalah hari baru, dimana ia akan mulai menuntut ilmu dengan orang orang baru juga tentunya.
Pada penerbangan kali ini, ia tidak mendapatkan tempat duduk dekat jendela yang menampakkan permen kapas raksasa yang melayang layang. Namun tak apa, itu bukanlah masalah besar baginya.
Tiga puluh menit berlalu sejak pesawatnya lepas landas, kedua bagian bulu matanya mulai bersentuhan. Namun sepasang mata itu kembali terbuka karena ternyata handphone yang digenggamnya sedari tadi, jatuh.
Pria itu sedikit membungkuk untuk mengambil handphonenya yang jatuh tersebut. Namun saat ia bangkit, tanpa sengaja netranya menangkap seorang wanita yang duduk di seberang bangkunya tengah memegang al quran. Kedua indra penglihatan wanita itu terpejam. Namun bibir ranumnya terus berkomat kamit melantunkan dengan lirih ayat ayat suci itu.
"subhanallah. Astagfirullah al adzim ya rabb.." ucap Albi yang terbangun dari tidurnya
Pria itu kemudian beristighfar sambil menatap lekat wajah wanita yang malam itu tengah tidur di sampingnya.
"Maafkan aku May," gumam Albi.***
Hari itu ning Nabila dan gus Adnan telah kembali ke pesantren, tempat mereka menuntut ilmu. Sementara umi tengah menemani abah pergi ke Surabaya untuk mengisi pengajian dan karena beberapa hari lagi liburan pesantren akan berakhir, jadi May dan ning Syafa membuat kue dan beberapa camilan untuk hidangan para wali santri yang datang sowan.
"mbak?"
"Ya May, kenapa?"
"mbak Syafa mulai hafalan al quran umur berapa?" tanya Umayrah.
"Emm... Sejak umur tujuh tahun," Jawab Syafa setelah mengingat ingat.
"Memangnya kenapa May, kamu mau hafalan juga?" tanya Syafa.
"Iya mbak, udah ada niatan insyaallah," jawabnya.
"udah izin ke suami kamu?" tanya Syafa yang hanya dibalas gelengan oleh Umayrah.
"May..." panggil Albi sembari menuruni tangga rumah itu
"wah panjang umur dia. Gih, samperin! Biar aku aja yang mixer."
"iya mbak," jawab May seraya menyerahkan mixer yang dipegangnya kepada Syafa.
"Aku mau keluar, ada sesuatu yang kamu pengen titip?" tanya Albi ketika May sudah berada di hadapannya.
May hanya menggeleng menanggapi pernyataan tersebut.
"ya sudah, aku pergi dulu."
Albi segera beranjak setelah May mencium punggung tangannya. Namun langkah pria itu terhenti ketika May memanggilnya, "mas."
Albi berbalik, "kenapa may?" tanya Albi sembari menghampiri Umayrah.
"aku ingin hafalan al quran mas, aku ingin menjadi istri yang layak untuk kamu." ungkap May.
"May.. " lirih Albi sembari memegang kedua pundak istrinya.
"Qur'an surat An-Nur Ayat 26 menyatakan jika perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji pula, sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik pula. Itu artinya jodoh adalah cerminan diri."
Albi diam sejenak, memberi jeda pada ucapannya, "dan kamu adalah jodoh ku, cerminan diri ku. Jadi tidak ada kata 'tidak layak' baik aku untuk kamu maupun kamu untuk aku."
May hanya diam, tanpa mampu mengatakan sepatah kata pun. Tidak ada yang bisa dibantah atau disalahkan dari kata kata Albi, barusan.
"aku pergi ya, assalamualaikum."
"waalaikumsalam," jawab Umayrah.***
Flash back:
Hari jumat, pagi adalah waktu dimana para santri di sibukkan dengan kegiatan ro'an atau kerja bakti. Karena area pesantren cukup luas, jadi Ro'an yang di laksanakan juga terbagi menurut kamar masing masing.
Kebetulan, pada hari jumat tiga tahun lalu, saat semua anak laki laki umi Aisyah masih menyandang status lajang, santri kamar Mina mendapatkan ro'an membersihkan halaman ndalem.
"itu gus Albi kan? wah, tambah ganteng aja setelah pulang dari Cairo," celetuk salah satu santri putri yang melihat gus Albi melintas di ruang tamu. Pasalnya dinding ruang tamu ndalem Kyai Nashir seluruhnya terbuat dari kaca sehingga siapapun dan apapun yang terjadi di ruangan itu dapat dilihat dari luar.
"eh, mana mana?" kepo beberapa santri putri yang lain.
"eh iya ya makin ganteng"
"aa... Calon garwo kuu.. Udah pinter ganteng lagi"
"al azhar lagi liburan nih?"
"hai gus Albi ganteng, aku calon kakak ipar mu. Calonnya mas Arsyaka."
Ya, begitulah kurang lebih celoteh seluruh anggota kamar Mina yang pastinya tidak terdengar dari ruang tamu rumah itu.
Kerja bakti itu tetap berlanjut. Namun seluruh santri di halaman itu melakukannya sambil berangan-angan bisa menjadi menantu dari Kyai Nashir dan Nyai Aisyah, kecuali Umayrah. Dari tadi ia tetap fokus mencabuti rumput rumput liar di halaman itu karena ia ingat pesan yang bapaknya pernah sampaikan, saat liburan.
"May," panggil ustad Fahmi pada putrinya yang tengah sibuk menonton televisi.
"dalem bapak?" jawab Umayrah dengan mata yang masih fokus menatap layar kaca itu.
"waktu di pondok, kamu sering liat gus-gus e nggak nduk?"
"jarang sih pak. Soalnya mereka jarang kelihatan, tapi sekali kelihatan, aku pastiin aku harus liat. Soalnya ganteng, jadi nggak boleh di sia sia in, buat cuci mata.. " ucap Umayrah, jujur. Gadis itu memang selalu terbuka kepada ayah kandungnya.
"sebagai seorang santri perasaan senang hati melihat para dzurriyyahnya itu mendapatkan pahala, tapi akan mendapatkan dosa jika kamu melihatnya karena menuruti nafsu," kata ustad Fahmi
"Jadi lebih baik di hindari saja ya nduk dari pada mendapat dosa," sambungnya
"nggih pak, insyaalah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Umayrah
RomanceUmayrah Hanum Ar-Rayya adalah gadis 'tidak cantik' yang menerima pinangan Gus Albi Hawnar-Rohim, sesaat setelah ayah kandung May meninggal akibat melindungi Gus Albi dan kedua orang tuanya dari begal. Namun setelah menikah, May baru menyadari bahwa...