"Owekk... Owekk..." Suara tangisan dari bayi mungil itu berhasil menyita perhatian Albi yang sedang menunggu istrinya bersiap. Pria itu berjalan ke dapur, menghampiri pemilik tangis tersebut.
Sampai di dapur Albi melihat Syafa yang sedang membuatkan putra keduanya susu formula, sembari menggendong bayinya dengan sebelah tangan.
Tangis bayi laki laki itu seketika berhenti, ketika ujung botol susu itu berhasil memenuhi mulut kecilnya.
Namun tidak lama kemudian tangis itu kembali pecah, "owekkk.. owekk..."
"Cup cup cup.. jangan nangis lagi ya nak, umi bingung kamu maunya apa."
Albi yang tidak tega melihat Syafa kewalahan dengan tangisan putranya yang semakin histeris, memberanikan diri untuk bertanya, "mbak Keemal kenapa?"
"Eh bi, aku nggak tahu kemal kenapa, tapi tadi dia kayaknya haus, tapi karena ASIku nggak lancar. Jadi aku buatin susu formula tapi setelah dia minum, malah makin kenceng nangisnya," kata Syafa.
"Nggak mau dibawa ke dokter aja mbak? Biar aku yang antar," saran Albi.
"Nggah usah bi, kamu kan mau nganterin Umayrah ke kampus. Lagi pula sebentar lagi pasti mas Syaka pulang dari MA."
Arsyaka adalah kepala sekolah di MA yang bernaung dibawah yayasan kakek mereka.
"Nggak papa mbak, aku bisa berangkat pakai grab atau diantar kang kang santri. Keemal lebih membutuhkan mas Albi saat ini."
"Tapi ma__
Ucapan Syafa diputus oleh Umayrah, "mbak Keemal butuh diperiksa secepatnya. Aku nggak bermaksud do'a in, tapi aku takut keadaannya serius."
"Ya udah sebentar ya bi, aku mau nitipin Saleem ke mbak ndalem. Sekalian ambil tas."
Albi hanya mengangguk menanggapi ucapan Syafa. Sementara Umayrah berusaha mengulas senyum penuh keikhlasan.***
"May," panggil Nadia yang melihat May sedang berjalan ke arah gerbang kampus setelah keluar dari taxi.
Namun melihat reaksi Umayrah yang tidak kunjung menanggapinya, membuat intensitas suaranya semakin kencang.
"May.. Umayrah," panggil Nadia sembari menghampiri dan menepuk pundaknya. Tepukan itu seketika membuat sang empu terlonjak, kaget.
"Astaghfirullah. Nad.. kaget tauk."
"Abisan dari tadi aku panggilin, kamu nggak jawab."
"Ngelamun ya lo!" Celetuk Nadia.
"Nggak," jawab Umayrah sembari mengulas senyum. Namun sorot matanya tidak mampu membohongi seorang Nadia.
"Ikut gue!" Kata Nadia yang langsung menarik pergelangan tangan Umayrah.
"Kemana? Sepuluh menit lagi, kelasnya mulai loh."
"Udah ikut aja."
Nadia terus menggandeng temannya melewati gang sempit yang tidak jauh dari kampus mereka, melewati beberapa rumah warga, hingga akhirnya mereka sampai disebuah hamparan sawah yang letaknya tepat dibelakang kampus mereka.
"Kamu liat kan may, sawah ini begitu luas," kata Nadia, yang membuat Umayrah menatapnya sejenak sebelum kembali melihat hamparan sawah yang hijau itu.
"Tapi ada yang lebih luas, yaitu perjalanan hidup kita. Perjalanan hidup manusia."
"Karena itu kita harus semangat, effort kita tiap harinya harus meningkat, kita nggak boleh nyerah May. Meskipun banyak hal menyakitkan yang datang."
"Kayak tanah sawah ini. Dia nggak pernah berhenti jadi tanah meski berkali kali dibajak, dicangkul, kepanasan, dan selalu kehujanan," kata Nadia panjang kali lebar.
Namun bukannya terharu atau terpukau. Umayrah justru terbahak menanggapi quotes today from Nadia itu, "Hahahahaha"
"Nad.. Nad.. kalau tanah berhenti jadi tanah, mau jadi apa? Ikan? Kuda? Atau gajah?" Mana bisa. Kalaupun bisa yang ada banyak manusia yang meninggal, serangan jantung karena kaget liat tanah ini berubah ubah," Ucap Umayrah.
"Udah ah! Aku mau balik. Bentar lagi kan dosennya datang," kata Umayrah sembari berjalan meninggalkan Nadia.
Nadia pun hanya berjalan mengikuti Umayrah dengan kedua kaki yang ia hentak hentakkan sembari mengomel tanpa titik koma.
"MayakutuhsabarbangetyangadepinkamuAkutuhniatnyangasihkamusemangatbiarkamunggakngelamunngelamunanlagitapijawabankamumalahkayakgitudansekarangkamumalahninggalinakukayakgini...

KAMU SEDANG MEMBACA
Umayrah
Любовные романыUmayrah Hanum Ar-Rayya adalah gadis 'tidak cantik' yang menerima pinangan Gus Albi Hawnar-Rohim, sesaat setelah ayah kandung May meninggal akibat melindungi Gus Albi dan kedua orang tuanya dari begal. Namun setelah menikah, May baru menyadari bahwa...