28

258 5 0
                                    

Umayrah menyebrang tanpa terlebih dahulu melihat kondisi jalanan di sebelah kanan dan kirinya.
Albi semakin panik dan memperkencang lariannya, hingga,
TIINNN!!!!!
Saat klakson bus itu berbunyi, Albi telah berhasil menarik Umayrah ke dalam pelukannya.
Sesaat kemudian Umayrah menyadari bahwa dirinya telah selamat dari maut. May yang masih menutup matanya, dapat merasakan detakan jantung orang yang memeluknya begitu erat. Detak jantung itu seakan akan tidak berjeda.
Wanita itu pun langsung membuka matanya, lalu mendongakkan kepalanya menghadap Albi, sang pemilik jantung tadi.
Jantung Albi berdetak tanpa jeda bukan hanya karena pemiliknya baru saja berlari kencang. Namun juga karena pemiliknya ketakutan setengah mati akan kehilangan pemilik hatinya.
Saat Umayrah menatap wajah Albi yang pucat karena ketakutan, Umayrah melihat air mata yang mulai menetes dari ujung mata Albi.
May segera menghapus air mata itu dengan kedua tangannya, "mas Albi kenapa nangis?"
Albi mendekap tubuh 155cm itu dengan sangat erat,"aku takut kehilangan kamu May."
May tersenyum lebar. Air mata Albi telah membuktikan kesungguhan ucapan pria itu, barusan.
"Makasih ya mas, udah gantiin posisi bapak yang selalu jagain aku dari bahaya."
Albi menciumi pucuk kepala Umayrah yang tertutup jilbab, "jangan berterimakasih May, ini adalah tugas ku sebagai suamimu yang harus selalu berusaha menjaga ragamu dan hatimu. Aku janji May aku nggak akan mengulangi kesalahan itu lagi.  Aku nggak akan sanggup May jika harus benar benar kehilangan kamu," janji Albi sepenuh hati.
Albi memegang kedua tangan wanitanya sembari menekuk sebelah lututnya.
"Kamu mau kan maafin aku?"
"Ih! Mas malu.. ini di pinggir jalan loh, ayo bangun," ungkap Umayrah yang merasa risih karena beberapa pengguna jalan mulai menatap kemesraan mereka berdua.
Albi bangkit dan melepaskan tangan Umayrah yang di genggamnya, "jadi kamu malu punya suami, kayak aku?" Goda Albi.
"Nggak gitu mas maksudnya."
"Ya udah kalo gitu, sini peluk," ucap Albi sembari melentangkan kedua tangannya.
Mau tidak mau Umayrah pun memeluk Albi di tempat umum, lagi pula ia juga sudah sangat merindukan suaminya tersebut.
Saat Umayrah sudah memeluk erat tubuhnya, Albi mengangkat dan memutarkan tubuh Umayrah sekencang kencangnya. Ia begitu bahagia istrinya telah kembali.
"Jadi kamu mau pulang ke pesantren sekarang? Kamu udah maafin aku kan May?" Tanya Albi.
Umayrah menaik turunkan dagunya dan berkata, "tapi kita pamit sama Bu dhe dulu ya mas."
"Iya, aku juga sekalian mau ngucapin makasih sebanyak banyaknya sama Bu dhe karena udah jagain kamu."
Kemudian mereka berdua berjalan memasuki mobil putih Albi.
"Bentar jangan duduk dulu, aku bersihin dulu kursinya," ujar Albi setelah membukakan pintu mobil untuk Umayrah.
Sembari membersihkan kursi mobil itu dengan tangannya, Albi berkata "sampe berdebu gini, gara gara lama banget nggak di dudukin."
"Baru juga dua minggu mas," kata Umayrah, fakta.
"Dunia aku tanpa kamu itu berputarnya lamaaaaaaa sekali, dua minggu aja udah kayak dua tahun rasanya"
"Apa sih mas, gombal!" kata Umayrah seraya terkekeh kecil.

***

"Umi senang sekali karena hari ini Umayrah menantu umi sudah kembali ke sini. Anak umi dua ini juga sedang liburan pesantrennya. Jadi kita bisa ngerujak bareng siang ini," kata wanita paruh baya itu sembari menatap secara bergantian Umayrah, Nabila, dan Adnan.
Selepas sholat dzuhur Kyai Nashir mengajak istri, anak, dan menantu mereka untuk makan rujak bersama sama di kebun jeruk miliknya.
Pohon jeruk yang tumbuh subur nan rindang itu menciptakan suasana adem meskipun di tengah hari, seperti sekarang ini.
Setelah memanjakan do'a mereka mulai menyantap potong demi potong buah buahan segar yang telah mereka colekkan ke cobek besar berisi sambal, terlebih dahulu.
"No! Mas Albi nggak boleh makan itu," larang Umayrah.
Albi pun mengembalikan potongan mangga yang diambilnya, lalu menggantinya dengan potongan buah kedondong.
"Itu juga nggak boleh mas, nanti kalau perut mas Albi sakit kayak malam tadi gimana?"
"Terus bolehnya apa dong May? Mangga nggak boleh, kedondong nggak boleh, nanas nggak boleh, melon nggak boleh_
"Melon boleh kok mas. Melon, semangka, dan pepaya boleh."
"Udah nurut aja sama istri mu bi. Salah kamu juga kan nggak jaga pola makan sampai kena maag. Coba aja kalau kamu nggak kena asam lambung, pasti dibolehin makan apa aja sama Umayrah," ujar Kyai Nashir.
"Ya mau gimana lagi bah, Albi kan nggak nafsu makan gara gara ditinggalin lama sama May," kata Albi dengan wajah melas.
"Dasar anak muda," celetuk Kyai Nashir.
Umayrah menjadi merasa bersalah atas penyakit yang dialami sang suami. Kata umi Aisyah seumur umur Albi tidak pernah merasakan asam lambung, ini adalah kali pertamanya terkena penyakit itu. Selama dua minggu tidak bersama May, Gus Albi memang terlalu banyak pikiran, tidak menjaga pola makan dan tidak cukup istirahat.
"Ya udah kalo gitu suapin, biar melonnya berasa kayak nanas," kata Albi dengan kepala yang disandarkan di pundak Umayrah. Raut wajah pria itu pun telah dibuat semelas mungkin agar May mau menuruti permintaannya.
Berbanding terbalik dengan Arsyaka yang justru sudah sedari tadi menyuapi istri tercintanya dengan alasan tidak mau tangan istri cantiknya itu kotor.
"Mbak, kamu mau aku suapin nggak biar kita nggak kalah mesranya sama mereka mereka?" Tawar Adnan kepada Nabila.
"Boleh deh."
Saat Adnan hendak mengambil nanas, "aku mau mangga Nan," kata Nabila.
Saat Adnan hendak mencolek potongan mangga itu ke sambal, "aku mau mangganya yang agak oren Nan."
Saat Adnan mengganti potongan mangganya dengan potongan mangga lain yang lebih matang, "kok kecil amat sih Nan, ambilin yang agak gede napa?"
"Tauk ah mbak, makan sendiri sana! Gue nggak jadi berminat nyuapin lo," Kesal Adnan.
Laki laki itu akhirnya memakan sendiri mangga yang ia ambil.

UmayrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang