Albi mengecup sekilas kening Umayrah, sebelum gadis itu mencium punggung tangannya dan pergi meninggalkan kendaraan roda empat yang mereka tumpangi.
"Assalamualaikum," salam Umayrah.
"Waalaikumsalam," jawab Albi, sebelum kembali menginjak pedal gas mobilnya, kala Umayrah telah turun dari sana.
Saat melewati lapangan basket kampusnya, netra coklat tua milik May menangkap sosok yang kebetulan sedang dicarinya.
Meskipun lapangan itu sedang ramai dengan anggota BEM. Namun ia tetap harus menghampiri kakak tingkatnya itu. Ia harus menjelaskan statusnya pada Lian, karena tidak seharusnya Lian mencintai seorang wanita yang sudah bersuami.
"Kak Lian," panggil May.
"Hi May. Selamat pagi."
"Pagi kak," balas Umayrah.
"Em kak, aku bisa bicara sebentar," ucap wanita itu.
"Tentu."
"Re, lo awasin anak anak bentar ya. Gue ada urusan," pinta Lian.
Pria yang dipanggil 'Re' itu pun hanya menjawab Lian, dengan menautkan ujung ibu jarinya dengan ujung jari telunjuknya, hingga membentuk huruf o.
Lian melangkahkan kakinya menuju taman yang tidak jauh dari lapangan tersebut dengan diekori oleh Umayrah. Lantas kedua anak Adam itu duduk di kursi taman yang berbeda.
"Kak__
Belum sempat May membuka pembicaraan, Lian sudah terlebih dahulu bersuara, "kamu makin cantik deh pakek warna itu. Aku nggak pernah lihat kamu pakai baju itu, pasti baju baru and it looks like this is your first time wearing it, is that true?"
Umayrah hanya mengangguk.
Lian memang tipe manusia yang sangat aktif dalam berinteraksi atau lebih familiar dengan sebutan 'extrovert' tapi disaat saat seperti saat ini bisakah dia diam sejenak dan mendengarkan penjelasan Umayrah, agar tidak ada lagi kesalahan fahaman diantara mereka.
"Kak aku mau bicara serius," ucap Umayrah.
"Oke, kalau begitu aku akan mendengarkannya dengan seksama. Silakan May," ujar Lian sembari memposisikan dirinya layaknya pendengar setia.
"Maaf kak sebelumnya, tapi.. nggak seharusnya kakak suka sama aku."
"Why?"
"Aku__
Dddrrrrttttt!!
Penjelasan Umayrah kembali urung tersampaikan, karena tiba tiba saja handphone yang ada di saku Lian bergetar, menandakan ada sebuah panggilan masuk.
"Aku angkat telepon sebentar ya May," pamit Lian tanpa beranjak dari tempat duduknya.
"An, elo dimana? Elsa nyari bahan bahan buat dekorasi nih. Katanya elo yang bawa," ucap suara di seberang sana.
"Tadi kan udah gue serahin ke dia bareng sama kerdus yang isinya kabel sama mikrofon."
"Nggak ada An katanya. Gimana? Kita harus cepet nih, acaranya lima belas menit lagi."
"Ya udah ya udah, gue ke sana sekarang," kata Lian sebelum mengakhiri panggilan tersebut.
"May sorry banget, tapi aku harus pergi. Mungkin kita bisa bicara lain waktu, oke? Bye bye," pamit Lian yang kemudian pergi dari sana dengan terburu buru.
May pun hanya bisa menghembuskan nafas, pasrah.***
"Kalau aku kuliahnya nggak di Al-Azhar May, aku dulu di Alexandria University," ucapnya sembari memotong wortel.
May membulatkan bibirnya.
"Alexandria jauh nggak sih mbak dari Kairo?" Tanya Umayrah seraya memasukkan buncis ke dalam panci.
"Mmm.. Nggak terlalu. Perjalanan dari alexandria university ke Kairo kira kira dua setengah jam."
Lagi lagi Umayrah membulatkan bibirnya.
"Tapi dulu aku juga sering Mau ke Kairo. Dulu, kalau lagi nggak ada jadwal kuliah dan gabut karena nggak ada kegiatan, temen temen seasrama aku selalu ngajakin aku keluar. Healiing, cuci mata, jalan jalan sampai ke Kairo," ujarnya lagi, setelah memberikan jeda beberapa detik.
"Ke Kairo? Ke universitas Al Azhar, mbak?"
"Nggak pernah sih May kalau sampai masuk ke universitasnya, palingan kita cuma lewat depannya doang."
"Terus ke Kairo ngapain mbak, kalau nggak ke Al Azhar?" Tanya Umayrah.
"Ya liat pemandangan kota Kairo, nyobain kulinernya, kadang juga mampir toko buku yang ada di sana. Padahal di Alexandria juga banyak toko buku, tapi ya karena iseng aja." ucapnya dengan lelehan kecil.
"Toko buku?" Tanya Umayrah dengan suara kecil, yang tidak terdengar oleh Ning Syafa.
Ya, yang sedari tadi berbincang dengan Umayrah adalah istri Gus Arsyaka.
Ning Syafa kini sedang memasukkan wortel yang telah selesai dipotongnya ke dalam panci. Sementara Umayrah justru sibuk berkelana dalam ingatannya.Flash back:
"Enta eih mesh kfaya aalaik
Tegrahni haram aalaik enta eeih
Enta laih dimooai habeebi tehoun aalaik." Umayrah pagi itu sedang membersihkan almari yang memuat koleksi buku dan kitab Albi sembari menyanyi dengan riang lagu gambus milik Nancy Ajram yang berjudul 'Enta eih'.
Suara Umayrah memang merdu, karena itu saat ada lomba nasyid antar kelas, selalu dialah yang dipilih oleh teman teman sekelasnya untuk mewakili kelas mereka.
Sambil membersihkan sesekali Umayrah mengambil dan melihat judul buku milik suaminya itu. Namun buku yang berhasil menyita perhatiannya, adalah buku bersampul biru yang seluruh isinya menggunakan bahasa arab. Namun setelah dilihatnya, buku itu adalah terbitan salah satu toko buku yang ada di Kairo.
"Pasti mas Albi beli ini, waktu masih kuliah di sana," lirih Umayrah
"Ahhh! May.. sshh Ahh! Perut aku mules banget," Jeritan itu sontak membuyarkan lamunan Umayrah.
Rintihan itu ternyata adalah milik Ning Syafa yang telah merosot ke lantai sembari memegangi perutnya yang sudah sangat besar.
"Mbak Syafa mau melahirkan sekarang?" Tanya Umayrah saat sudah berada disisi Syafa.
"Sshh aku nggak tahu May, tapi perkiraan dokter waktu itu, harusnya masih minggu depansshh aw!!"
Umayrah panik, harus meminta bantuan kepada siapa. Suami Ning Syafa sedang menemani abah mengisi pengajian di Aceh. Seluruh mbak ndalem juga sedang diajak umi berbelanja peralatan kebersihan dan kesehatan untuk keperluan pesantren.
Tanpa berlama lama lagi, Umayrah segera berlari menuju kamarnya yang ada di lantai dua.
"Mas Albi, mas, mbak Syafa kontraksi."
Albi yang mendengar itu, segera memindahkan laptop yang ada di pangkuannya ke atas meja dan turun bersama Umayrah.
Albi menatap Syafa dan Umayrah secara bergantian.
"Mas Albi bawa mbak Syafa ke rumah sakit ya. Biar aku yang jagain Saleem di rumah," kata Umayrah.
Albi sedikit ragu. Namun karena tidak kuasa mendengar rintihan Syafa, pria itu segera menggendong kakak iparnya itu menuju mobil.
Umayrah membukakan pintu mobil, Albi pun segera membawa Syafa ke dalam sana.
"Nanti biar Kulo saja yang menghubungi mas Arsyaka dan Abah. Njenengan temani mbak Syafa mawon," ucap May.
"Iya, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," jawab Umayrah sembari menatap kepergian mereka berdua. Tanpa ia sadari air matanya sudah bercucuran membasahi kedua belah pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Umayrah
RomanceUmayrah Hanum Ar-Rayya adalah gadis 'tidak cantik' yang menerima pinangan Gus Albi Hawnar-Rohim, sesaat setelah ayah kandung May meninggal akibat melindungi Gus Albi dan kedua orang tuanya dari begal. Namun setelah menikah, May baru menyadari bahwa...