25

122 5 0
                                    

Pagi pagi sekali Albi sudah mengantri bubur ayam untuk ia hantarkan guna Umayrah makan sebagai sarapan.
Namun saat Albi sampai di rumah milik saudara ustad Fahmi itu, Umayrah sudah berangkat ke kampus, padahal hari masih sangat pagi.
"Katanya sih, ada tugas kelompok yang belum selesai dan harus dikumpulkan hari ini."
"Ya sudah, kalau begitu, ini untuk Bu dhe saja. Albi pamit ya Bu dhe, Albi juga harus segera mengajar."
"Nisa menerima kantong plastik itu dan mengucapkan, "terimakasih. Hati hati nggih Gus."

***

"May!" Teriak Rachel sembari menepuk kedua pundak Umayrah, membuat sang empu kaget.
"Astaghfirullah, Rachel ngagetin aja."
"Hehehehe," tawanya, tanpa dosa.
"Tumben lo pagi pagi udah dat_
Tersadar dengan apa yang Umayrah kerjakan, Rachel seketika histeris.
"OMG! May, Lo belum nyelesain tugasnya! Hari ini kan harus dikumpulin, mana dosennya selalu on time. Jangan ngomong file yang gue dan yang lain kirimin ke elo juga belum lo copy dan jadiin satu!"
"Maaf.. aku janji akan selesain hari ini," ucap Umayrah menghentikan sejenak kegiatan mengetiknya.
"Aku tahu kamu bisa nyelesain itu hari ini, tapi masalahnya kelasnya bakal dimulai dua puluh menit lagi, tapi satu kertas aja belum kamu penuhin."
"Hai, ada apa sih? Masih pagi kok udah ribut?" Tanya Lian yang tiba tiba muncul diantara mereka.
"Eh, pagi kak," sapa Rachel yang hanya dibalas senyuman oleh Lian.
"May, boleh aku bantu?" Tanya Lian.
"Nggak usah kak, makasih," jawab Umayrah sambil terus menekan nekan keyboard laptopnya.
Lian yang mendapatkan penolakan seperti itu tidak lantas pergi, ia justru membawa  laptop Umayrah ke dalam pangkuannya, secara tiba tiba.
"Kamu dikte aja apa yang mau kamu tulis, biar aku yang ngetik. Nanti kalau ada yang bingung tanyain aja ke aku sekalian," ucap Lian, setengah memaksa.
"Rachel tolongin May juga ya, file kamu dan yang lain yang udah kalian kirim ke May, kamu dijadiin satu. Jadi nanti tinggal nambahin punya May aja."
"Siap kak," jawab Rachel sambil memberi hormat ala ala TNI.
Beberapa menit berlalu. Rachel yang tadinya mengomel ke Umayrah pun, pada akhirnya ikut membantu Umayrah merangkai kata kata. Karena mau bagaimana pun, itu adalah tugas kelompok mereka. Jika Lian yang tidak satu kelompok dengan mereka saja mau membantu, bagaimana bisa dia yang sekelompok dengan Umayrah justru tidak peduli.
"Selesai," ucap Lian.
"Makasih kak, makasih Chel. Aku nggak mungkin bisa nyelesain ini tanpa bantuan kalian."
"Sama sama," ucap Rachel sementara Lian hanya tersenyum bahagia, bisa membantu orang yang masih ia cintai hingga detik ini.
"Kak makasih banyak banyak banget pokoknya. Aku sama Rachel ke kelas dulu ya," pamit Umayrah saat hendak melangkahkan kaki sambil memegang lengan Rachel.
"May," panggil Lian.
Umayrah dan Rachel sama sama menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Lian.
"Chel, boleh aku bicara berdua aja sama Umayrah?"
"Ya udah deh. Bye bye kak Lian ganteng dadah Umayrah," ucap Rachel sambil melambaikan tangan dan kiss bye.
"May, maaf ya gara gara kejadian waktu itu suami kamu jadi marah, ditambah lagi, sekarang kamu jadi bahan trending topik dan bahan cacian mahasiswa sini. Mereka semua beranggapan kalau kamu yang suka duluan sama aku karena menurut beberapa dari mereka aku lebih ganteng dari suami kamu."
Lian menghentikan perkataannya sejenak karena melihat ekspresi May yang seperti menahan tawa.
"Emm.. aku nggak bermaksud sombong tapi itu pure penilaian dari beberapa mahasiswa di kampus ini hehe," kata Lian yang hanya mendapatkan anggukan kepala dari Umayrah.
"Yahh.. selama ini aku memang pintar dalam berbicara, menyampaikan pendapat dan mudah bergaul karena itu aku bisa terpilih menjadi ketua BEM dan juga bisa dengan mudah masuk ke beberapa organisasi, tapi berkat kejadian waktu itu aku jadi sadar akan kekurangan aku. Aku bukan hanya harus jadi pembicara yang baik tapi juga pendengar yang baik dan aku seharusnya mencari tau latar belakang kamu sebelum memutuskan untuk melamarmu."
May mengukir senyuman berlesungnya. Senyuman manis yang selalu membuat setiap orang yang melihatnya merasakan ketenangan.
"Aku juga minta maaf kak dan makasih ya kakak udah bantuin aku tadi. Aku nggak tau bakal kayak gimana kemarahan dosen dan teman teman sekelompok aku kalau nggak ada kakak. Sekali lagi aku bener bener berterima kasih sama kakak."
"Aku janji May, akan berusaha untuk mengikhlaskan apapun yang telah terjadi sama kita."
Lagi lagi Umayrah merekahkan senyumannya, "thanks kak, tapi kak Lian juga harus janji ya? Kakak harus tetap melaksanakan sholat lima waktu dan mengamalkan ilmu yang udah kak Lian pelajari waktu itu. Next, kalau ada yang nggak kakak pahami dan pengen kakak tanyakan,  aku akan selalu ada buat kakak."
"Iam promise May," jawab Lian sembari tersenyum. Ia akan selalu belajar untuk mengikhlaskan apapun yang Allah takdirkan untuk cerita hidupnya, termasuk Umayrah Hanum Ar Rayya.

UmayrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang