20

125 4 0
                                    

"May, ada apa sih itu. Kok rame banget," heran Nadia, saat melintasi lapangan basket.
"Nggak tahu. Mungkin anak BEM lagi ngadain acara apa gitu."
"Anak BEM nggak sebanyak itu May."
"Mungkin karena mahasiswa yang lain pada nonton acaranya anak BEM, makanya kelihatan banyak," ucap Umayrah yang terus melangkahkan kakinya menuju gerbang.
"Ayo May, liat!" Ajak Nadia yang langsung menarik tangan Umayrah.
"Tapi__
"Liat bentar aja," ucap Nadia, mayakinkan Umayrah agar mau menemaninya menonton.
Dengan segala kelihaiannya, Nadia menerobos segerumbulan mahasiswa sambil menggandeng tangan Umayrah. Meskipun banyak dari mereka yang mengomel karena tindakan Nadia dan Umayrah yang menyerobot. Maun pada akhirnya mereka berhasil melihat siapakah pria dengan jas almamater kampus yang sedang jadi pusat perhatian itu.
Saat pria itu membalikkan badannya, Nadia beserta Umayrah mengetahui jika pria itu adalah Yudistira Adrilian.
"Umayrah Hanum Ar-Rayya," panggil Lian dengan menggunakan toak.
Umayrah justru menatap Nadia, "kenapa kak Lian nyebutin nama aku?"
Nadia hanya bisa mengangkat kedua bahunya," mana gue tau."
"Umayrah, mungkin aku bukanlah laki laki yang faham agama, juga bukan laki laki yang lahir dari keluarga yang taat. Aku bukanlah laki laki baik, tanpa dosa, tapi berkat dirimu aku mengerti makna cinta yang sebenarnya."
Lian menyerah toak yang sedari tadi ia gunakan, kepada temannya. Setelah itu ia berjalan ke arah Umayrah dan berlutut sembari mengacungkan setangkai bunga mawar, dihadapan gadis pujaan hatinya itu.
"Will you marry me?"
Lian memang berniat menikahi Umayrah setelah ia jadi sarjana. Namun karena ia takut gadis itu akan jadi milik orang lain. Maka cara seperti inilah yang ia harapkan dapat mengklarifikasi pada publik bahwa Umayrah bersedia menikah dengannya, meski masih beberapa tahun lagi.
Namun, yang kini terjadi justru adalah hal tidak pernah Umayrah inginkan. Tidak seharusnya Lian mencintai dia yang sudah bersuami.

***

Setelah sekian menit memarkirkan mobilnya di depan kampus sang istri, pintu mobil Albi tidak kunjung dibuka oleh Umayrah. Indra pengelihatan Albi pun tidak kunjung menemukan wanita yang ia nanti nanti kedatangannya itu.
Al hasil, Albi memutuskan untuk turun dan masuk ke dalam lingkungan kampus tersebut. Beberapa pasang mata memandangnya heran. Mungkin karena ini kali pertama mereka melihat Albi. Bahkan ada yang memuja ketampanan dan karisma yang dimiliki pria itu.
Saat melewati lapangan basket, telinganya menangkap nama istrinya disebut diantara ramainya mahasiswa yang berkumpul di situ.
Saat ia berhasil menerobos kerumunan itu, hatinya terasa panas. Adrenalinnya seketika meningkat.
"Will you marry me?"
Langsung saja Albi menghampiri pemeran wanita di dalam adegan itu. Albi menggenggam pergelangan tangan istrinya dengan erat, membuat sang empu meringis, kesakitan.
Lian yang melihat wanita itu kesakitan, segera bangkit dari posisinya saat itu dengan tatapan tajam mengarah ke Albi.
"Umayrah sudah resmi menjadi istri saya. Jadi silakan anda jauhi istri saya. Permisi!" Setelah mengucapkan kalimat itu, Albi menarik pergelangan tangan May dengan kasar untuk membawanya pergi.
Meskipun Albi membukakan pintu mobilnya untuk sang istri. Namun tidak ada jawaban apapun atas permintaan maaf Umayrah padanya, bahkan hingga mereka masuk ke dalam kamar.
"Mas," panggil Umayrah sembari menggenggam tangan kanan Albi menggunakan kedua tangannya.
"Aku minta maaf hiks.. hiks.." ucap May yang mulai mengeluarkan air mata.
Albi menatap tangan mereka, ia jadi merasa bersalah atas terciptanya bekas kemerah merahan dipergelangan tangan wanita itu. Namun mau bagai manapun Lian tidak akan menyukai Umayrah jika sejak awal Umayrah mengatakan statusnya kepada ketua BEM itu.
"Minta maaf untuk apa May?! Untuk kamu yang sengaja menutupi status kamu? Untuk kamu yang nggak bisa menjaga pergaulan kamu dengan yang bukan makhrom kamu? Atau untuk kamu yang tidak bisa menjaga hati suami kamu?" HA? UNTUK APA?!" Bentak Albi yang langsung membuat genggeman Umayrah terlepas.
"Hiks hiks.. maaf mas karena aku belum memberi tahu kak Lian mengenai pernikahan kita, aku juga meminta maaf karena tidak bisa menjaga pergaulan tapi demi Allah mas, aku berteman dengan kak Lian hanya untuk ta'lim wal muta'alim. Wallahi mas aku tidak pernah memiliki perasaan apapun padanya Hikss..."
"Aku juga meminta maaf mas karena aku tidak bisa menjaga hati kamu. Bukan bermaksud qishos atau apa, tapi seharusnya mas Albi juga tahu bahwa aku juga punya hati yang harus mas Albi jaga hiks.. hikss... Hatiku sakit mas ketika melihat suamiku menatap kakak iparnya dengan senyuman. Hatiku sakit ketika takdir seakan akan menjadikan suamiku ayah dari anak wanita yang pernah ia cintai. Aku punya hati mas hiks.. hikss... Aku tidak sanggup lagi melihat nya mas. Hiks.. aku tidak sanggup, jika harus dicintai hanya karena wasiat bapak," ucap Umayrah yang semakin lirih karena dimakan sesenggukan tangisnya.
"Tidak May.." lirih Albi seraya menyentuh pipi Umayrah, bermaksud menghapus air mata istrinya.
Namun gadis itu justru menghindarinya dengan melangkah mundur.
Umayrah menggeleng gelengkan kepalanya dan tetap menangis.
"Apanya yang 'tudak' mas? kenyataannya, mas Albi hanya berpura pura mencintai kula karena terlanjur berjanji akan menjalankan amanah bapak."
"Aku tidak berpura pura may," elaknya.
"Kula nggak sanggup mas, jika njenengan ternyata masih mencintai mbak Syafa.. hiks.. padahal njenengan sudah memutuskan untuk menikahi kula hiks.. hiks.." tangis Umayrah pecah. Namun tangisan itu tidak bisa menghalangi Umayrah untuk memutuskan menyerah menjadi istri dari Gus Albi Hawnar-Rahim.
Wanita itu ingin menenangkan hati dan pikirannya dengan menginap ke rumah Bu dhenya. Yang ia inginkan kini hanya pergi meninggalkan Albi, melupakan Albi dan segala yang berkaitan dengan kenyataan pahit ini.
Sementara yang mampu Albi lakukan hanya melihat aksi beres beres istrinya. Ia tahu ia salah. Namun egonya masih terlalu besar karena ia merasa istrinya juga bersalah sudah membiarkan Lian mencintainya.
Saat Umayrah membuka pintu kamar itu, Albi menahan langkahnya, "aku antar kemanapun kamu mau pergi, tapi pamit sama Abah dan umi dulu ya."

***

Cklek!
"Assalamualaikum bu dhe."
"Waalaikumsalam," jawab Nisa. Wanita itu kemudian menatap secara bergantian dua manusia di hadapannya.
"Kula, hanya mengantarkan Umayrah Bu dhe, Assalamualaikum." Albi mencium tangan wanita paruh baya yang ada di hadapannya, lalu berlenggang pergi mengemudikan mobil putihnya.
"Waalaikumsalam."
Melihat adegan dan mimik wajah Umayrah sore itu, wanita beranak dua tersebut sangat tahu apa yang sedang keponakannya itu hadapi.
"Ayo nduk, masuk!"
May hanya mengangguk sembari berjalan bersama Nisa' yang memeluk pundaknya.

UmayrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang