18

96 3 0
                                    

Umayrah menyusuri koridor rumah sakit bersama ibu mertuanya, menuju UGD.
"Gimana keadaan Syafa sekarang bi?" Tanya Umi Aisyah.
"Mbak Syafa baru saja melahirkan mi. Sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang rawat inap."
Tidak lama kemudian seorang suster keluar dengan membawa bayi yang sudah dibersihkan.
"Selamat ya pak, anaknya laki laki, tampan dan sehat. Ini silakan, jika hendak diadzani," ucap suster itu sembari menyerahkan bayi laki laki tersebut kepada Albi.
Albi yang notabenenya belum pernah memiliki anak pun menerima bayi itu dengan kaku.
Umi Aisyah sampai terkekeh melihat kekakuan putra keduanya itu dalam menggendong bayi.
Sementara Umayrah terus menyunggingkan senyum yang dipaksakan.
"Tadi aku udah telefon mas Syaka. Katanya pesawatnya baru akan take off jam 10 pagi jadi mereka baru bisa sampai ke sini kita kira jam ba'da ashar," ujar Umayrah.
"Albi, kalau begitu kamu saja ya yang mengadzani. Kalau nunggu Syaka sampai, kasihan bayinya. Udah keburu mendengar banyak suara, tapi belum mendengar adzan," titah Aisyah.
"Nggih mi." Albi menuruti perintah ibunya. Pria itu segera mengumandangkan adzan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri sang bayi.
Air mata Umayrah kembali menetes. Ada sesak yang sedang melanda hatinya, saat ini.

***

Bulan dan matahari silih berganti menemani langit yang beberapa hari tidak melambungkan awan mendung sama sekali.
Pada hari ini seluruh anak, menantu, beserta cucu dari kyai Nashir berkumpul di kediaman kyai Nashir.
Mereka semua berkumpul, karena besok akan diadakan acara aqiqah anak kedua dari Gus Syaka dan Ning Syafa.
Setelah sedari pagi menyiapkan segala keperluan acara, kini keluarga besar itu sedang berkumpul sembari bersantai di ruang keluarga.
"Kemal... Bangun dong, bobok terus," ucap Ning Niswah seraya menoel noel pipi bayi di gendongan Syafa.
"Ngantuk amah," kata Syafa dengan suara yang dikecilkan bak anak kecil.
"Syafa, umi pengen menggendong cucu baru umi."
"Nggih umi, silakan," ujarnya seraya menyarahkan bayi dalam gendongannya.
"Uluh uluhhhh cucu nenek ganteng banget. Pipinya chubby."
"Iya mi, pipinya bikin pengen noel terus," ungkap Ning Niswah dengan diiringi kekehan.
Sementara sang abang, Saleem tidak mendapatkan perhatian sama sekali karena kehadiran adik barunya. Padahal sedari tadi ia duduk diantara Syafa dan umi Aisyah.
Namun yang tidak disangka sangka untuk mendapatkan perhatian dari keluarga itu, balita berusia dua tahun tersebut mencubit pipi adiknya hingga menangis, kesakitan.
Arsyaka yang melihat tingkah anak sulungnya itu pun, refleks berteriak, "SALEEM!" Saking tingginya suara Syaka, hingga membuat Kedua putra Ning Niswah yang sedang bermain puzzle terlonjak, kaget.
Saleem yang mendengar teriakan ayah kandungnya itu segera berlari ke sembarang arah, hingga akhirnya bersembunyi dibelakang kursi Albi.
"Mas.." ucap Syafa lembut. Ia bermaksud mengingatkan suaminya bahwa Saleem masih kecil dan belum mengerti. Tidak seharusnya Arsyaka membentaknya seperti ini.
"Saleem sini. Sini, duduk dipangkuan Ami," tutur Albi.
Saleem yang ketakutan pun segera memeluk kaki Albi. Begitupun Albi segera mengangkat bocah itu keatas pangkuannya.
"Saleem sini nak, Abi mau bicara," pinta Arsyaka yang hanya dibalas gelengan kepala oleh anaknya.
"Abi mau ngomong sama saleem, sini bentar."
Saleem menggeleng gelengkan kepalanya dan memeluk tubuh Albi erat erat. "Abi bukan abinya calim. Abinya calim ami Albi," ucap balita itu.
"Pinter banget anakmu fa. Pas bapaknya galak, auto ganti bapak dia hahaha," ujar Ning Niswah seraya diiringi gelak tawa dari seluruh anggota keluarga kecuali seorang gadis bernama 'Umayrah'.

UmayrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang