23

108 4 0
                                    

"Bah, Albi berangkat ya," pamit Albi sembari mencium punggung tangan ayahnya.
"Nggak sarapan dulu bi?" Tanya Umi Aisyah.
"Albi sarapan di kampus aja mi," jawab Albi seraya menyalimi ibu kandungnya itu.
"Istri kamu dimana bi, kok tumben nggak ikut nyiapin sarapan?" Tanya Arsyaka, benar benar tidak tahu dimana keberadaan Umayrah.
"Di rumah Bu dhenya," jawab Albi singkat.
"Assalamualaikum," salam Abi sebelum melangkahkan kakinya meninggalkan mereka.
"Waalaikumsalam."
Syaka yang merasa aneh dengan sikap adiknya dan kepergian May yang tidak direncanakan itu pun bertanya, "mereka lagi marahan ya mi."
"Umi tidak tahu."

***

Setelah memarkirkan kendaraannya, Albi berjalan gontai menuju kelas yang akan ia ajar.
Meskipun raganya berjalan. Namun pikirannya tetap stay pada kejadian dimana ia mengolok ngolok istrinya tidak bisa menjaga pergaulan dan tidak bisa menjaga hatinya.
Brughh!!
Albi tersadar dari lamunannya ketika tubuhnya bertabrakan dengan seorang mahasiswa hingga buku buku yang dibawa mahasiswa itu berjatuhan.
Al hasil, Albi harus membantu memungut buku buku mahasiswa yang kini terus melontarkan kata maaf kepada Albi.
"Maaf pak, maafkan saya, maaf ya pak."
"Nggak papa nggak papa, saya yang nggak fokus saat jalan, tadi."
"Ini," ucap Albi seraya memberikan buku itu pada pemiliknya.
"Terimakasih pak, sekali lagi saya minta maaf." Albi hanya mengangguk menanggapi ucapan tersebut.
"Permisi pak."

***

"Saya beri waktu untuk kalian mencatat penjelasan saya tadi," ucap Albi sambil berjalan ke mejanya dan mengubah tayangan yang muncul di proyektor dengan laptopnya.
"Dan jika ada yang ingin ditanyakan, silakan angkat tangan." ucap Albi yang setelah itu memandang kosong layar laptopnya.
Malam tadi tidurnya sangat lelap, hingga tidak bisa bangun tengah malam untuk melaksanakan sholat tahajud. Namun berbeda dengan hari hari sebelumya, karena saat ia tidak bisa bangun, ada Umayrah yang membangunkannya.
Selepas subuh tadi ia juga harus menyetrika pakaiannya sendiri, karena tidak ada Umayrah yang selalu menyiapkan keperluannya, termasuk sarapan. Tidak seperti pagi biasanya, pagi ini ketika ia tidak sarapan di rumah, tidak ada yang membawakan bekal untuk ia makan sambil menyetir ataupun ketika sudah sampai di kampus.
Hidupnya terasa kacau saat Umayrah pergi.
"Pak," panggil salah satu mahasiswi.
"Pak Albi."
"Pak."
Lelah dengan acungan tangan dan panggilannya yang tidak kunjung mendapat respon, mahasiswi itu pada akhirnya mengurungkan niatnya untuk bertanya.

***

"Jadi laki laki tuh harus berani mengakui kesalahan, harus berani minta maaf," ucap pemilik kedai kopi itu, memaki lawan bicaranya.
"Kelamaan di Mesir sih lo, jadi nggak gentle!"
"Apa hubungannya?" Tanya Albi.
"Hehe nggak ada," kekehannya.
"Udah ah! Pulang dulu, sebelum gue makin pusing, dengarin saran dari elo," kata Albi seraya bangkit dari kursi tempatnya duduk.
"Kopinya bayar dulu!"
"Ogah, pahit kopi buatan Lo."
"Namanya juga kopi."
Tentunya mereka berdua hanya bercanda karena Albi selalu tidak diperbolehkan membayar saat datang di kedai milik teman SMAnya ini.

UmayrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang