"Kadar kecantikan mbak sama Umayrah itu tuh kayak lagit sama bumi. Mbak langitnya, May buminya Jauhhh.. banget. Cocokan juga mbak Alma sama Gus Albi yang ganteng, pinter, ah! Pokoknya Gus Albi yang perfect itu cocok banget sama mbak Alma," ujar Syara.
"Iya bener cocok! May sih cuma beruntung aja karena terlahir jadi anaknya ustad Fahmi," celetuk Sholik, salah satu santriwati pondok itu.
"Beruntung gimana maksudnya?" Tanya Almahira.
"Dia pintar dan sering dapat ranking sampai jadi kesayangan ustadz ustadzah di sini kan, pasti karena gen yang diturunin ayahnya, ustad Fahmi. Dia juga kan dinikahin sama Gus Albi karena ustad Fahmi udah ngorbanin nyawanya untuk keluarga ndalem pas mereka kena begal," jelas Sholik.
"Oh gitu. Aku jadi yakin kalau speknya Gus Albi nggak serendah itu. Mungkin sebagai balas budinya aja, sama ustad Fahmi, Gus Albi jadi mau nurunin spek idamannya." Tepat ketika Alma mengakhiri kalimatnya itu, suara pintu yang ditendang dengan kasar terdengar di salah satu kamar yang ada di ma'had ponpes tersebut.
Brakk!!!
"Mbak Alma! Oh maaf maksud saya NING Alma. Anda itu seorang putri kyai, tapi bisa bisanya anda yang seharusnya menjadi suri tauladan, malah mencontohkan ghibah!" Ucapan Aila yang penuh penekanan itu mengundang banyak santri dari berbagai kamar di asrama tersebut, datang untuk menonton.
Sementara Umayrah yang menjadi topik kegiatan ghibah tadi sudah sesenggukan dibelakang Aila.
Alma menghampiri May, "kenapa kamu nangis May?! Yang seharusnya nangis tuh aku!"
"Gara gara Albi memutuskan untuk nikahin kamu, Kyai Nashir membatalkan perjodohan ku dengan Albi dan akibatnya aku jadi bahan bully temen temen aku May!"
Kini giliran Alma yang menangis. Namun pada detik berikutnya, gadis itu sudah mengeratkan rahangnya sambil menatap Umayrah tajam.
"Aku dikatain kurang cantik, kurang glowing, kurang good looking, sampai sampai ditinggal gitu aja sama Albi. Mereka semua ngebody shaming aku May, Gara gara KAMU! Hiks hiks.."
Alma mengelap air matanya dan berkata, "tapi ternyata, setelah aku ngeliat kamu. Kamu nggak lebih baik dari pada aku. Kamu nggak lebih pastes buat Albi dari pada aku!" Sentaknya yang kemudian pergi meninggalkan kamar itu.
"Bubar! Ini bukan tontonan! Ayo bubar," teriak Aila mambubarkan santri yang menonton keributan ini.
Melihat bahu May yang bergetar hebat, wanita itu langsung merengkuh tubuh Umayrah guna memenangkannya.
May tidak menyangka jika ia yang awalnya hanya ingin melihat lihat kegiatan santrinya, ketika hari libur. Justru dia lah yang menjadi tontonan.***
Sebelum kembali ke ndalem, Aila mebungkam seluruh mulut santriwati pondok ini dengan dalih jika Umi ataupun Kyai Nashir mengetahuinya, ini akan mempengaruhi kondisi kesehatan mereka.
Al hasil, semua santri putri itu menyetujui dan menjalankannya. Mereka sepakat untuk tidak lagi yang membicarakan peristiwa tadi dimanapun dan kapanpun.
"Yang tidak tahu biar saja tetap tidak tahu dan yang tahu cukup diam."
Aila melanjutkan ucapannya setelah berhenti sejenak.
"Kita semua sudah sepakat dan saling berjanji, tapi kalau ada yang melanggar, ada yang membicarakan kejadian ini lagi, saya tidak akan mentakzirnya. Karena Allah sendiri yang akan memberi hukuman kepada orang orang yang ingkar janji, entah dia nanti matinya ketiban kulkas, entah tersandung septic tank, entah dari kuburannya keluar badak, saya juga tidak tahu." Begitulah kata Aila mengakhiri ancamannya.
"Paham semua?"
"Paham mbak Aila yang cantikkk," ucap seluruh santri putri pondok pesantren tersebut
Setelahnya Aila mengucapkan salam dan kembali ke ndalem keluarga kyai Nashir untuk menenangkan Umayrah yang sesenggukan di dalam kamarnya.
"Udah dong May nangisnya," pinta Aila pada Umayrah yang masih saja meneteskan air matanya.
Umayrah menggeleng gelengkan kepalanya, "aku nggak pantes ya La, buat mas Albi. Mereka semua bener."
"Kamu ngomong apaan sih May."
"Aku jelek, aku nggak good looking karena itu mas Albi nggak mau nyentuh aku hiks hiks.. aku menarik di mata mas Albi La hiks.. hiks.."
"Jadi bener Gus Albi belum pernah nyentuh kamu May?" Tanya Aila, terkejut.
Namun bukan sebuah jawaban yang Aila dapat, Umayrah justru semakin terisak hingga sesenggukan mendengar pertanyaannya tadi.
Aila pun kembali membawa May ke dalam rengkuhannya.
"Apa aku minta talak aja ya La sama mas Albi, biar dia bisa nikahin mbak Alma."
"Sshhtt! Jangan ngomong gitu! Kamu harus tenangin diri kamu dulu, supaya kamu bisa berfikir jernih."***
Saat seseorang jatuh cinta dan ingin menarik perhatian si dia, orang itu akan mengintensifkan daya tariknya. Upaya serupa juga mudah ditemukan pada orang yang jatuh cinta, tetapi kesulitan untuk membuat hubungan dengan orang yang disukai.
Upaya meningkatkan daya tarik itu dipicu oleh dopamin. Saat hadiah atau penghargaan yang kita inginkan tertunda, neuron atau sel-sel otak penghasil dopamin di otak bagian tengah akan menjadi lebih aktif. Kondisi itu akan memacu orang yang jatuh cinta untuk terus berusaha menarik perhatian si dia.
Kondisi seperti inilah yang sedang dilakukan mbak Alma di ruang makan pagi ini. Wanita itu memberikan hidangan pertama dan kedua yang dibawanya kepada mbak Syafa. Namun hidangan ketiganya justru ia taruh di depan mas Albi, padahal tangan mbak Syafa sudah bersiap untuk menerima hidangan ketiga yang dibawanya.
Saat Albi menatapnya sekilas, wanita itu tersenyum sok manis. Tidak! Senyum itu memang sangat manis, ditambah lagi dengan alisnya yang tebal dan hidungnya yang mancung menambah kesan cantik sekaligus manis dalam dirinya.
Aku akui perkataan mereka kemarin memang benar, aku dan mbak Alma bagai langit dan bumi.
"May," panggil mbak Syafa, sontak membuatku tersentak.
Ternyata wanita itu sudah dari tadi menyodorkan nasi kepada ku. Langsung saja aku menyendokkan nasi ke piring suami ku, "cukup mas?"
"Cukup." Jawabnya.
Setelah itu, barulah aku menyendokkan nasi untuk diriku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Umayrah
RomanceUmayrah Hanum Ar-Rayya adalah gadis 'tidak cantik' yang menerima pinangan Gus Albi Hawnar-Rohim, sesaat setelah ayah kandung May meninggal akibat melindungi Gus Albi dan kedua orang tuanya dari begal. Namun setelah menikah, May baru menyadari bahwa...