21

103 3 0
                                    


Mata pria itu mulai terpejam. Saat kedua bagian bulu matanya bersentuhan, sepasang mata itu kembali terbuka karena ternyata handphone yang digenggamnya sedari tadi, jatuh.
Pria itu sedikit membungkuk untuk mengambil handphonenya yang jatuh tersebut. Namun saat ia bangkit, tanpa sengaja netranya menangkap seorang wanita yang duduk di seberang bangkunya tengah memegang al quran. Kedua indra penglihatan wanita itu terpejam. Namun bibir ranumnya terus berkomat kamit melantunkan dengan lirih ayat ayat suci itu.
"subhanallah."
Beberapa menit berlalu, tetapi netra Albi belum lepas dari wanita cantik tadi. Albi baru tersadar ketika wanita itu mengucapkan, "shodaqallahuladzim."
Albi sadar ia telah berzina mata, menatap wanita yang bukan makhromnya itu, "astagfirullahaladzim, astagfirullahaladzim, astagfirullahaladzim...
Albi terus beristigfar meminta ampun kepada Allah sembari berdoa agar bisa dipertemukan dengan wanita itu lagi, kelak diwaktu yang tepat. Jika ia memang jodohnya.

***

"thank you so much," ucapnya tanpa melihat wajah Albi sedikit pun.
"sama sama," jawaban berbahasa Indonesia yang keluar dari mulut Albi tersebut berhasil membuat wanita itu meliriknya, meskipun hanya sebentar.
"Terimakasih. Emm.. aku permisi," pamit wanita itu, segera berjalan ke arah kasir. Namun tubuhnya berhenti sejenak ketika
Albi mengatakan, "semoga kita bisa bertemu lagi ya, saat di Indonesia."
Wanita itu hanya tersenyum singkat sebelum akhirnya kembali berjalan.
Pada menit berikutnya yang Albi lakukan bukanlah mencari buku yang ia butuhkan, melainkan memperhatikan kegiatan transaksi yang dilakukan gadis tadi.
"Syafa, aku sudah dapat buku yang aku cari," kata seorang wanita yang menghampiri gadis bernama 'Syafa' itu.
"Oo namanya Syafa," batin Albi.
"Ya sudah, tunggu apa lagi. Cepat bayar! Aku tunggu di luar ya."
Dari nama panggilan itulah Albi berhasil mencari akun Instagram milik gadis itu.
Bagi Albi Syafa adalah gadis yang sangat membatasi interaksi dengan lawan jenis, terbukti dari akun laki laki yang di follownya hanya akun saudara kandung dan ayahnya saja.
Dan lewat postingannya, Albi tahu Syafa adalah mahasiswa di universitas Alexandria. Albi juga jadi tahu bahwa Syafa adalah salah satu putri pengasuh pondok pesantren tempat adiknya, Nabila belajar.
"Aku akan melamarmu saat kita sudah sama sama jadi sarjana nanti, fa."
Bukan hanya tekat yang Albi miliki. Dalam setiap seperiga malamnya, Albi juga tidak pernah lupa menyebut nama Syafa kepada Rabbnya agar kelak mereka dipersatukan.

***

Setelah diwisuda, Albi kembali ke kampung halamannya bersama Kyai Nashir dan istrinya. Sampai di pesantren, Albi sudah disambut oleh ribuan santriwan dan santriwati yang memenuhi jalan menuju rumahnya. Qosidah dari grub rebana pesantren mereka pun sudah menggema semenjak mobil mereka melewati gerbang pesantren. Berbagai karangan bunga dari teman dan kerabat juga sudah memenuhi pekarangan rumah Kyai Nashir.
Jamuan makan untuk keluarga besar telah Kyai Nashir selenggarakan guna mensyukuri kelulusan putra ketiganya itu.
"Bi, selamat ya. Amah dulu senang sekali dengar kamu dapat beasiswa kuliah di Al Azhar dan sekarang Amah lebih senang sekali karena kamu sudah jadi sarjana lulusan Al Azhar, Mesir," ujar adik nyai Aisyah, memberi selamat.
"Makasih Amah. Albi berdo'a, semoga putra putri Amah cepet nyusul ke sana."
"Aamiin."
"Bi, do'ain aku juga dong! Aku mau lamaran nih, minggu depan. Do'ain semoga lamaran aku nggak ditolak dan semoga calon istriku cantik," ucap Arsyaka.
"Abah yang milihin, mana mungkin jelek. Pilihan Abah tuh selalu best seller, iya kan mi" kata Kyai Nashir sembari melirik istrinya.
"Memangnya mas Syaka mau dijodohin sama siapa bah?" Tanya Albi.
"Mas mu aja belum Abah kasih tahu bi. Apalagi kamu," ucap Umi Aisyah.
"Udah bi, kita berdo'a aja semoga acara lamarannya mas mu, minggu depan lancar," kata adik ipar nyai Aisyah yang langsung diaamiini oleh seluruh keluarga besar itu.

***

Mata Albi seketika terbelalak, ketika mobil yang ia dan keluarganya tumpangi melewati gerbang pesantren Nurul Iman. Pesantren Nurul Iman adalah pesantren milik keluarga wanita pujaan hatinya, Syafa.
Perasaannya tiba tiba cemas. Telapak tangannyapun berubah dingin dan berkeringat. Ia begitu takut menerima kenyataan bahwa kakak kandungnya telah dijodohkan dengan wanita yang ia sukai.
Namun dalam hati Albi berharap semoga bukan wanita itu yang akan kakaknya khitbah hari ini.
Menit demi menit berlalu, pertemuan antar keluarga berlangsung dan perbincangan hangat mulai terajut membentuk cerita bersejarah yang bukan hanya akan diingat Syaka dan calon istrinya, tapi juga kedua belah keluarga besar mereka.
"Saya mendengar cerita dari Nabila, anak saya yang nyantri di sini mengenai kepintaran dan akhlak putri njenengan dalam menjaga diri dari lawan jenis baik dalam dunia nyata maupun dunia maya. Bahkan katanya, putri njenengan tidak pernah menyimpan satu kontak laki laki pun di dalam handphonenya," ucap Kyai Nashir.
"Saya sekeluarga sangat kagum. Anaknya saja sudah masyaallah apalagi kedua orang tuanya," timpalnya.
"Kamu terlalu berlebihan, Shir," ucap lawan bicara Kyai Nashir itu.
"Tidak. Aku tidak berlebihan, karena itu aku ingin menjadi besan mu. Aku ingin melamar putri mu untuk putraku, Arsyaka."
"Syafa mungkin baru saja pulang dari Mesir dan terlalu cepat jika langsung menikah. Tapi aku tidak ingin kehilangan calon menantu seperti dia dan calon besan seperti mu. Karena itu aku cepat cepat kesini untuk mengkhitbahnya," ucap Kyai Nashir, lagi.
"Memangnya kamu mau, le dengan putriku yang sangat jelek itu," gurau Kyai Nawawi, selaku ayah kandung dari Syafa.
Arsyaka mengukir senyum sembari mengangguk. Ia memang belum pernah melihat paras Syafa, tapi ia telah berjanji tidak akan pernah menolak apapun yang telah kedua orang tuanya pilihkan. Karena baginya, tidak mungkin orang tua tidak memilihkan yang terbaik untuk anaknya.
"Kalau ternyata akhlak putri ku tidak sebaik itu, apa kamu akan menceraikannya, le?"
"Mboten yai. Insyaallah kula akan membimbingnya menjadi lebih baik," jawab Arsyaka tegas.
"Dek, tolong panggilkan Syafa," pinta Kyai Nawawi pada istrinya.
"Nggih," jawabnya yang langsung melaksanakan perintah suaminya.
Tidak lama kemudian muncullah seorang gadis cantik dengan balutan gamis pink yang langsung ditangkap oleh netra hitam kecoklatan milik Albi.
Seketika intdra pendengarannya mendengung hingga tidak dapat mendengar pujian pujian indah yang ayah, ibu, serta kakak laki lakinya ucapkan untuk Syafa.
Saat telinganya kembali bisa menangkap suara, yang menggema di telinganya adalah kalimat yang beberapa tahun lalu ia ucapkan saat di salah satu toko buku yang ada di Kairo.
"Semoga kita bisa bertemu lagi ya, saat di Indonesia. Semoga kita bisa bertemu lagi ya, saat di Indonesia. Semoga kita bisa bertemu lagi ya, saat di Indonesia...
Kepala pria itu pun mulai pening, hingga akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke dalam mobil keluarganya yang diparkiran di halaman rumah itu.
"Abah, kula permisi," pamit Albi yang langsung bergegas pergi, tanpa menunggu persetujuan dari Kyai Nashir.

***

"Bukannya waktu itu kamu bilang mau S2 di Indonesia aja bi?" Tanya Umi Aisyah.
"Albi berubah pikiran mi. Setelah Albi pikir pikir lagi, kalau ada kesempatan kenapa harus disia siakan."
"Tapi minggu depan itu kan Syaka nikah. Masak adeknya malah berangkat ke Kairo," kata Ning Niswah.
"Apa nggak bisa diundur bi, keberangkatannya?" Tanya Kyai Nashir.
"Mboten bah, karena masih banyak persyaratan daftar ulang yang harus Albi urus," alibi Albi. Pria itu tidak sanggup jika harus melihat kakak kandungnya sendiri yang mempersunting wanita yang ia cintai.
Karena itu ia memutuskan pergi ke Kairo lebih cepat, agar tidak perlu mendengar kata 'qobiltu' yang akan Arsyaka ucapkan untuk Syafa.
"Ya sudah kalau begitu nanti biar umi saja yang mengantarkan kamu sampai bandara."
"Tidak perlu mi, pasti di hari H nanti umi dan Abah akan sangat repot dan kewalahan. Albi minta tolong diantar ustad Fahmi saja."
"Ya sudah kalau itu keputusan mu bi. Abah hanya bisa mendukung dan mendo'akan saja," ucap Kyai Nashir

UmayrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang