Malam tadi Umayrah bermimpi ia hendak tertabrak bus di depan kampusnya, karena sibuk mengirimkan pesan untuk pengemudi ojek online yang dipesannya.
Namun beruntung bapaknya datang dan menyelamatkannya.
Mimpi itu seperti sangat nyata bagi Umayrah. Bapaknya hadir sebagai pelindungnya. Mungkin karena ia sangat merindukan ustad Fahmi, hingga terbawa mimpi.
Karena itu hari ini, saat ia sedang tidak ada mata kuliah, May pergi ke makam ustad Fahmi untuk ziarah sekaligus mendoakannya.
Setelah membaca tahlil dan do'a, Umayrah menaburkan bunga yang tadi sempat ia beli di depan pemakaman tersebut.
"Bapak, May rindu sekali. Hiks.. hiks.. May minta maaf nggak bisa jadi istri yang nurut sama mas Albi."
"Ya Allah jangan ikut menghukum bapak karena kesalahan May, Bapak selalu mengajari May buat taat kok hiks.. hiks.. tapi May yang belum bisa menerapkannya ya Allah.."
Setelah memaksa tangisnya untuk berhenti, May membersihkan sisa sisa air matanya dengan jilbabnya.
Wanita itu kemudian berpamitan dan berlenggang meninggalkan pemakaman itu.
Saat hampir sampai di depan rumah Bu dhenya, May melihat mobil Albi terparkir di depan rumah yang hendak ditujunya.
Umayrah segera membalikkan badannya dan berjalan pergi, menghindari Albi. Namun Albi terlebih dulu menahan tangannya Umayrah.
"May, aku minta maaf."
Umayrah dengan sekuat tenaga manahan air matanya agar tidak luruh.
Saat Albi telah berada dihadapannya, gadis itu justru memejamkan matanya beberapa detik, agar tidak ada sebutir air mata pun yang keluar dari mata indahnya.
"Aku minta maaf May, aku_ aku akui aku salah. Maaf sudah menuduh kamu padahal aku lah yang seharusnya disalahkan, May."
"Lepasin tanganku mas!" Pinta Umayrah dengan suara yang bergetar.
"Tapi May_
"Aku ingin sendiri dulu mas," ucap Umayrah yang langsung menghempaskan tangan Albi dan berlari memasuki rumah Bu dhenya.
Bersamaan dengan itu An-Nisa keluar dari sana, jadilah Albi tidak bisa mengajar Umayrah yang berlari.
"Biarkan Umayrah tenang dulu, gus. Mungkin untuk beberapa saat ini May belum siap buat ketemu Gus Albi," ucap Nisa.
"Nggih," kata Albi sembari menghembuskan nafas, pasrah.
"Albi minta bantuan Bu dhe ya, tolong bu dhe bujuk Umayrah supaya mau pulang ke pesantren."
"Insyaallah gus," kata Nisa.
"Kalau begitu saya pamit pulang dulu ya Bu dhe, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."***
"Assalamualaikum warahmatullah," salam Umayrah, mengakhiri sholat isya'nya.
Kemudian ia segera mengambil handphonenya yang sedari tadi mengeluarkan bunyi.
"Hallo, Assalamualaikum umi."
"Waalaikumsalam May. Nduk kamu sakit apa?" Tanya Umi Aisyah.
"Ha? Sakit? Umayrah sehat kok mi, May nggak sakit."
"Tapi kata Albi, kamu nggak jadi pulang ke pesantren karena sakit. Beneran nduk kamu sehat?"
Umayrah hanya diam, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Wanita yang masih berstatus sebagai istri sah Albi itu bingung harus bagaimana.
Waktu itu ia memang berpamitan akan menginap beberapa hari di rumah Bu dhenya kepada Umi Aisyah dan Abah Nashir, tapi ia dan Albi sepakat tidak menceritakan bahwa mereka sedang bertengkar. Sepasang suami istri itu tentunya tidak ingin membebani pikiran kedua orang tuanya.
"May? Umayrah sehat kan? Beneran sehat?"
"Ah i_ iya mi, Umayrah sehat. Mungkin maksudnya mas Albi yang sakit itu Bu dhe Nisa. Jadi Umayrah masih belum mau pulang ke pesantren karena pengen jagain Bu dhe dulu sampai sembuh."
"Bu dhe kamu sakit apa May?"
"Ee.. cuma demam biasa aja kok mi."
"Ya sudah sampaikan salam umi buat Bu dhe kamu ya, semoga Bu dhe kamu cepet sembuh. Nanti kalau umi ada waktu, umi kesana buat jenguk."
"Mm... Oh mm.. iya mi nanti Umayrah sampaikan."
"Umi matikan ya nduk teleponnya, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Air mata Umayrah pun kembali mengucur. Ia merasa telah berdosa karena telah membohongi ibu mertuanya. Ia sebenarnya sangat rindu sekali pada belaian hangat umi Aisyah. Namun ia tidak sanggup menerima kenyataan jika Albi masih mencintai kakak iparnya.
Wanita itu terus menangis, meski masih menggunakan mukena. Bahkan Umayrah menangis hingga ia tertidur di atas sajadahnya. Ia terlalu membenci dirinya sendiri yang tidak mampu menggantikan posisi Syafa di hati Albi, meski pernikahannya sudah hampir menginjak usia sepuluh bulan.
Pikirannya terlalu kacau hari ini, hingga ia lupa ada hal yang harus ia selesaikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Umayrah
RomanceUmayrah Hanum Ar-Rayya adalah gadis 'tidak cantik' yang menerima pinangan Gus Albi Hawnar-Rohim, sesaat setelah ayah kandung May meninggal akibat melindungi Gus Albi dan kedua orang tuanya dari begal. Namun setelah menikah, May baru menyadari bahwa...