4• ANGER

1.9K 252 8
                                    

Sudah bukan rahasia lagi, semua siswa menyukai pelajaran Defence of the Dark Arts. Seakan berbanding terbalik dari guru yang mengajar pelajaran yang sama di tahun lalu, Profesor Lupin membuat kelas menjadi menyenangkan, semua orang menyukainya.

Terlepas dari pelajaran pertamanya –khususnya untuk anak kelas tiga– di minggu lalu, dimana hal tersebut yang membuat aku dan Morrigan menjadi bahan buah bibir satu sekolah, aku tetap menyukai kelasnya. Karena tentu saja, itu di luar kendali dia.

     "Oke, saya rasa sekian untuk hari ini, terima kasih atas kehadiran kalian." Profesor Lupin berbalik ke mejanya, bersamaan dengan anak-anak yang langsung merapikan barang-barang dan mulai berhamburan ke luar kelas.

     "Ayo," Ajak Lilac, menungguku yang masih belum beranjak dari kursi, bersamaan dengan Ginny dan juga Morrigan– seperti biasa.

     "Kalian duluan aja." Suruhku pada ketiganya, mengangguk dan memberikan tatapan yakin agar mereka tidak khawatir. Dan setelah melewati sedikit perdebatan kecil, akhirnya mereka keluar juga.

Aku mengamati profesor Lupin yang masih sibuk dengan barang-barang di mejanya. Dia belum sadar kalau aku masih berada di dalam kelas. Jadi, kutunggu saja sampai dia menoleh, baru kusampaikan niatku.

Tiga hari setelah malam itu, Hermione masih belum berbicara padaku lagi. Entah dia masih marah atau terlalu sibuk dengan tugas-tugasnya, aku tidak terlalu peduli.

Lagipula, aku memang tidak bersalah. Dan kalaupun ada salah satu diantara kita yang harus meminta maaf, sudah pasti harus dia orangnya– bukan aku.

Lilac dan Ginny percaya penuh padaku -tentu saja- karena kami memang selalu menghabiskan waktu bersama. Keduanya sampai tidak tidur menungguku kembali pada malam itu, sungguh membuatku sedikit terharu.

Hal lainnya, orang-orang masih membicarakan tentangku dan Morro, meskipun sudah tidak terlalu sering. Mereka selalu berbisik-bisik dan tertawa setiap kali aku melewati koridor, terutama disaat aku berjalan dengan Morrigan.

Dan beruntungnya, aku sudah tidak terlalu peduli lagi dengan apa yang mereka bicarakan. Karena satu-satunya perhatianku sekarang adalah mencari tau penyebab berita itu bisa terjadi.

     "Miss Granger," Suara Profesor Lupin membuatku menoleh, menyadari bahwa dia sudah berdiri dengan memegang tasnya dan bersiap untuk keluar. "Can I help you?"

     "Oh, Profesor—" Aku terdiam sebentar, menggigit bibir bawahku dengan gugup. "Boleh saya meminta waktu anda sebentar?"

Profesor Lupin memandangku lekat-lekat, kebingungan tersirat di wajahnya sebelum dia mengangguk dengan cepat. "Tentu saja," Dia berbalik lagi ke mejanya dan duduk di kursi. "Silakan." Ujarnya dengan tersenyum, mempersilakanku untuk duduk di kursi yang berada di depan mejanya.

Aku menuruti, memeluk tasku dan beranjak ke arahnya.

Kecanggungan mulai menyelimuti setelah aku duduk tepat didepannya. Aku mulai mempertanyakan kembali niatku untuk bertanya langsung dengan Profesor Lupin. Ya, meskipun dia adalah guru yang ramah, tapi tetap saja seorang siswa akan selalu merasa nervous jika harus berbicara dengan seorang guru– berdua.

     "Miss Granger?" Dia memanggilku sekali lagi, satu alisnya dinaikkan dengan ujung bibir yang menungkik untuk tersenyum. "Apa yang mau dibicarakan?"

     "Oh, yeah," Aku mengerjap, mengambil nafas dan mencoba untuk fokus, meskipun aku tidak tau harus mulai berbicara dari mana. "Erm, profesor—aku hanya ingin ta—maksudku—aku ingin menanyakan tentang—"

𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫? | Draco Malfoy X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang