Aku menyaksikan dengan takjub betapa indahnya siluet senja pada sore hari ini, cahaya jingga matahari tersebar merona pada langit yang mulai gelap persis seperti lukisan-lukisan mahal yang digambar oleh seniman ternama. Lebih hebat lagi adalah mengetahui bahwa pemandangan ini bukan merupakan hasil tangan dari seorang manusia, melainkan surya panas sangat besar yang saat ini sudah menenggelamkan tubuhnya setengah dan mengintip di balik awan untuk bersiap pulang.
Seakan tidak terpengaruh oleh panasnya sang surya, rintikan salju masih turun dengan sangat setia tanpa mengurangi kuantitasnya sedikitpun. Menghirup nafas dalam-dalam, aku merelakan organ pernafasanku untuk dialiri oleh udara sejuk nan segar yang membuat kepala setiap makhluk merasakan ketenangan.
Andai saja setiap hari bisa seperti ini, pasti rasanya akan damai tanpa harus memikirkan beban kehidupan yang melayang bebas di atas ubun-ubun. Aku kembali menghembuskan nafas—kali ini dengan agak kasar—ke udara, membuat uap hangat yang berasal dari mulutku bertabrakan langsung dengan uap dingin di sekitar. Huft, pikiran itu menghantuiku lagi.
"Oy! dari pada melamun tidak jelas begitu, lebih baik ikut bermain bersama kami, Y/n."
Demi mendengar suara ledekan Edgar, aku rela memutarkan kepala dan berbalik untuk melihatnya sinis. "Jeez, aku tidak melamun!"
Saat ini kami sedang berada di dalam gazebo bertingkat yang terletak di pinggir danau dari kediaman keluarga Wilhelm. Edgar dan Morro sejak tadi sedang asik bermain Gobstones, sedangkan aku meringkuk di pojok tempat duduk untuk membelakangi mereka dan mengamati permukaan danau yang membeku indah; bodohnya Lilac dan Ginny sedang menginjak-injak permukaan itu sambil berfoto ria meminjam kameraku, mereka terkikik kesenangan setiap kali sepatunya tergelincir.
Awas saja kalau kepingan es itu tiba-tiba pecah dan mereka tercebur meminta pertolongan, seolah Mrs Wilhelm belum mengingatkannya.
"Kemarin Malfoy bilang apa ke kamu?" tiba-tiba Morro bertanya seperti itu, membuatku menoleh ke arahnya dan menemukan kedua mata yang sudah terkunci padaku dengan satu alis meninggi. "Dia pasti bilang sesuatu, kan?"
Sejujurnya aku bingung ingin menjawab apa, jadi aku hanya bisa menggeleng. "Tidak ada."
"Kau punya hubungan dengan Malfoy?" Edgar menceletuk, kepalanya mendongak dari papan permainan hanya untuk menyelidik. "Bukankah selama ini kau suka dengan Cedric?"
"Jangan konyol," kilahku, mendekat ke tempat duduk mereka sambil memutar bola mata. "Sekalipun aku punya hubungan dengannya, pasti itu hubungan kebencian."
Lelaki berambut hitam itu mengangguk sok paham. "Oh, dengan Malfoy atau Diggory?"
"Malfoy, bodoh!" aku tidak tahan untuk tidak menjitak kepala kosong Edgar, menghasilkan rintihan terkejut langsung keluar dari mulutnya.
"Ouch!" dia meringis sambil mengusap-usap kepalanya. "Merlin, aku kan hanya bertanya!"
"Pertanyaanmu bodoh," jawabku tak peduli.
Mereka melanjutkan lagi permainan papannya, sedangkan aku duduk bersandar seraya menyaksikan kedua lelaki itu dengan pikiran yang masih terbang kemana-mana. Tidak, aku tidak memikirkan tentang mereka berdua, tapi tentang tanggal hari ini yang tidak dapat aku hindari; dua puluh tujuh Desember. Astaga, rasanya aku ingin sekali cepat-cepat tertidur dan terbangun di esok hari tanpa gangguan apapun.
Yap, ini sudah satu hari sejak lelaki pirang itu datang menginjakkan kakinya di rumah ini. Lilac dan Ginny juga banyak bertanya-tanya tentang hal yang sama seperti apa yang Morro barusan tanyakan padaku, tetap aku tidak memberitahu apapun. Pertama, karena aku tidak ingin terlalu memikirkannya, lalu kedua, karena aku tidak yakin apakah dia serius dengan ucapannya atau tidak. Bodoh memang, tentu saja dia sangat serius atas ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫? | Draco Malfoy X Reader
Fanfiction"𝑰 𝒓𝒆𝒂𝒍𝒍𝒚 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒚𝒐𝒖, 𝑴𝒂𝒍𝒇𝒐𝒚 ... " "𝑻𝒉𝒆 𝒑𝒆𝒐𝒑𝒍𝒆 𝒚𝒐𝒖 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒕𝒆𝒏𝒅 𝒕𝒐 𝒃𝒆𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒐𝒏𝒆𝒔 𝒚𝒐𝒖 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒎𝒐𝒔𝒕, 𝑮𝒓𝒂𝒏𝒈𝒆𝒓 ... " "𝑨𝒏𝒅 𝑰 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒘𝒂𝒚 𝑰 𝒅𝒐𝒏'𝒕 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒚𝒐𝒖...