38• POTTER STINKS

1.8K 138 65
                                    

Malam ini Aula Besar berisik sekali. Bukan berarti sebelumnya tidak pernah berisik. Hanya saja, hari ini rasanya jauh lebih berisik dari malam-malam sebelumnya yang pernah aku alami di Hogwarts.

Selain karena Halloween, hari ini juga akan diadakan pemilihan juara Turnamen Triwizard, yang dilaksanakan tepat setelah makan malam selesai. Pembicaraan mengenai hal itu berdengungan di mana-mana, hampir di seluruh penjuru Aula. Bahkan, hidangan lezat yang saat ini tersedia di depan meja pun tampak tidak menarik dibandingkan Piala Api yang berdiri di depan sana.

Aku sendiri sibuk mengunyah makanan di piringku, tidak menghiraukan obrolan teman-temanku yang begitu gaduh, padahal topiknya hanya seputar itu-itu saja. Seriusan, deh. Aku sampai bosan mendengarnya.

Satu-satunya hal yang berhasil mengalihkan perhatianku adalah ucapan Ron, yang kini posisi duduknya berhadapan dengan posisiku.

"Mudah-mudahan saja Angelina terpilih," ujarnya penuh harap, seraya melahap kukis labunya dalam satu gigitan. "Lebih baik dia kan daripada Diggory yang populer hanya karena penampilannya itu."

Mendengar itu, otomatis aku langsung mendongak, menurunkan sendok yang sudah menyentuh bibirku demi memelototinya tajam. "Watch it, Ron!" sentakku dengan nada tidak terima. "Bisa tidak, kau mendukung satu orang tanpa harus menjatuhkan orang lain?"

Seperti Ron pada biasanya, dia hanya membalasku dengan wajah polos, matanya mendelik tidak suka, yang ku balas lagi dengan dengkusan jengah. Dia tuh, selalu tidak pernah merasa bersalah.

Memang, sejak pagi aku ini defensif sekali jika ada yang membicarakan tentang Cedric. Bukan apa-apa, tapi sebagai temannya, aku tersinggung kalau Cedric dijelek-jelekkan seperti itu.

Bukan hanya Ron saja, aku juga sempat memarahi Seamus tadi siang, karena dia bilang Cedric tidak akan mau ambil risiko menciderai wajah tampannya dengan mengikuti Turnamen ini. Well, Seamus salah besar, karena Cedric benar-benar sudah memasukkan namanya ke dalam Piala Api.

Alih-alih memikirkan wajahnya, Cedric hanya ingin membanggakan ayah dan nama Asramanya. Setidaknya itu yang dia katakan padaku tadi sore, saat kami berdua mengobrol di depan Aula. Tapi, tentu saja aku tahu bahwa tidak semua orang akan mengerti.

"Nah, Ron, kau tidak boleh berkata begitu di depan pacarnya." Fred menjulurkan garpu ke arahku seraya menggerakkan alisnya jahil.

Ginny diam-diam cekikikan.

Harry ikut terkekeh. "Tenang saja, Y/n, aku juga mendukung Cedric, kok." Dia menyeringai nakal sambil mengacak-acak rambutku.

Huft.. Semua ini terjadi semenjak pertemuan kami di perjalanan menuju Piala Dunia Quidditch kala itu, semua orang jadi berprasangka aku dekat dengan Cedric. Ya, memang dekat, sih. Tapi, interpretasi mereka itu berbeda, terutama Hermione. Tidak peduli berapa kali aku harus menjelaskan, mereka selalu mengira aku dan Cedric memiliki hubungan romansa, padahal jelas-jelas kami hanya murni berteman.

Namun, aku tidak mau ambil pusing soal itu, karena nyatanya pembahasan tentang Cedric selalu berhasil mengambil perhatian kakakku agar tidak terus-terusan bertanya mengapa lencana spew bisa sampai ada di Draco.

Contohnya sekarang, Hermione diam-diam mengamatiku sambil senyum penuh makna.

Demi Janggut Merlin..., apa dia beneran berharap aku berpacaran dengan Cedric, ya?

Oke, aku akui, dulu aku memang sempat mengharapkan hal yang sama. Tapi, rasanya itu sudah lama sekali sejak aku memiliki angan-angan untuk bisa bersama Cedric. Sekarang, keinginan itu sudah pergi jauh ke tempat yang aku sendiri juga tidak tahu alasannya mengapa. Mungkin karena aku sudah merasa cukup dengan hanya berteman.

𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫? | Draco Malfoy X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang