Sudah dua hari sejak terjadi kerusuhan di Hospital Wing malam itu, aku sama sekali tidak menampakkan diri untuk pergi makan ke Aula bersama dengan yang lainnya sampai di hari ini; tidak untuk sarapan, makan siang, ataupun makan malam. Thanks to Merlin for Lilac and Ginny, yang selalu membawakanku beberapa makanan ke dalam kamar meskipun aku sudah bilang kalau aku sedang tidak nafsu makan.
Aku hanya keluar dari asrama jika sudah memasuki jam pelajaran. Selain itu, aku akan berdiam diri di kamar melakukan apa saja asalkan tidak melihat wajah pucat Malfoy.
Don't get me wrong, but ... what did he do to me?
Shit! Aku bahkan tidak mau menyebut itu sebagai first kiss, dan nyatanya memang bukan.
Okay, calm down ...
Just like he said, itu adalah kesalahan.
Benar, kesalahan, kesalahan besar.
"Y/n, kamu ingin melewati makan siang lagi?" pertanyaan Ginny datang bersamaan dengan dirinya yang baru saja memasuki kamar. Aku mendongak lalu menggeleng, dan dia langsung duduk di sebelahku. "What's wrong with you?"
"Uhm, aku hanya tidak sedang nafsu makan," jawabku, masih sama seperti sebelumnya.
"Hey, it's been two days!" tandasnya, dia seperti menyadari keanehan dari sikapku, dan aku juga sama sekali tidak menyalahkannya. "C'mon, aku benar-benar memaksamu hari ini, dan aku tidak bersedia menerima penolakan."
Aku sedikit terkekeh. "Di mana Lilac?"
"Dia sudah duluan, kamu tahu sendiri," Ginny memutar bola mata, dan aku tertawa. "Ayolah, keburu makanannya habis di makan si purple."
"Just let me think first—"
"Y/n!" rajuknya. "Dua hari ini kamu makan hanya sedik—" dia tiba-tiba menjeda, wajahnya menyala seperti mendapatkan ide baru. "Ahh, oke, aku tahu kalau yang ini pasti kamu tidak bisa menolak," Ginny tersenyum menggoda.
"Try me," tantangku, tersenyum main-main.
"Kamu lupa ini hari apa?"
Aku berpikir sebentar, tidak mungkin juga aku lupa. "Sabtu?— oh!" desahan terkejut keluar dari mulutku yang melebar, diikuti dengan Ginny yang menggangguk. "Quidditch ya?!"
"Yep!" serunya, menjetikkan jari dengan semangat. "Kamu nggak mungkin dong kalau sampai nggak nonton Cedric? Iya kan? Iya dong?" dia menggerakkan alisnya, membuatku tertawa seraya memukul bahunya pelan.
"Dasar ya kamu! Aku mau nonton Harry lah," tukasku, menyeringai untuk balik menggodanya, dan dia langsung memerah.
Tiba-tiba saja, kilatan petir masuk melalui jendela, diikuti dengan suara gemuruh guntur yang cukup kencang. Aku dan Ginny sedikit berjengit, mengamati keadaan langit di luar yang tampak sudah sangat gelap meskipun sekarang masih sekitar jam dua belas siang.
"Kamu yakin Quidditch jadi dilaksanakan hari ini?" aku menatap Ginny penuh khawatir.
"Well," dia berpikir sejenak. "Sejauh ini belum ada alasan yang cukup kuat untuk membatalkan pertandingan itu, sih," jawabnya, kebingungan.
Alasan kuat? Tim slytherin saja sampai takut bermain di cuaca seperti ini. Apa suara petir itu belum cukup untuk menjadi alasan yang kuat?
"Jadi kamu mau ikut makan siang atau nggak?" Ginny bertanya lagi dengan tidak sabar.
Aku menimbang-nimbang pikiran sebelum akhirnya menghela nafas dalam. "Yaudah, deh."
Ginny tersenyum lebar, dan kami segera berjalan menuju Great Hall. Ternyata benar, gemuruh langit dapat terdengar lebih keras dari koridor di bawah sini, disertai dengan suhu dingin yang langsung berderap menusuk permukaan kulitku. Bloody hell, ini lebih dari sekedar hujan biasa— sangat sangat deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫? | Draco Malfoy X Reader
Fanfiction"𝑰 𝒓𝒆𝒂𝒍𝒍𝒚 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒚𝒐𝒖, 𝑴𝒂𝒍𝒇𝒐𝒚 ... " "𝑻𝒉𝒆 𝒑𝒆𝒐𝒑𝒍𝒆 𝒚𝒐𝒖 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒕𝒆𝒏𝒅 𝒕𝒐 𝒃𝒆𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒐𝒏𝒆𝒔 𝒚𝒐𝒖 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒎𝒐𝒔𝒕, 𝑮𝒓𝒂𝒏𝒈𝒆𝒓 ... " "𝑨𝒏𝒅 𝑰 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒘𝒂𝒚 𝑰 𝒅𝒐𝒏'𝒕 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒚𝒐𝒖...