37• SEVERAL ARRIVALS

1.5K 123 101
                                    

     "Miss Granger, tolong jelaskan apa yang kau lihat dari daun teh Miss Vervain," Profesor Trelawney, guru pelajaran Ramalan yang mengenakan kacamata bundar dan puluhan kalung manik-manik di lehernya, berkata padaku dengan suara parau yang berkabut.

Terhitung sudah hampir satu jam aku berada di dalam kelas konyol ini. Dan tidak satu detik pun aku mendengar berbagai penjelasan darinya. Berlama-lama di dalam ruangan ini hanya membuatku semakin mengantuk. Bagaimana tidak? alih-alih kelas, ruangan ini lebih mirip seperti loteng kuno yang biasa dipakai orang tua untuk menikmati waktu senja.

Suasananya begitu remang-remang. Seluruh jendela tertutupi oleh tirai selendang dan banyak lampu yang dilapisi kain merah. Ditambah lagi, udaranya sangat hangat. Aroma wewangian menguar dari gemeletuk api di bawah perapian. Rak dan meja dipenuhi dengan bulu-bulu. Dikelilingi oleh puluhan lilin yang menampakkan cahaya bola-bola kristal keperakkan.

Sedari tadi, aku dan Lilac hanya duduk dalam satu meja kecil melingkar. Menempati kursi pouf empuk sembari minum teh dan membaca buku paket. Meskipun aku juga tidak mengerti apa makna yang bisa diambil dari semua konsep pembelajaran ini. Tapi, rasa tehnya boleh juga.

     "Miss Granger!"

Aku tersentak dengan mata melebar. "Yes Profesor?" tiba-tiba saja rasa kantukku hilang dalam sekejap.

Janggut Merlin! apa yang tadi dia suruh?

Dan bisa ku lihat Profesor Trelawney memandangku secara dramatis. "Oh, my dear," ucapnya, seraya meletakkan tangan di dada. "Saya merasakan sedikit sekali aura di sekitarmu, sangat sedikit penerimaan terhadap resonansi masa depan."

Tunggu, sekarang apa yang sedang dia bicarakan?

Mengerutkan alis, aku menoleh ke Lilac untuk meminta penjelasan. "Maksudnya apa, sih?" bisikku. Tapi gadis berambut ungu itu malah melipat bibirnya ke dalam sambil cekikikan.

Demi Tuhan, harusnya aku mendengarkan kata Hermione untuk tidak mengambil pelajaran Divination ini.

     "Bacakan saja apa bentuk dari daun teh Miss Vervain, dear," Profesor Trelawney mengangkat cangkir dari depan meja Lilac dan menyerahkannya padaku.

     "Oh, alright.." aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak memutar mata. Daun teh itu lagi! lalu ku ambil cangkir di tangannya itu, melihat isinya dalam sekilas. "Hanya bubuk coklat yang tampak basah dan berbentuk abstrak, Profesor," jawabku apa adanya.

Profesor Trelawney melotot. "Perluas pikiranmu, sayangku! biarkan matamu melihat melampaui hal-hal duniawi!"

Bloody hell.

Aku mencoba untuk menenangkan diri. Sekali lagi mengamati isi cangkir milik Lilac. "Oke," hembusku. "Aku melihat... sebuah kepala yang... gemuk dan mirip matahari... tapi mungkin ikan buntal? atau kudanil? er— artinya—" ku lirik buku paketku yang terbuka untuk mencari jawaban. "Akan ada kebahagiaan yang melegakan, atau... penderitaan karena kelaparan yang bertubi-tubi?"

Lilac semakin terkikik. "Menurutku, ya.., kau perlu menguji ulang Mata Batinmu," bisiknya, membuatku harus menahan tawa karena mendapat tatapan tajam dari Profesor Trelawney. "Sekarang giliranku."

     "Hey, tunggu," aku meraih tangannya saat dia ingin meraih cangkirku. "Tehnya belum ku habiskan," segera aku meminum teh itu sampai tersisa ampasnya sebelum ku serahkan lagi pada Lilac.

Sementara Profesor Trelawney sudah semakin jengah denganku, Lilac mulai melirik ke dalam cangkirku. "Er—" dia bergumam selagi dahinya berkerut, susah payah membaca apa yang tidak bisa dibaca. "Oh my God, Y/n, kenapa bubuk tehmu sangat sedikit?" katanya. "Aku hanya melihat gumpalan kecil seperti— tunggu sebentar," dia memutar cangkirku ke arah lain.

𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫? | Draco Malfoy X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang