Perlahan-lahan aku mulai membuka mataku, lalu mengerang akibat silaunya penerangan yang memenuhi indera penglihatan. Sekali lagi aku memejamkan mata, menyesuaikan pandangan, sebelum membukanya lagi untuk yang kedua kali—dan segalanya tampak jelas.
Ada gumaman suara-suara yang terdengar di sekitar saat aku masih memandang atap ceiling, tapi sayangnya aku terlalu lelah untuk mencari tahu. Karena saat ini seluruh tubuhku rasanya sakit sekali, tenggorokanku perih, kepalaku juga sangat berat, sampai-sampai aku ingin tertidur saja selama mungkin jika diizinkan. Namun—
Tiba-tiba mataku melebar, teringat setiap detail tentang semua yang terjadi sebelum aku di sini.
"Malfoy," aku tersentak dan buru-buru duduk tegak, hingga membuat kepalaku berputar dan terhuyung atas gerakan mendadak itu. "Awh—!"
"Y/n!" entah dari mana, Hermione langsung memegangi lenganku dengan sorot khawatir.
"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya dicium oleh dementor," itu suara Ron.
Aku mendongak. "Kalian—" lirihku, sambil menyapukan pandangan ke sekitar ruangan.
Ternyata aku berada di Hospital Wing.
Harry dan Hermione sudah berdiri mengelilingi ranjangku, sementara Ron berbaring di ranjang yang bersebelahan dengan ranjangku karena kaki kanannya yang diperban— entah mengapa.
Kehadiran mereka bertiga cukup membuatku sedikit lega, tapi... "Di mana Malfoy?!" tetap masih ada nada panik yang tertinggal dalam suaraku sambil menatap ketiganya bergiliran.
"Dia masih hidup," Ron mendengkus.
Jawabannya sama sekali tidak memuaskan, jadi aku beralih menatap kakakku dengan hati-hati.
"He's fine," Hermione mengangguk meyakinkan, sebelum mengedikkan dagunya ke arah lain yang berseberangan dari kami.
Di ujung sana, ada satu ranjang yang tertutup oleh tirai. Namun aku masih bisa melihat ujung kaki seseorang yang berbaring di atas sana. Apakah itu Malfoy? kenapa dia belum sadar?
"Madam Pomfrey sudah memeriksanya," sahut Harry, seolah-olah dia tahu apa yang ada di dalam pikiranku. "Tapi dia bilang lukanya cukup parah, jadi akan sangat menyiksa jika tidak diberikan obat tidur, setidaknya sampai proses penyembuhan selesai—dan dia juga terkena efek dementor," Harry menjelaskan.
Aku mendesah nafas lega, tapi mataku masih memandang ranjang tertutup itu dengan sendu. Kalau saja dia sampai kenapa-napa, mungkin aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri.
Ini semua salahku.
"Y/n, look, aku minta maaf karena tidak bisa melindungimu," ujar Harry lagi, kali ini dengan suara dan tatap mata penuh oleh rasa bersalah ketika aku kembali melihatnya. "Saat itu aku—"
"Bukan salahmu, Harry," potong Hermione.
"Yeah, lagipula, kau berhasil melindungiku, Harry," sambungku, menerawang momen terakhir pada kejadian itu. "Sebelum pingsan, aku sempat melihat bayang-bayang cahaya yang sangat terang, itu karena manteramu, bukan?"
"Well, Harry juga pingsan," jawab Ron.
"Pingsan?" aku memandang ketiganya sambil mengernyit. "Lalu, yang ... " ada keraguan di dalam kepalaku sebelum bisa menyelesaikan kalimat. "—yang mengusir dementor itu, siapa?"
Harry membuang nafasnya di udara. Kemudian dia mulai bercerita; tentang bagaimana, ketika para dementor mencekiknya, menghisap seluruh jiwanya, tiba-tiba sesuatu yang besar berwarna perak datang melintas dari seberang danau. Sesuatu yang sangat terang dan berhasil membuat dementor mundur, melepaskan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫? | Draco Malfoy X Reader
Fanfiction"𝑰 𝒓𝒆𝒂𝒍𝒍𝒚 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒚𝒐𝒖, 𝑴𝒂𝒍𝒇𝒐𝒚 ... " "𝑻𝒉𝒆 𝒑𝒆𝒐𝒑𝒍𝒆 𝒚𝒐𝒖 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒕𝒆𝒏𝒅 𝒕𝒐 𝒃𝒆𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒐𝒏𝒆𝒔 𝒚𝒐𝒖 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒎𝒐𝒔𝒕, 𝑮𝒓𝒂𝒏𝒈𝒆𝒓 ... " "𝑨𝒏𝒅 𝑰 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒘𝒂𝒚 𝑰 𝒅𝒐𝒏'𝒕 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒚𝒐𝒖...