29• SORRY

1.2K 116 30
                                    

     "Bagaimana kalian mendapatkannya?" Angelina Johnson memekik saat si kembar Weasley mulai melemparkan banyak Peppermint Toads ke kerumunan, sementara anak-anak lainnya menyambut antusias.

Aku tertawa-tawa dari sisi ruangan, melihat setiap anak saling bertubrukan demi merebut apa yang disebarkan oleh Fred dan George. Mereka itu benar-benar pembangkit suasana; rusuh, ribut, berisik, semuanya menjadi satu.

Pertandingan Quidditch antara Gryffindor melawan Ravenclaw baru saja selesai tadi sore. Seperti yang sekarang tergambar jelas pada setiap wajah siswa-siswi Gryffindor, asrama kami menang. Itulah mengapa suasana common room saat ini sangat riuh akan kegembiraan, karena si kembar berambut merah itu berinisiatif mengadakan pesta kemenangan.

Demi apapun, lagaknya seolah-olah kami sudah memenangkan Piala Quidditch. Padahal masih ada satu pertandingan final lagi untuk itu, yaitu melawan tim Asrama Slytherin. Bisa dibayangkan betapa tegangnya atmosfir yang akan tercipta nanti, bisa-bisa bukan cuma memperebutkan posisi satu, tapi juga memperebutkan gengsi dan balas dendam.

Tahu sendiri, kan, kacaunya dua Asrama itu.

Setelah pertandingan tadi, Fred dan George sempat menghilang selama beberapa jam. Lalu kembali sambil mengajak anak-anak Gryffindor berkumpul dengan membawa banyak makanan; ada setumpuk botol butterbeer, jus labu, cokelat, juga banyak permen yang entah di dapat dari mana selain membelinya dari Honeydukes.

Namun karena minggu ini belum ada kunjungan akhir pekan ke Hogsmeade, pertanyaanku sama seperti Angelina. "Bagaimana cara mereka mendapatkan semua itu?" aku bertanya pada Ron, yang tampaknya terlalu menikmati euforia.

Fred lebih dulu merangkul bahuku, bahkan aku tidak sadar kapan dia berjalan mendekat. "Kau mau tahu?" tanyanya seraya menggerakkan alis. "Dengan sedikit bantuan dari Moony, Wormtail, Padfoot, dan Prongs," Fred berkedip, bukan kepadaku, melainkan pada Harry di pojok sana.

Segera setelah itu, dia kembali lagi bergabung dengan kerumunan di tengah-tengah ruangan.

     "Kau kenal dengan Moony?" kali ini aku beralih, berbisik pada Morro di sebelahku.

     "Peri rumahku?"

     "Moony, bukan Minnie."

     "Siapa Moony?"

     "Itulah mengapa aku bertanya," aku langsung merengut. "Sudah, sana lanjutkan lagi mainnya."

Morro berbalik untuk melanjutkan permainan Gobstone bersama Edgar, hal terakhir yang aku dengar sebelum berjalan menghampiri Hermione adalah suara lelaki itu yang bertanya pada Edgar. "Kau kenal Moony?" lalu aku melihat kerutan di dahi Edgar yang menggeleng-geleng kebingungan, ada-ada saja.

     "Mione, apa kau tahu tentang— bloody hell, Hermione," aku mengangkat buku tebal dari meja kakakku di pojok terpencil Ruang Rekreasi, melirik Harry yang sedari tadi bersamanya. Lelaki itu memberiku tatapan yang seolah berkata 'Lihat sendiri kan kelakuan kakakmu?'

Di tengah pesta seperti ini dia masih sempat-sempatnya belajar. "Home Life and Social Habits of British Muggles," aku membaca sampul bukunya sambil mengernyit.

     "Y/n, kembalikan buku itu," Hermione merebutnya, entah mengapa suaranya terdengar agak serak dan aneh. "Aku harus selesai membaca ini sebelum hari Senin," sambungnya, kembali mengubur wajahnya dalam setiap lembaran-lembaran kertas.

     "Lagian kenapa kau harus mengambil kelas Muggle Studies, sih?" protesku. "Kita kan Muggleborn, Hermione, kita tahu semua ten—"

     "Aku perlu mempelajarinya dari sudut pandang Dunia Sihir," potong Hermione tanpa mendongak. "Dan kalau kau memang bersungguh-sungguh, aku rasa kau juga perlu mengambil pelajaran itu di tahun depan."

𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫? | Draco Malfoy X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang