"Merlin! aku lapar," Edgar mengeluh sembari menyandarkan punggungnya ke kursi kereta, meninggalkan papan catur yang sejak tadi dia mainkan bersama Morro. "Kenapa bibi penjual belum lewat juga," gumamnya pada diri sendiri.
Liburan musim dingin telah usai. Saat ini kami sedang dalam perjalanan di Hogwarts Express untuk kembali ke sekolah dan melanjutkan pembelajaran pada sisa semester tahun kedua.
Entah bagaimana caranya, tapi hari-hari belakangan ini memang terasa jauh lebih cepat dibandingkan dengan hari-hari biasanya.
Mungkin sebab kedua orang tua Morro yang terlampau baik? yeah, aku dan sahabatku selalu merasa seperti kami berada di rumah sendiri.
Dua minggu yang terasa— menakjubkan.
Aku tidak pernah bisa mengungkapkan betapa bersyukurnya aku atas semua hal yang terjadi.
Meskipun, yep, karena perkara Malfoy, Ginny masih belum seratus persen mau berbicara denganku lagi. Padahal aku sudah berkali-kali meminta maaf dan menjelaskan semuanya, bahwa itu semua bukan semata-mata karena keinginanku, tetapi dia tetap saja tidak peduli.
"Mungkin sebentar lagi," sahutku sebelum kembali memalingkan wajah ke jendela untuk menghibur kedua mataku dengan pemandangan menakjubkan yang ada di luar.
Berbeda pada saat kami berangkat, kali ini aku duduk bersebelahan dengan Morro dan Edgar, mereka yang dekat pintu dan aku duduk dekat jendela. Sementara Lilac dan Ginny duduk berdua berhadapan dengan kami, mereka tertidur. Aku memilih begini karena tahu bahwa Ginny masih tidak ingin dekat-dekat denganku.
Jadi, aku mengalah.
Kami diantar oleh Mr Wilhelm sampai ke stasiun King's Cross, menggunakan mobil terbang pribadi miliknya tentu saja. Di sana, kami sempat bertemu dengan keluarga Weasley; Mrs Weasley yang mengantar Percy, Fred dan George, lalu kedua orang tua itu sempat mengobrol sebentar, bertukar kabar dan semacamnya. Si kembar nakal, juga bertanya padaku apakah aku sudah menerima kado darinya—kado permen aneh itu—dan aku mengangguk sambil tertawa-tawa tak jelas.
"Kau lupa kalau kau sudah makan?" suara Morro terdengar sedang menyindir temannya.
"Itu, kan, sudah tiga jam yang lalu, mate," jawab Edgar. "Coba kau lihat sudah jam berapa sekarang," gerutunya. "Y/n, kau lapar juga?"
Mendengar namaku disebut, aku berbalik dan menghadapkan diri pada keduanya. Morro sedang melirik jam tangan pemberianku yang selalu dikenakannya itu, lalu mendongak. "Jam lima," katanya. "Dalam satu jam kita akan tiba."
"Nah, tahanlah sebentar lagi, Edgar," aku menepuk-nepuk bahunya bercanda, kemudian bersandar seraya mengamati kedua teman perempuanku yang masih nyenyak tertidur.
Sejujurnya aku juga sedikit lapar, kami terakhir kali makan itu saat pukul siang tadi. Morella membawakan kami bekal, namun tidak banyak untuk bisa di makan dua kali. Lagipula, sebentar lagi juga sudah mau sampai, dan Hogwarts tidak pernah diragukan dalam menyiapkan hidangan.
"Anything from the trolley, dears?"
Ah, ternyata bibi itu panjang umur, suara serak dan deritan gerobaknya mampu membuat Edgar melompat dari tempat duduk. Dia membuka pintu kompartemen sambil merogoh kocek, sibuk melihat-lihat apa yang ingin ia beli.
"Kau ingin sesuatu?" tanya Morro padaku.
Belum sempat aku menjawab, dia sudah lebih dulu menyusul Edgar ke ambang pintu. Kedua lelaki itu berhimpitan selagi memilih kudapan.
Bisa ku tebak, sebentar lagi kompartemen kami akan penuh dengan berbagai macam camilan.
Mereka pasti akan tetap membeli banyak snacks meskipun tahu kalau kami akan segera sampai, lalu Lilac dengan senang hati akan membawa sebagian snacks tersebut untuk diselundupkan ke kamar sebagai stock amunisinya. Ajaib, kan? ya begitulah tingkat sewajarnya para sahabatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫? | Draco Malfoy X Reader
Fanfiction"𝑰 𝒓𝒆𝒂𝒍𝒍𝒚 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒚𝒐𝒖, 𝑴𝒂𝒍𝒇𝒐𝒚 ... " "𝑻𝒉𝒆 𝒑𝒆𝒐𝒑𝒍𝒆 𝒚𝒐𝒖 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒕𝒆𝒏𝒅 𝒕𝒐 𝒃𝒆𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒐𝒏𝒆𝒔 𝒚𝒐𝒖 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒎𝒐𝒔𝒕, 𝑮𝒓𝒂𝒏𝒈𝒆𝒓 ... " "𝑨𝒏𝒅 𝑰 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒘𝒂𝒚 𝑰 𝒅𝒐𝒏'𝒕 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒚𝒐𝒖...