Satu sekolah hanya sibuk membicarakan tentang Black selama berhari-hari setelah malam itu. Bayangkan saja, teori-teori tentang bagaimana pria itu bisa masuk ke dalam kastil dengan cepat tersebar di mana-mana. Dari yang masuk akal sampai yang terkonyol sekalipun.
Lilac Vervain. Sahabatku yang satu itu percaya-percaya saja ketika ada salah satu anak hufflepuff yang menyebutkan bahwa Black bisa mengubah dirinya menjadi semak berbunga dan masuk kedalam kastil dengan cara menyamar. Bukankah itu tidak masuk akal? Tentu saja.
Beside all of that shits, aku sudah mencoba memberitahu Harry tentang apa yang aku dengar pada malam itu. Tetapi, dia bilang kalau dia sudah tahu. Dia juga bilang kalau dia terjaga semalaman hanya untuk mendengar percakapan antara Snape dan Dumbledore. Dari situ aku baru menyadari kemungkinan jika dia tahu apa yang telah terjadi denganku dan si bodoh Malfoy. Beruntungnya saja, dia sama sekali tidak membahas tentang hal itu.
Satu hal tersial lagi khususnya bagi anak gryffindor saat ini adalah potret fat lady yang sementara di gantikan oleh potret Sir Cadogan dan kuda poni gemuknya. Tidak ada satupun siswa yang menyukai ide ini. Bukan apa-apa, tapi Sir Cadogan seringkali menghabiskan waktunya untuk menantang orang berduel, dan sisanya berpikir tentang kata sandi rumit yang akan dia ubah setidaknya dua kali dalam sehari.
Dan sekarang, aku beserta teman-temanku harus menghabiskan waktu dua jam dalam kelas potion. Kelas yang sama sekali akan menguras segala energi dari fisik dan mentalku. Oke, sekarang sudah sepuluh menit sejak kami berada di dalam kelas bawah tanah, tetapi profesor Snape belum juga menampakkan batang hidungnya yang bengkok. Mari berharap kalau dia memang tidak berniat hadir hari ini.
"Demi Merlin! Kalau dalam lima menit profesor tidak datang juga, aku akan potong lima puluh poin dari slytherin," gerutu Lilac.
Aku tertawa mengetahui tangannya yang sudah gatal ingin segera membuat ramuan. "Paling tidak, kepalamu yang akan dipotong, Li."
Tidak berapa lama kemudian, Dean Thomas datang dengan nafasnya yang terengah-engah. Dia berdiri di tengah pintu, memegang lututnya, lalu memandang kami semua selama beberapa detik sebelum berbicara dengan terbata-bata. Aku menautkan kedua alis mendengarkannya.
"Ada apa, Dean?" tanya Ginny. "Coba bernafaslah terlebih dahulu."
"Y-yeah, sorry," dia berdiri dan mencoba mengambil nafas. "Ok, jadi, er– wait," Dean mengambil nafas lagi. "Jadi profesor Snape menyuruhku untuk memberitahu kalian kalau kelas ditiadakan," lanjutnya tanpa koma.
Satu kelas baru saja ingin bersorak sebelum Dean melanjutkan dengan menghentakkan tangannya di udara. "Tapi, tapi, tunggu dulu—" satu kelas kembali terdiam. "Oke, yang slytherin bisa kembali ke asrama, dan gryffindor harus ikut ke kelas Defence Against the Dark Arts."
"Huh? Dean, tapi kelas kami kan di hari Kamis," aku memprotes. "Profesor Lupin beneran menyuruh kami datang sekarang?"
"Aku bahkan belum menyelesaikan tugasnya," sahut Colin Creevey yang langsung ditertawakan oleh sebagian anak slytherin.
Oh. Aku sendiri baru ingat tentang tugas itu.
"Tidak, tidak," sambung Dean lagi, mencoba memberikan klarifikasi. "Ini permintaan profesor Snape, bukan profesor Lupin."
Kami semua, anak-anak gryffindor, tertegun dan saling menatap satu sama lain dengan bingung. Kalau begini, pasti tidak akan berakhir baik.
"Ayo cepat," pinta Dean khawatir. "Dia hanya memberiku lima menit, please lah, guys."
Dengan begitu, mau tidak mau, kami segera merapikan barang-barang dan berhamburan ke luar kelas. Slytherins dengan urusannya masing-masing, dan gryffindors menuju ruang yang di pimpin oleh Dean. Tidak adil memang, tapi memang begitulah seperti yang kami tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫? | Draco Malfoy X Reader
Fanfiction"𝑰 𝒓𝒆𝒂𝒍𝒍𝒚 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒚𝒐𝒖, 𝑴𝒂𝒍𝒇𝒐𝒚 ... " "𝑻𝒉𝒆 𝒑𝒆𝒐𝒑𝒍𝒆 𝒚𝒐𝒖 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒕𝒆𝒏𝒅 𝒕𝒐 𝒃𝒆𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒐𝒏𝒆𝒔 𝒚𝒐𝒖 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒎𝒐𝒔𝒕, 𝑮𝒓𝒂𝒏𝒈𝒆𝒓 ... " "𝑨𝒏𝒅 𝑰 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒘𝒂𝒚 𝑰 𝒅𝒐𝒏'𝒕 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒚𝒐𝒖...