11• FLASHBACK

1.4K 223 3
                                    

—flasback on—

     "Sneaking around again, huh?" Suara yang belakangan ini sangat familiar tiba-tiba saja memecah pandanganku pada indahnya langit malam ini, aku menoleh dan mendapatinya sudah duduk di sebelahku dengan kedua manik perak yang sedang menatapku dengan intens, "Aku sudah duga kau datang kesini," Katanya.

Aku memberinya senyuman singkat, "Dan kau juga— sneaking around, eh?"

Dia mengangguk seraya tertawa kecil, kedua mata abu-abunya kini beralih dari wajahku menuju luasnya hamparan langit yang penuh dengan bintang-bintang di atas kepala kami.

Selagi dia tidak melihatku, aku mengambil kesempatan untuk mengamatinya lebih dalam; seperti maniknya yang semakin berkilat karena berpantulan dengan cahaya bintang, juga beberapa surai rambut blonde-nya yang berantakan jatuh kedepan keningnya, sampai garis rahang yang menurutku tajam dan lancip menghiasi wajah pucatnya dengan sempurna.

Aku masih tidak mengerti kenapa dia selalu memakai seragam, dasi, dan rompinya dengan lengkap ketika datang ketempat ini tepat pada saat tengah malam. Sedangkan, seolah berbanding terbalik dengan dirinya, aku hanya mengenakan sepasang piyama polos pemberian dari kedua orangtua-ku di awal tahun dan menguncir rambutku dengan berantakan.

Entah sudah berapa kali aku mengendap-endap untuk datang ke tempat ini, akan selalu terasa layak jika semua yang aku dapatkan adalah ketenangan dan pemandangan luar biasa seperti sekarang. Suatu hal yang sepertinya sangat aku butuhkan di tengah masa-masa gelap yang akhir-akhir ini banyak memenuhi isi kepalaku.

Hembusan angin malam seringkali meniup rambut kami dengan halus, membuat rasa dingin menusuk bagian permukaan kulitku yang tidak tertutup oleh pakaian. Alih-alih kedinginan, aku malah lebih menyukainya, menghirup udara yang jauh lebih segar dibanding dalam kondisi kamarku saat ini.

Aku mengalihkan mataku mengikuti arah pandangnya, melihat hamparan bintang yang sangat indah terbentuk seperti sebuah sketsa di atas sana. Tanpa sadar, kedua ujung bibirku membentuk sebuah senyuman, suatu hal yang belakangan ini sangat jarang aku lakukan.

     "Boleh aku tau kenapa kau sering datang kesini?" Pertanyaannya memecah keheningan, membuatku mengambil nafas dalam-dalam tanpa mengalihkan pandangan dari langit dan masih tetap tersenyum hangat.

     "Simple," Jawabku. "Aku suka tempat ini."

Tidak ada jawaban lagi setelahnya, dia terdiam dalam keheningan yang kembali menyelimuti kami. Satu-satunya yang dapat terdengar adalah suara nafas kami yang sangat rendah, juga detak jantung yang hanya dapat dirasakan oleh masing-masing dari diri kami sendiri.

Aku berlama-lama mengamati langit, mengagumi segala keindahannya seakan tidak ada lagi hal seperti ini di esok hari. Sampai beberapa menit setelahnya, satu tangan dengan telunjuk yang mengarah ke atas menutupi pandanganku, membuatku menarik mata kepada sang pemilik tangan tersebut.

Seseorang disebelahku masih setia memandang bintang, dia berbicara dengan satu tangannya yang masih terangkat. "That's me," Tunjuknya.

     "What's you?" Tanyaku, mengernyit karena tidak mengerti dengan apa yang dia katakan. Seakan menyadari kebingunganku, manik abu-abu gelapnya kembali bertemu dengan mataku sekali lagi sebelum dia akhirnya menuntunku untuk mengikuti arah pandangnya.

     "Itu," katanya, lagi-lagi menunjuk ke arah langit seraya tersenyum. Aku berusaha menyipitkan mata untuk menelisik kemana arah jarinya tertuju, mencari-cari apa yang dimaksud olehnya dengan mengatakan –that's me– di atas sana, tapi tetap saja aku tidak mengerti.

     "Stars? — You are a stars?" lontarku, menebak-nebak segala sesuatu yang aku lihat dan mengaitkannya dengan pernyataan yang dia buat. Karena pada kenyataannya, memang hanya jajaran bintang yang bisa aku lihat.

𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫? | Draco Malfoy X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang