—Y/N Granger (PoV)
"The Burrow!" aku berteriak dengan sangat jelas, sambil menjatuhkan segenggam bubuk Floo dalam kepalan tangan ke lantai perapian.
—Dan setelahnya, aku menutup mata saat merasakan tubuhku mulai berputar. Sangat cepat dan semakin cepat. Seperti terbang dari tebing jurang yang entah akan mendarat di mana. Perutku mulai bergejolak tidak karuan, lalu ku peluk dua sikutku erat dan hati-hati.
Ketika rasa mual itu semakin membuncah, putarannya melambat. Terus melambat sampai akhirnya berhenti dan aku membuka mata.
Yes, kali ini aku berhasil menggunakan jaringan Floo! tidak tersesat seperti waktu terakhir kali.
Aku melangkahkan kaki keluar dari perapian, membersihkan debu dari bajuku dan mendapati diriku yang berada di ruang dapur kediaman keluarga Weasley—the Burrow. Tidak lama kemudian, kobaran api hijau menyala di perapian tadi dan memunculkan sosok Morro.
Kami memang berangkat bersama dari Wilhelm Manor. Bukan hanya kami, tapi— yap, Mr Wilhelm muncul dari tempat yang sama setelah satu detik kemudian Morro berdiri di sebelahku.
"Y/n? apakah itu kamu?" terdengar suara antusias perempuan yang sangat aku kenali.
Aku berbalik demi mendapati wajah sumringah Ginny yang tengah menuruni anak tangga dengan terburu-buru. Rambut merahnya tergerai kemana-mana, aku tersenyum melihat dia mengenakan sweater bergaris pemberianku.
"Ginny, hey!" sapaku, terkekeh.
Namun dia lebih memilih untuk menubrukku ke dalam pelukan sampai tubuhku sedikit terhuyung ke belakang. "Kau tidak tahu betapa senangnya aku saat Mum bilang kalau kalian akan datang!" ujarnya, sedikit menggebu-gebu.
Morro berdehem, membuat Ginny menarik pelukannya dariku dan beralih melihatnya.
"Hai, Mor," Ginny cengengesan. "Halo, Mr Wilhelm," sapanya setelah itu, sedikit malu.
"Halo, Ginny," Mr Wilhelm menyapanya balik dengan ramah. "Di mana Arthur dan yang lain?"
"Oh, mereka di halaman belakang," jawab Ginny. "Kami sedang menyiapkan peralatan untuk makan malam di luar hari ini!" serunya.
"Wah," aku ikut bersemangat. "That'll be fun."
Saat Mr Wilhelm sudah lebih dulu menyusul yang lainnya menuju halaman belakang, Ginny melanjutkan pelukannya padaku yang sempat tertunda—tidak lupa sambil melompat kecil.
"Oh, gosh," aku terkekeh sambil mengusap-usap punggungnya. "Ginny, Morro akan cemburu kalau tidak dipeluk juga."
"Aku hanya patung di sini," sahut Morro.
Kami tertawa. "Tuh, kan?" gumamku.
Ginny menarik dirinya lagi dan mendengkus. "Aku masih marah pada Morro karena tidak mengajakku datang ke rumahmu," protesnya.
"Oh, jadi kau ingin datang juga?" tanyaku.
"Tapi nggak dibolehin tuh sama dia," Ginny cemberut seraya mengedikkan dagu ke Morro.
"Dadakan, Gin," Morro membela diri.
"Memang dasarnya kau tidak menyetujui kalau aku ingin ikut," Ginny memutar bola mata.
Aku hanya bisa terkikik mendengar perdebatan keduanya. Dua bulan tidak mendengar cekcok kecil para teman-temanku itu membuatku rindu. Apalagi jika ditambah Edgar dan Lilac, lengkap sudah kelompok pembangkit keributan.
Lalu, suara kukuran mengalihkan perhatian kami. Netraku menangkap sebuah burung hantu abu-abu berukuran mungil, melompat-lompat di dalam kandang kecilnya yang ada di bawah tangga, berkukur keras seperti marah-marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫? | Draco Malfoy X Reader
Fanfiction"𝑰 𝒓𝒆𝒂𝒍𝒍𝒚 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒚𝒐𝒖, 𝑴𝒂𝒍𝒇𝒐𝒚 ... " "𝑻𝒉𝒆 𝒑𝒆𝒐𝒑𝒍𝒆 𝒚𝒐𝒖 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒕𝒆𝒏𝒅 𝒕𝒐 𝒃𝒆𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒐𝒏𝒆𝒔 𝒚𝒐𝒖 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒎𝒐𝒔𝒕, 𝑮𝒓𝒂𝒏𝒈𝒆𝒓 ... " "𝑨𝒏𝒅 𝑰 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒘𝒂𝒚 𝑰 𝒅𝒐𝒏'𝒕 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒚𝒐𝒖...