22• SHOPPING

1.2K 143 50
                                    

     "Demi Merlin, berapa orang yang tinggal di sini, Mor?" mataku tidak berhenti menatap takjub pada bangunan di sekeliling yang berdiri sangat megah, pasalnya aku memang tidak pernah melihat rumah sebesar ini sebelumnya.

Ayah Morrigan, Mr Melchior Wilhelm, telah menjemput kami dari stasiun King's Cross menggunakan mobil terbang miliknya dan mengantarkan kami kesini, sebelum dia akhirnya kembali lagi ke Kementerian untuk mengurus pekerjaannya. Ternyata benar apa kata Morro, Mr Wilhelm adalah orang yang sangat ramah, dia tidak berhenti mengajak kami semua mengobrol di sepanjang perjalanan. Bukan hanya sikapnya saja yang mirip dengan Morrigan, tapi juga keseluruhan fitur wajahnya. Seperti rambut coklat bergelombangnya, rahang tegasnya, kulit putih dan bibir tebalnya. Rasanya seperti melihat Morro dalam versi dewasa, hanya saja manik warna matanya yang membuat mereka sedikit berbeda. Alih-alih berwarna biru cerah, Mr Wilhelm cenderung memiliki manik cokelat gelap seperti mataku.

     "Hanya keluarga saja, kok," Morro membuka pintu marbel besar yang sangat tinggi. Melihat dari corak dan tampilannya yang berkilat, bisa diasumsikan kalau harganya pasti tidak murah.

Bloody hell, apakah semua rumah milik ancestor darah murni memang semegah ini? Well, ini sih tidak cocok disebut sebagai rumah, tapi istana.

Sebelum masuk kesini, kami telah melewati gerbang besi mewah dan taman luas yang terdapat air mancur di tengah-tengah. Ukiran pepohonan, bunga-bunga, bahkan danau kecil—yang sebenarnya tidak kecil—terletak di samping taman indah bersalju yang baru saja kami lewati. Siapapun pasti penasaran apa saja yang ada di dalam rumah megah ini setelah disuguhkan keindahan yang ada di luarnya. Benar saja, kenyataannya tidak jauh berbeda.

     "Merlin's Beard!" Lilac terkejut dan hampir menjatuhkan kopernya saat suara pop kecil disertai abu berasap muncul di depan kami, membuat kami semua hampir berjengit kaget.

Sebuah makhluk kecil berdiri menatap kami malu-malu, memiliki telinga besar seperti kelelawar dan mata hijau menonjol seukuran bola tenis. Aku memperhatikan bahwa dia mengenakan apa yang tampak seperti sarung bantal tua, dengan robekan di kedua lubang lengan dan kaki, sesuatu yang sangat lusuh.

     "Selamat datang kembali di rumah, Master," kata makhluk itu dengan suara melengking yang tinggi, membungkuk sangat rendah sehingga ujung hidungnya yang panjang dan kurus menyentuh lantai, lalu dia tersenyum. "Selamat datang, Sir dan Miss, sungguh suatu kehormatan bisa bertemu dengan teman-teman Master."

     "Terima kasih, Minnie," Morro memberinya gestur ramah, membuat mata besar makhluk kecil itu berkilat senang. "Guys, ini peri rumah keluargaku, namanya Minnie, dia sangat baik."

Mendengar Morro memujinya, peri rumah bernama Minnie itu lagi-lagi menunjukkan ekspresi malu-malunya dengan kedua tangan kecil yang tertaut ke belakang dan matanya menatap lantai. Sekarang aku baru ingat kalau aku juga pernah melihat makhluk sejenisnya di suatu tempat di Hogwarts, tetapi baru tahu namanya adalah peri-rumah. Apakah jika tinggal di Hogwarts namanya akan berubah menjadi peri-sekolah? Hmm, tidak tahu, deh.

     "Halo, Minnie," Ginny menyapanya sambil tersenyum. "Senang berkenalan denganmu."

     "Ah, Miss Weasley, sungguh suatu kehormatan," telinga Minnie terbuka lebar saat dia menatap kami dengan wajah sumringah.

Aku sedikit heran mendengarnya, tapi tetap memasang senyum ramah. "Gimana kau tahu dia adalah seorang Weasley?" tanyaku pelan.

Minnie menggesekkan satu kakinya malu sebelum menjawab riang. "Rambut merah, Miss," dia menunjuk puncak kepala Ginny.

Edgar tertawa menyembur dengan sangat puas, membuat Ginny meninju pinggangnya main-main, sedangkan kami semua ikut cekikikan. Weasley dan rambut merahnya memang sudah seperti pengetahuan umum.

𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫? | Draco Malfoy X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang