19• DECEMBER

1.2K 161 63
                                    

     "Seriously?" aku tertawa cukup keras sambil memegang perutku yang berasa tergelitik. "That's very funny!" pujiku, menyeka air mata yang hampir keluar karena saking lucunya.

Ron mengangguk seraya terbatuk-batuk, tidak kuat menahan tawanya sendiri. Beberapa makanan bahkan sampai menyembur keluar dari mulut penuhnya, yang mana hal itu malah membuat tawaku semakin tidak terkontrol.

     "Ew! Ron!" Hermione yang terkena cipratan semburan mulut Ron langsung memberengut.

Aku hampir berhasil menenangkan diri, ketika Ron menirukan ekspresi wajah Malfoy saat terkena timpukan hati buaya dalam kelas potion, dan aku kembali tertawa terbahak-bahak, lagi.

     "Kau harus liat wajah jeleknya, sungguh!" Ron menutup mulutnya yang penuh sambil lanjut tertawa, matanya melirik meja slytherin yang ada di belakangku dengan rasa bangga.

Merlin, membayangkannya saja sudah lucu.

Setelah beberapa saat, kami berdua bersamaan akhirnya mendesah puas, meredam diri masing-masing karena kelelahan akibat tertawa.

     "Kalian berdua sama saja," cibir Hermione, mengangkat kepala dari buku Aritmanchy yang sedang dibacanya di atas meja. "Gryffindor terkena lima puluh poin dan kau tertawa, Ron?"

     "Snape mengurangi poin kami itu sudah biasa, Hermione, tapi Ron menimpuk Malfoy dengan hati buaya itu yang luar biasa," tangkasku, memberikan satu jempol ke arah Ron. "I think it worth the price, isn't it, Harry?"

Harry hanya tersenyum dan menghela nafas, sebelum kembali menyantap makan siangnya dengan malas-malasan. Ya, kondisi hatinya memang masih sedih karena kehilangan Nimbus, juga karena mengalami kekalahan pertamanya dalam pertandingan Quidditch.

Hal itu membuat Malfoy menjadi gila dengan terus-terusan mengejek Harry atas kekalahan gryffindor. Dia tidak berhenti memperagakan cara Harry terjatuh dari sapu terbangnya dengan kedua tangan di atas penuh semangat, persis seperti dia menirukan para dementor.

So annoying, right?

Itulah yang membuat Ron kesal dan akhirnya menimpuk wajah Malfoy dengan hati buaya dalam kelas Snape. Walaupun aku tidak menyaksikan, tapi mendengarnya saja sudah cukup puas. Lima puluh poin sebagai bayarannya, tidak rugi-rugi banget, bukan?

     "Kamu sedang nulis apa, sih?" aku bertanya pada Lilac setelah menyuap sosis ke dalam mulut. Sepanjang siang ini, anak itu hanya sibuk menulis perkamen, mengabaikan makanan yang biasanya sangat tidak mungkin dia lewatkan.

     "Esai dari Snape," jawab Lilac tanpa menoleh, pandangannya hanya berfokus pada buku tebal dan perkamen yang sejak tadi sedang ditulisnya.

     "Huh?" aku mengernyit sebelum menyenggol bahu Ginny. "Emangnya ada tugas potion, Gin?"

Ginny mengedikkan bahu. "Potion sih nggak ada," ungkapnya, sambil menuang jus jeruk. "Tapi kamu ingat kan esai tentang werewolves?"

     "Jangan bilang kamu belum mengerjakannya, Y/n?" Hermione menginterupsi, memicingkan matanya ke arahku dengan penuh intimidasi.

Aku terdiam sebentar, memutar bola mata dan lanjut mengunyah. "Walaupun aku tidak suka dengan tugasnya, aku tidak akan pernah lupa untuk mengerjakan tugas apapun, Hermione."

     "Kalau Snape mengajar Defence Against the Dark Arts lagi hari ini, aku akan membolos," kata Ron, dengan mulutnya yang penuh bluberi.

Hermione mendengus. "Karena kau memang belum mengerjakan tugasnya kan, Ron?"

     "Who cares, Hermione?" balas Ron lagi, nada suaranya seakan tidak peduli. "Dia kan cuma guru pengganti ... Lagipula, materi kita memang belum belajar sampai sana, apa dia bilang? werewolves," dia memutar bola matanya kesal. "Tunggu saja sampai Lupin kembali mengajar."

𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫? | Draco Malfoy X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang