20• MEMORIES

1.2K 146 50
                                    

Setelah selesai bersiap-siap, aku turun melewati common room yang terlihat sangat sepi pagi ini. Siswa-siswi kelas tiga keatas tentunya sudah lebih dulu pergi ke Hogsmeade, sedangkan siswa-siswi kelas satu dan dua mungkin saja masih terlelap dalam mimpi mereka yang indah.

Sabtu ini adalah pekan terakhir kami berada di Hogwarts, karena dua minggu selanjutnya sebagian besar dari kami akan pergi liburan untuk merayakan Christmas dan tahun baru bersama orang-orang tercinta. Kecuali, mereka yang memutuskan untuk tetap tinggal di kastil; seperti halnya Harry, Ron, dan juga Hermione.

Seorang Harry memang tidak pernah pulang ketika hanya liburan musim dingin, karena dia sangat membenci rumah paman dan bibinya. Kalau Ron beralasan karena dia tidak tahan dengan sikap Percy selama di rumah, dan Hermione beralasan kalau dia butuh untuk menggunakan perpustakaan dalam mengerjakan tugas-tugasnya selama dua minggu. Padahal, aku tahu pasti alasan mereka yang sebenarnya adalah karena ingin menemani Harry agar tidak merasa sendirian, apalagi setelah banyak kejadian yang menimpanya.

Oh, ngomong-ngomong soal Harry, dimana dia sekarang? Apakah sedang sendirian berada di dalam kamarnya? Ah, mungkin saja sedang mengantar Ron dan Hermione sampai ke depan Entrance Hall seperti Hogsmeade Trip sebelumnya, tapi bedanya kali ini aku tidak ikut.

Aku menguncir asal rambutku dan mensleting erat jaket yang ku kenakan, kemudian mengamati suasana common room yang hanya terdapat Crookshanks sedang mengendap-endap di sekitar ruangan, seperti sedang berburu tikus.

Tanpa memperdulikan hal itu lebih jauh, aku segera keluar asrama melalui pintu lukisan. Tidak sedikitpun aku duga, seseorang yang ingin aku temui hari ini ternyata sudah berdiri menungguku di depan sana, tepat di depan lukisan Sir Cadogan. Dalam detik pertama, aku melihatnya sedang mengernyit mengamati lukisan gila tersebut, dan detik setelah dia menyadari kehadiranku, wajahnya langsung menyala menyiratkan bibirnya yang tersenyum.

     "Hai," sapanya, ramah seperti biasa.

Cedric mengenakan jaket abu-abu tua dengan garis kuning di sepanjang lengannya, tidak lupa juga dengan syal hufflepuff yang selalu dia gunakan selama musim dingin. Dan entah mengapa, rambutnya tampak lebih rapih hari ini. Tetapi, ya, Cedric tetaplah Cedric, tampan.

     "Hai, Ced," aku memasang senyum terbaikku. "Kenapa kamu sampai ke sini?" tanyaku pelan.

Dia mengangguk. "Menjemputmu," katanya, kemudian mengamatiku dari atas sampai bawah sambil senyum-senyum sendiri. "Kamu—" manik abu cerahnya mendarat di mataku, menatapnya lamat-lamat dengan penuh makna. "—cantik.. dan kamu mengenakan jaketku, eh?"

Aku tertawa ringan, berusaha menyembunyikan semburat merah yang mulai muncul di pipiku. "Thanks," gumamku, menatap lantai sesaat untuk mengambil nafas sebelum menatap matanya lagi. "But, it's okay, isn't it? jaketnya—"

     "Totally okay," potongnya, mengangguk sambil tersenyum. Dia mengambil beberapa langkah mendekatiku, dan menunduk agar bisa melihat wajahku yang lebih pendek dari tubuhnya. "Aku senang kamu memakainya."

     "Aku juga senang memakainya," balasku, ikut menirukan ekspresi wajahnya yang berseri-seri. "Um, by the way, kamu sudah menunggu lama?"

Cedric menggeleng pelan, dia sepertinya ingin berkata sesuatu tetapi potret Sir Cadogan menginterupsinya lebih dulu. "Berdiri dan bertarunglah, dasar bajingan berperut kuning!"

Kepalaku berputar untuk melihat lukisan penjaga asramaku itu, yang saat ini sedang mengayunkan-ayunkan pedangnya sambil melihat ke arah Cedric dengan menantang.

     "Sejak tadi dia meneriakiku," bisik Cedric.

Sir Cadogan tertawa dengan suara beratnya yang menggema. "No password, no entrance!"

𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫? | Draco Malfoy X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang