"PARKINSON, HENTIKAN ITU!"
Aku berteriak ketika melihat Colin Creevey tersungkur pada salah satu lantai koridor, disekelilingnya berdiri empat anak Slytherin yang sedang tertawa karena merasa jagoan.
"Y/n, lebih baik kita tidak usah ikut campur," Lilac memegangi tanganku, tapi sudah terlambat karena aku lebih dulu berjalan menghampiri mereka dengan emosi mendidih.
"Ooo, Mudblood, guys," Parkinson memasang wajah mengejek. "Memangnya apa yang akan kau lakukan, filthy?" dia bertanya meremehkan.
"Jauhin dia atau aku akan laporin kalian ke guru!" ancamku seraya memelototi keempatnya.
"Mudblood membela Mudblood," kata Goyle, mendengus seraya menendang kamera Colin yang tergeletak di lantai, membuatnya terlempar jauh hingga menabrak dinding.
"Stop it, you dumb fat!" aku menerobos tubuhnya yang besar untuk mengambil barang itu, namun kakinya yang terulur berhasil membuatku jatuh. "Awh–sialan!" rutukku.
"Berani sekali dia memanggilmu gendut bodoh, Goyle," mereka semua tertawa puas.
Lilac dan Ginny yang sedari tadi menonton ngeri segera berlari ke arahku, ingin membantuku berdiri tapi aku sudah berdiri sendiri. "Nggak usah diladenin kenapa, sihh?" mohon keduanya.
"Kalian bantu Colin," ujarku, sementara aku memungut kamera miliknya yang tampaknya agak penyok, meraba-rabanya sebentar untuk memastikan tidak ada kondimen yang tercecer.
"Kuat juga, ya, mudblood solidarity kalian," cibir Parkinson, masih terkikik-kikik bersama teman bodohnya— Crabbe, Goyle, Bulstrode.
"Shut up, pug face," cetusku tidak peduli, masih sibuk memeriksa kamera di tanganku.
"Oh my God?!" temannya mengompori.
"She called you pug face!"
Tanpa kata apapun lagi, tiba-tiba saja Parkinson mendorongku sampai menabrak dinding, membuat kamera Colin tidak sengaja aku jatuhkan. Dia menghimpitku, menarik dasiku dengan satu tangannya sampai leherku tercekik.
"Aku tidak akan membiarkan seorang darah lumpur menghinaku seperti itu," desisnya, tepat di depan wajahku yang hanya berjarak beberapa senti dengannya yang penuh amarah.
Dan aku memastikan untuk tidak memotong kontak mata kami, menunjukkannya bahwa aku sama sekali tidak takut. "Oh, terus kenapa? kau, kan, memang lebih hina dari seorang darah lumpur," jawabku dengan seringaian menantang, membuat api emosinya berkobar.
"Jaga mulutmu, lumpur!" geramnya dengan gigi bergemeletuk. "Kalau sampai Draco mendengar ini, dia akan membuat hidupmu menjadi lebih menderita, kau tahu, Mudblood!"
Alisku terangkat setelah mendengar nama lelaki pirang itu. Namun Parkinson malah mengartikan perubahan ekspresiku sebagai bentuk ketakutan, karena sekarang dia mulai menyeringai dan menertawakan wajahku.
"Kenapa?" ejeknya. "Kau pikir aku tidak tahu kalau Draco selalu menyiksamu dalam detensi kalian?" binar-binar manik hitamnya berkilat kesenangan. "Lihat, kan? betapa baiknya dia menggantikanku hanya untuk menghukummu—dan kalau itu belum membuatmu jera, maka aku dengan senang hati akan menambahkan!" dia menarik dasiku dalam satu hentakan keras.
"STOP, BITCH!" Lilac menjerit.
Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia bicarakan mengenai Malfoy, tapi aku akan mengikuti alur mainnya. "Katakan padanya kalau aku tidak takut!" bentakku, meskipun begitu suaraku tertahan karena tangannya. "Jauhkan tangan kasarmu dariku—psikopat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫? | Draco Malfoy X Reader
Fanfiction"𝑰 𝒓𝒆𝒂𝒍𝒍𝒚 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒚𝒐𝒖, 𝑴𝒂𝒍𝒇𝒐𝒚 ... " "𝑻𝒉𝒆 𝒑𝒆𝒐𝒑𝒍𝒆 𝒚𝒐𝒖 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒕𝒆𝒏𝒅 𝒕𝒐 𝒃𝒆𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒐𝒏𝒆𝒔 𝒚𝒐𝒖 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒎𝒐𝒔𝒕, 𝑮𝒓𝒂𝒏𝒈𝒆𝒓 ... " "𝑨𝒏𝒅 𝑰 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒘𝒂𝒚 𝑰 𝒅𝒐𝒏'𝒕 𝒉𝒂𝒕𝒆 𝒚𝒐𝒖...