"Masuklah. Ini apartemen barumu. Kedap suara, tidak ada balkon, lantai kayu, cat berwarna cream, dan—"
"Aku tahu kau sudah menanganinya. Masuklah, aku akan membuatkanmu secangkir teh."
Jisoo mendorong pelan tubuh Seungkwan untuk masuk ke dalam apartemen barunya. "Kau menata semua bahan dengan rapi, bukan?"
"As your want."
Jisoo berjalan masuk melewati Seungkwan dan disambut dengan lorong berukuran satu setengah meter yang singkat, kemudian bertemu dengan pintu kayu berpelitur cokelat tua yang elegan yang berhadapan langsung dengan dapur. Ia berhenti sebentar dan mengelus pintunya.
"Ini kamarku? Seingatku, aku sudah mendetailkan warna apa yang kumau. Dan kurasa ini terlalu tua."
Mendengarnya Seungkwan menghela nafas pelan. Inilah Jisoo. Selalu bersikap seperti ini. "Mau kuganti?"
Sebulan yang lalu Seungkwan mendapatkan kiriman sebuah file di emailnya. Berisi sebuah desain apartemen. Luas apartemennya tidak jelas, hanya berisi beberapa perbandingan-perbandingan luas yang rumit.
Apartemen tanpa balkon. Tembok kaca anti silau. Hanya butuh lima ruangan: kamar dengan kamar mandinya; dapur yang bergabung dengan ruang santai; ruangan kosong untuk yoga yang menghadap langsung ke jendela kaca; dan sebuah display kayu untuk tanaman kaktus. Cat yang harus berwarna saddle-brown untuk pintu, lantai coconut limber dengan serat berwarna hitam halus, cat tembok berwarna white-smoke, dan dua macam lampu; satu saat ia tidur, satu saat ia ingin berterang-terang. Yang terpenting, apartemen harus kedap suara.
"Tidak perlu. Ini lumayan." Ia berpaling ke kanan dan menemui bagian ruangan yang ia desain dengan detail.
"Namun kupikir aku akan sedikit protes kalau ada yang salah di bagian ini." Jari lentiknya menunjuk pada kitchen set yang berada di hadapannya. Konter dapur yang menghadap langsung pada ruang luas— yang terdapat sofa dan satu set home teather, semua sesuai seperti yang ia inginkan.
Seungkwan lumayan juga.
"Terima kasih sudah membuat apartemen ini menjadi cantik. Kau yang terbaik."
"Jadi sekarang katakan padaku, untuk apa kau menginginkan sebuah apartemen?"
Ini yang selama ini ingin diketahui oleh Seungkwan. Jisoo seorang model.
Terkenal? Pasti.
Populer? Tak diragukan.
Banyak yang ingin bersamanya? Hah, retoris sekali.
Membiarkannya hidup sendirian di sebuah apartemen tua bukanlah pilihan yang baik. Tanpa penjagaan. Yang benar saja, Jisoo adalah aset perusahaan. Membiarkannya tanpa penjagaan— pengawasan— adalah sebuah kekeliruan.
"Apartemen kita sebelumnya lebih besar dari ini," Seungkwan mengedarkan pandang ke sekeliling. "Apartemen ini bahkan tidak lebih besar dengan kamar di rumah ibumu, kan?"
Jisoo tidak menjawab. Matanya memandang jauh pada layar televisi di hadapannya. Duduk santai di kursi malas dengan secangkir teh hijau di tangan kirinya. Ujung matanya melirik Seungkwan sebentar, kemudian beralih ke layar kaca. Pandangannya melewati pintu kamar yang beberapa saat tadi di sentuhnya. Berhenti pada titik itu dan seper-sekian detik kemudian tersenyum manis. "Aku hanya ingin tinggal di tempat yang harusnya kutinggali."
KAMU SEDANG MEMBACA
grand bébé [SEOKSOO]
Teen Fiction•Lee Seokmin x Hong Jisoo ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Seokmin seorang hantu penghuni apartemen tua dan Jisoo seorang model menjadi penghuni baru apartemen. ®iam.vidiot