Chapter 22

543 72 2
                                    

Seungkwan

[11:42 pm] "CEO memintamu datang besok."

Jisoo membuka ponselnya dan mendapati pesan dari Seungkwan. Ini sudah hampir setengah bulan ia tidak bertemu dengan managernya itu.

Matanya menerawang pada atap putih diatas kepalanya. Ada banyak hal yang berubah darinya. Sekarang Jisoo merasa bahwa dunia modeling, kamera, kru, dan berpenampilan menawan diatas catwalk bukanlah hal yang menarik, semua itu tak lagi menyenangkan seperti dahulu.

Ia lelah. Ia ingin berhenti. Bola matanya menatap pada papan hitam disamping meja rias. Disana ada puluhan fotonya. Dulu memandang semua itu membuat darahnya mendidih dan ingin melakukan lebih. Sekarang memandang foto itu bahkan tidak membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Ia tak lagi memiliki rasa pada dunia model.

Tidak lagi.

"Keluarlah, kita sarapan."

Suara itu. Sosok itu. Dia yang baru saja membuka pintu dan tersenyum padanya; pria itulah yang sekarang menjadi dunianya. Yang membuat jantungnya berdetak ribuan kali lebih cepat dan membuat darahnya mendidih.

Lee Seokmin...

Ia berdiri dan keluar kamar mendapati kekasihnya sudah tersenyum di balik kabinet dapur untuk menyambutnya. "Selamat pagi, princess."

Bahkan dengan panggilan kampungan itu Jisoo merasa seperti dibawa terbang tinggi. Apapun dari Seokmin akan membuatnya bahagia.

"Pie?" Ia menarik garpu dan menusuk pie bersaus strawberi di piring miliknya. "Ini enak." Kemudian ia tersenyum. "Aku sangat suka sarapan buatanmu."

"Itu lebih baik daripada sepotong alpukat seperti yang kau nikmati dulu," Seokmin membalasnya. Rambutnya yang berwarna hitam dengan ujung kemerahan begitu menawan di pagi yang dingin seperti sekarang ini.

Inilah hari yang diinginkan Jisoo. Hari yang begitu hangat dan penuh kasih. Ia tak harus memakai make-up tebal atau berdandan berlebihan. Ia hanya cukup mengenakan kaos tipis dan celana jeans kasual seadanya. Hanya dengan seperti itu ia merasakan telah memiliki seluruh dunia. Setidaknya dunianya dan Seokmin.

Hari ini persediaan makanan menipis, hanya ada dua kentang dan tiga butir telur di dalam lemari es. Ia berencana untuk keluar sebentar dan membeli beberapa sayur hijau. Seokmin bilang ia lebih menyukai sayur daripada makanan olahan lain.

"Kau pergi?" Seokmin berbisik tepat dibelakang telinga Jisoo dan itu membuatnya harus menutup mata sejenak untuk menetralkan detak jantung yang tiba-tiba menguat.

"Ya. Beberapa sayur dan daging. Aku ingin makan daging bakar malam ini," Jisoo berjalan mendekati pintu. "Kau membutuhkan sesuatu?"

"Tidak untuk saat ini."

Jisoo tersenyum tipis. Ia bergegas berjalan melewati kamar mandi dan menuju pintu sampai pada dikagetkan oleh bel pintu tua yang berbunyi parau.

Ia mengerutkan kening dan berbalik untuk menatap Seokmin. Pandangannya mengisyaratkan sebuah pertanyaan siapa itu yang datang? Kepada Seokmin.

Seokmin mengangkat bahunya tanda tak tahu- atau pura-pura tidak tahu.

Dengan sangat hati-hati, malas lebih tepatnya, ia membuka pintu dan mendapati seseorang berada dibaliknya.

grand bébé [SEOKSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang