Seungkwan adalah orang yang paling bingung disini. Ia memikirkan banyak sekali teori bahkan sampai dengan kemungkinan-kemungkinan aneh yang mungkin menimpa Jisoo.
Ia mencoba mengingat banyak hal yang bisa diraih oleh ingatannya yang bisa dikatakan baik. Ada banyak yang muncul dan semuanya aneh. Jisoo berubah. Hanya itu yang bisa ia simpulkan dan ia tak bisa menjelaskan pada bagian mana Jisoo berubah.
Ini sudah seminggu semenjak ia bertemu dengan Seungcheol. Seminggu juga kakak dari kekasihnya itu tidak menghubungi. Terakhir yang Seungkwan tahu adalah Seungcheol berjanji akan menghubunginya dan pria itu mengingkarinya— belum sempat mungkin, atau apapun.
Seungkwan mendesah. Ia memikirkan Seungcheol yang bersikap aneh pula seminggu yang lalu. Pria itu seperti menutupi kenyataan bahwa Jisoo sedikit sakit jiwa. Nafas panjang lolos dari dada Seungkwan, ia tak percaya bahwa baru saja ia menyebut Jisoo sebagai orang tak waras. Tapi memang benar seperti itu, ia yakin.
***
Dalam urusan ini Seungcheol yakin ia tak akan melibatkan Hansol dan Seungkwan. Ia akan menyelidiki semuanya sendiri. Ia sudah berbicara banyak dengan Kim Mingyu.
Lelaki itu menceritakan semua yang terjadi di Milan dan Seungcheol menyimpulkan bahwa apa yang terjadi pada Jisoo tidak berhubungan dengan kejadian di Milan. Ini berbeda, sangat berbeda.
Ia terus berfikir keras dan membuka kembali smartphone-nya, pada foto-foto yang ia ambil di apartemen Jisoo, matanya meneliti tiap sudut ruangan yang ada disana. Meneliti satu per satu sudut yang mungkin ia lewatkan. Ia mendesah tertahan sambil menutup matanya dingin. Tangan kanannya mengangkat gagang telepon dan menekan speed dial 2.
"Nona Min, bisa kau cetakkan foto yang kukirimkan kepadamu? Ya, usahakan foto itu tercetak jelas. Hm, masing-masing dua. Antarkan padaku secepatnya."
Ia mendesah lagi dan mengurut keningnya. Perusahaan dalam keadaan baik akhir-akhir ini jadi ia merasa bersyukur karena bisa fokus pada masalah 'pribadinya'.
Tapi apakah ini masalahnya? Seberapa berarti Jisoo baginya?
Seungcheol sekali lagi menggeleng kuat, ia tak ingin memikirkan hal tak penting lainnya, ia hanya ingin membantu Jisoo. Tapi Seungcheol tak biasa membantu orang. Atau mungkin Jisoo masih sangat berharga baginya.
Seungcheol sedang mengatur level steam di mesin espresonya saat pintu ruangannya diketuk oleh seseorang. Kakinya yang panjang berjalan cepat pada pintu yang terkunci.
Ia tak terbiasa mengunci pintu tapi beberapa hari ini ia tak ingin seseorang masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu— Hansol yang sering bertingkah begitu— dan Seungcheol tidak sedang dalam mood yang baik untuk berbincang dengan adiknya itu.
"Nona Min, kau membawanya?"
Orang yang dipanggilnya Nona Min itu tersentak kaget. Seungcheol tak terlalu yakin apa yang membuat wanita muda itu tersentak namun ia yakin bahwa alasannya adalah Seungcheol.
"Seperti apa yang anda minta," wanita itu masih berdiri dibelakang pintu.
Biasanya Seungcheol akan berteriak 'silahkan masuk' dari balik meja kerjanya namun sekarang bossnya sedang berdiri mengintip dari dalam ruangan dan membiarkannya berdiri bodoh diluar ruangan.
![](https://img.wattpad.com/cover/342049594-288-k352608.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
grand bébé [SEOKSOO]
Roman pour Adolescents•Lee Seokmin x Hong Jisoo ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Seokmin seorang hantu penghuni apartemen tua dan Jisoo seorang model menjadi penghuni baru apartemen. ®iam.vidiot