Chapter 13

856 100 6
                                    

"Demi apapun, Kwan, aku tak apa. Aku hanya demam,"

Jisoo merasa risih saat keningnya ditempeli plaster pereda panas, "dan ini, benda apa ini? Aku tak harus memakainya."

Tangannya meraih plaster berwarna biru muda itu dan mencoba menariknya. "Dan juga kau, kenapa kau ikut datang kemari?! Demi apapun, kalian membuatku tak bisa beristirahat!"

"Aku belum berucap sepatah kata pun! Bahkan aku sudah lima menit berdiri disini tanpa berpindah. Lalu apa salahku?"

"Salahmu adalah membiarkan kekasihmu datang kemari, Hansol!"

Seungkwan memutar matanya jengah. "Bisakah kau berbaring dengan cara yang lebih lazim? Itu tak terlihat nyaman. Kau seperti kakek tua yang mengalami sakit pinggang."

Benar saja, Jisoo duduk bersimpuh di sofa dengan banyak bantal di sekeliling tubuhnya. Meski kakinya ditekuk dengan nyaman, namun kepalanya bersandar dengan tak elit pada tumpukan bantal.

Sebenarnya jika Seungkwan bisa melihat, ia akan menemukan Jisoo yang bertumpu nyaman pada dada bidang Seokmin, dan juga terlindungi dengan aman oleh lengan kokoh Seokmin sebagai bantal kepalanya.

"Kau akan mengalami nyeri pada tulang lehermu. Kau mau pindah ke kamar?"

"Tidak."

"Makan?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Pulanglah."

Sekarang Hansol yang memutar bola matanya. Ia berjalan mendekat pada sofa dan duduk disana. Memandang pada kekasihnya yang masih berdiri dengan kaki telanjang di hadapan Jisoo yang melipat tangannya di dada- bersimpuh di atas sofa.

Mengamati perang batin diantara dua sahabat itu, mereka seperti sedang PMS saja.

"Seungkwan hanya sedang khawatir dengan keadaanmu. Jangan bersikap buruk padanya. Ia sahabatmu."

Jisoo mendengar suara Seokmin di telinga kirinya. Berbisik begitu pelan dan dekat. Ia merasakan bibir itu menyentuh bulu halus di sekitar telinganya. Ia memejamkan matanya pelan, meresapi apa yang baru saja menimpanya.

"Maafkan aku. Aku hanya sebal karena tiba-tiba demam seperti ini," walau dengan bibir yang masih terlihat kesal, Jisoo akhirnya menurunkan egonya.

Dan Hansol membuat ego itu terbakar kembali,"demammu tak datang tiba-tiba, Soo. Kau menghabiskan satu cup besar ice cream di depan chiller yang terbuka di ruang kerjaku kemarin."

"Apa yang dikatakan Hansol benar?" Bisikan Seokmin terdengar lagi. Kali ini terdengar seperti desisan kesal.

"Aku tak melakukannya."

"Kau melakukannya dan itu terlihat seperti sesuatu yang disengaja."

"Apa itu benar?"

Jisoo menutup matanya pelan. Pelipisnya semakin berdenyut Seokmin yang berada disampingnya menghadiahinya sebuah tatapan meminta penjelasan dan Seungkwan sedang memandangnya dengan tatapan jengkel.

grand bébé [SEOKSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang