Chapter 3

1.3K 143 4
                                    

Jika ada yang bertanya pada Seokmin bagaimana perasaannya sekarang, ia tidak akan menjawabnya karena tidak ada satu pun jawaban yang bisa mewakili apa yang ia rasakan.

Selama ini, ia tidak pernah mengalami berbicara dengan manusia. Ia hanya pernah memperkenalkan diri— dan ia tahu manusia tidak akan mendengarnya— sebagai sebuah bentuk sopan santunnya. Namun kali ini lain, sosok muda di hadapannya mampu melihatnya, mengetahui namanya, dan dia ini terlihat tidak terganggu olehnya.

"Ini alpukat. Cobalah," Jisoo mendekatkan setengah buah alpukat ke wajah Seokmin. "Kau kurus."

"Aku—"

"Kau cerewet sekali!"

"—tidak makan." Seokmin terkejut saat Jisoo menyuapkan sesendok alpukat ke mulutnya. Menyumpal kalimat yang belum tuntas ia utarakan. Ini aneh lagi, Seokmin merasakannya. Merasakan bagaimana rasa buah alpukat. Ia mengunyahnya sebentar, merasakan apakah benar ini sebuah kenyataan.

"Enak?"

Seokmin mendongak, memandang Jisoo yang masih tetap menikmati acara televisi. Jisoo menanyainya seperti tidak ada yang aneh di antara mereka.

Well, setidaknya Jisoo harusnya berteriak karena ada hantu di apartemen barunya. Atau kalau memang ia tidak takut dengan makhluk semacam hantu, harusnya Jisoo berteriak karena ada orang— maksudnya hantu— asing di apartemennya. Tapi nyatanya tidak, Jisoo hanya memasang wajah biasa saja. Ia tidak terkejut atau apapun yang sejenis.

"Makanlah. Aku biasa sarapan dengan itu. Kalau kau merasa tidak suka, kau bisa mengambil apapun di dalam chiller," Jisoo beranjak menuju dapur. "Kita tinggal bersama sekarang. maksudku kau dan aku, kita tinggal berdua. Mohon kerja samanya."

Ia membungkuk sebentar kemudian tersenyum. Berjalan menjauh menuju pintu kamar. Meninggalkan Seokmin disana.

"Biasakan mengetuk pintu jika masuk."

Seokmin tidak menjawab. Ia terlalu terkejut dengan apa yang sedang menimpanya. Dipandangnya buah alpukat yang ia pegang. "Apa aku baru saja makan?" Ia kembali merasakan lidahnya. "Rasa alpukat."

Selanjutnya ia tak mau banyak berfikir, ia mengambil sendok di atas konter dapur, menyendok sedikit alpukatnya. Suap demi suap ia rasakan. Ia makan. Perutnya merasa lebih baik sekarang, tidak ada rasa lapar yang menyiksa.

Apa yang terjadi dengannya? Seokmin merasa bahwa dirinya menjadi sedikit manusia.














***












Seokmin sedang berdiri mematung di depan wastafel. Tangannya memegang sendok yang baru saja ia pakai menuntaskan sebongkah alpukat. Ia hendak mencuci sendoknya, namun merasa enggan. "Bagaimana rasanya jika tanganku menyentuh air?"

"Apa yang kau lakukan?" Dia—Jisoo, keluar dari kamar. Sudah berdandan rapi terlihat akan meninggalkan apartemen.

"Ini—" Seokmin menunjukkan sendoknya. "—aku hendak mencuci ini."

"Kemudian apa yang kau tunggu?"

Seokmin diam. "Kemudian apa yang kau tunggu, Seokmin?" Ia bermonolog.

grand bébé [SEOKSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang