Chapter 23

536 81 7
                                    

Jisoo berada di lorong panjang kelabu yang berujung gelap. Diseselilingnya, pada tembok kusam yang retak-retak, ada coretan krayon yang memanjang; seperti krayon itu digoreskan sambil berlari.

Goresan itu rendah, seperti digoreskan oleh anak-anak. Jisoo mengelus bagian itu dan serpihan krayon biru muda itu menempel di tangannya. Ini baru. Ia menggosokkan ujung jarinya pada kemeja merahnya. Ia bingung, tempat apa ini? Ini familiar tapi asing. Ini asing tapi ia merasa pernah berada disini.

Matanya sibuk memandang sekeliling. Semua terlihat hitam dan putih. Tidak ada warna lain selain itu— kecuali coretan krayon dan kemejanya yang berwarna merah.

Ia bahkan menyadari bahwa ia tidak memakai alas kaki. Ubin disini terasa sangat dingin seperti permukaan besi di musim dingin. Lorong sempit ini berudara pekat sekaligus dingin yang menusuk.

Lorong ini tak berujung— atau sebenarnya berujung namun diujungnya gelap sekali— ditambah dengan udara berkabut tipis ini membuat pandangan Jisoo sedikit kabur. Jisoo menggosokkan kedua tangannya pada lengannya yang terbuka. Lengannya sedingin es namun ia merasa leher bagian belakangnya terasa hangat cenderung panas.

Ia maju ke depan pada lorong yang gelap. Hatinya merasa penasaran dengan apa yang ada disana. Ia melangkah beberapa kali dan merasakan dingin yang menusuk tiap kali ia melangkah.

"Seungcheol! Berhenti mengotori tembok!" Suara pria menginteruksi dari belakang.

Suaranya hangat dan berwibawa. Sedikit keras sehingga membuat Jisoo tersentak kaget. Ia menoleh pada sumber suara. Disana berdiri seorang pria yang ia kenali. Mr. Choi. Jisoo tersenyum dan membungkukkan badan. Sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan CEO-nya yang sangat baik ini.

"Mr. Choi," Jisoo menyapa.

Mr. Choi hanya diam. Beliau memandang padanya dengan berkacak pinggang. Beliau berpakaian aneh— tidak seperti biasanya— tuxedo abu-abu kasar dan celana hitam besar. Ada dasi kupu-kupu hitam yang manis di lehernya. Dan beliau terlihat lebih muda.

"Sudah kubilang, kau tidak boleh melakukan itu," Mr. Choi memandangnya. Tatapannya penuh kasih dan ada rasa sayang yang sangat dalam disana.

"Kemarilah. Kita akan mengunjungi Seokmin. Kau tak ingin bertemu dengannya?" Ia bahkan tersenyum saat mengakhiri ajakannya.

"Seokmin?" Jisoo terkejut. Mr. Choi mengenal Seokmin? Hal itu membuat Jisoo lega.

Setidaknya ada seseorang yang mengenal kekasihnya. Ini akan menjadi awal baginya untuk memperkenalkan kekasihnya pada orang-orang yang ia kenal bahkan Seungkwan dan Hansol.

"Ayo," Mr. Choi berseru lebih keras. "Akan segera hujan jika kau tak bergegas." Mr. Choi berbalik dan berjalan menuju pintu lift diujung lain lorong.

Dibelakangnya, Jisoo dengan tersenyum mengikuti. Ia juga tak sabar untuk bertemu dengan Seokmin. Jisoo yakin bahwa Seokmin akan terkejut saat mengetahui bahwa Mr. Choi sudah mengenalinya.

"Seungcheol, ayo!" Mr. Choi berteriak.

Seungcheol?

Jisoo menoleh dan melihat seorang bocah kecil berlari ke arahnya.

"Kita akan mengunjungi Seokmin?" Bocah itu berteriak.

grand bébé [SEOKSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang