Chapter 12

816 106 7
                                    

Kita berbeda.

.

.

Seokmin ingat sekali saat-saat ia melakukan kontak fisik dengan Jisoo.

Saat pertama kali Jisoo melihatnya dulu, Jisoo terlihat terperanjat saat menyentuh kening milik Seokmin.

Seokmin tahu, Jisoo merasakan hal yang berbeda pada dirinya. Jisoo pun juga tahu bahwa Seokmin bukanlah manusia. Suhu mereka tidaklah sama.

Jisoo selalu meremang saat bersentuhan dengan Seokmin. Walaupun namja manis itu tak pernah mengutarakannya dalam bentuk kalimat verbal, namun Seokmin tahu bahwa Jisoo merasakan kulitnya sedingin gelas perak di tengah badai salju. Ia pasti merasakan menggenggam besi penyangga lampu jalan di musim dingin saat ia menyentuh bagian tubuh Seokmin. Seokmin menjamin hal tersebut.

Seperti malam ini juga, hantu tampan itu yakin bahwa Jisoo tak melupakan fakta bahwa suhu tubuh keduanya berbeda jauh.

Ditambah lagi disaat seperti ini— si cantik ini sedang demam, tubuhnya menggigil, mengeluarkan keringat dingin, dan parahnya, ia sedang kedinginan.

Lalu, atas dasar apa ia meminta hantu yang tubuhnya sedingin es untuk memeluknya?

Apa Jisoo memiliki pikiran untuk mati dalam pelukan seorang hantu? Kemudian ia juga menjadi hantu? Kemudiannya lagi, ia bisa hidup bersama dengan Seokmin?

Mengerikan.

Memandang pada mata Jisoo yang sedang setengah tertutup, Seokmin merasa bahwa memang hal yang harus ia lakukan adalah memeluk Jisoo. Ada perasaan bahwa memang hal itulah yang harusnya ia lakukan.

"Apa ini membuatmu merasa lebih dingin?"

Jisoo tak menjawabnya. Ia menyamankan kepalanya pada dada Seokmin. Melipat kedua tangannya di dada— meringkuk berhadapan langsung dengan dada bidang milik pria yang begitu ingin ia datangi. Ia menikmati kesempatannya kali ini walaupun ia merasakan dingin yang menusuk hingga membuat tiap ototnya kebas. Tapi ia harus menahannya.

Ini untuk dirinya dan untuk Seokmin.

"Tidurlah," Seokmin menggerakkan tangannya secara vertikal disepanjang punggung sempit Jisoo. menghantarkan rasa hangat pada hati Jisoo. Rasa yang mengalahkan rasa dingin dari kulit perunggu milik Seokmin.

"Jangan pergi," bahkan suara Jisoo semakin terdengar berat. Tak bisa dipungkiri bahwa ia benar-benar menderita karena rasa menggigil yang bertambah parah.

"Aku akan berada disini sampai kau memintaku untuk pergi. Sekarang tidurlah," setelah mendengar bisikan lembut dari bibir Seokmin, Jisoo tak merasakan apa-apa selain rasa hangat yang bermuara dalam dadanya. Ia tahu, ini harus ia lakukan.

Satu yang Jisoo cermati dari hari ke hari ia tinggal bersama dengan hantu bernama Lee Seokmin ini. Ia tak tahu Seokmin berasal dari mana, namun ia benar-benar tahu bahwa aura Seokmin berubah berangsur-angsur menjadi warna yang sama dengan miliknya.

Warna biru neon yang dulu sekali ia lihat berangsur menjadi biru pendar lembut yang menenangkan. Jisoo pikir akan hanya sampai pada titik itu, tetapi ia salah. Warna biru itu memudar terus menerus seiring dengan ketambah-intensan hubungan keduanya. Ketika warna biru itu memudar, maka Jisoo akan melihat bibir Seokmin akan semakin hidup. Terselip dengan perlahan dan Jisoo memperhatikannya.

grand bébé [SEOKSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang