Chapter 17

624 87 4
                                    

Seungkwan terhuyung membawa dua koper jinjing ukuran besar. Kaki mungil yang beralaskan sandal rumahan ia bawa terseok dalam lobi agensi. Ia memejamkan mata sesekali sambil menarik nafas dalam. Seharusnya ada Hansol disaat seperti ini.

Harusnya pria itu membantunya.

Belum selesai merutuki nasibnya sebagai manager, Seungkwan mendongakkan kepala pada sisi batas tangga lantai dua. Pada sisi luar ruang para staf.

Demi Tuhan!

Kekasihnya ada disana sambil tersenyum menjijikkan, tangannya yang panjang menjuntai mengayun menyapa dirinya yang kerepotan.

Hansol dengan langkah sedikit berlari menelusuri tangga. "Kau harusnya meminta tolong padaku," tangannya mengambil dua koper jinjing itu kemudian mengangkatnya tanpa beban. "Tubuhmu terlalu kecil untuk membawa ini."

"Harusnya kau peka dan membawakannya sedari tadi. Jangan banyak bicara dan bawa itu ke ruangan Jisoo. Aku haus. Kau mau sesuatu?"

"Dua kaleng soda."

"Baiklah, dua kaleng susu rendah lemak," kemudian Seungkwan berlalu menuju sisi kanan lobi— sisi kafetaria.

"Kenapa kau menawariku jika kau sudah menentukan apa yang akan kuminum," Hansol memejamkan mata jengah.

Seungkwan selalu saja cerewet tentang apa saja yang ia konsumsi. Dengan menjadikan kesehatan dan menjaga bentuk tubuh sebagai alasan, Seungkwan sudah mensabotase semua diet Hansol.

Hansol menaruh dua koper pada ruang kosong di sisi kiri meja rias. Ia memijit pelan lengannya yang terasa pegal karena mengangkat dua koper berat itu melewati tangga. Ia merutuki ayahnya yang terlalu sok artistik dengan tidak membiarkan staf menaiki lift untuk ke lantai dua.

Pria berusia lebih dari 60 tahun itu menempatkan sebuah tangga megah berwarna silver cantik di tengah lobi. Tangga bercabang bengkok yang terlihat begitu kokoh. Jujur saja, itu menyusahkan para staf.

Merasa jengah, Hansol memutuskan untuk keluar dari ruangan 6x6 m bernuansa white-smoke itu dengan melenguhkan nafas. Ia merasa hidupnya kurang menarik akhir-akhir ini. Ia kurang berinteraksi secara fisik dengan kekasihnya.

"Hei, Hansol!"

Seseorang menepuk lengannya. Ia berbalik terkejut dan mendapati seorang pria— sedang berdiri di hadapannya. Pria itu tersenyum. Em, bukankah terasa aneh jika melihat pria ini tersenyum.

"Jeonghan?"

"Ya."

Masih arogan rupanya.

"Hmm, apa yang kau lakukan disini?" Jempol tangan Hansol menunjuk arah belakang tubuhnya— maksudnya pada arah ruang CEO.

"CEO-ku bertemu dengan ayahmu."

"Maaf, disini ia CEO-ku."

Jeonghan tersenyum menyebalkan, kemudian berujar,"Ia tetap saja ayahmu."

Terasa aneh jika Hansol bercakap dengan orang ini. Mereka bukanlah teman dekat. Bahkan mereka hanya bertemu beberapa kali dan berakhir dengan sapaan formalitas kemudian saling pergi tanpa berucap kata. Dan ini apa? Mereka berbincang? Dan Jeonghan yang memulai.

grand bébé [SEOKSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang