Chapter 10

857 114 6
                                    

Jisoo yang merajuk ternyata lebih melelahkan dibanding dengan apapun yang pernah Seokmin alami. Jisoo mengunci kamar dan tak menyuarakan apapun dari dalam kamar.

Seokmin bukan tak berusaha, ia membuat honey-tea panas dan mengetuk pintu untuk membuat Jisoo luluh. Namun sampai dengan minuman panas itu berubah menjadi dingin, pintu saddle-brown itu tak kunjung terbuka.

Menghela nafas sebentar, Seokmin mengetuk pintu pelan. Ia masih ingin berusaha membuat Jisoo memaafkannya, "Kau tak lapar?"

"..."

"Keluarlah."

"..."

Seokmin mengusap wajahnya untuk yang kesekian kalinya.

"Aku tahu aku salah, kumohon keluarlah."

"..."

Masalah ini tak akan bisa selesai jika Seokmin hanya diam seperti sekarang. Dengan keberanian yang bersarang kuat di dadanya, Seokmin membuka pintu yang mulanya terkunci.

Di dalam, Seokmin mendapati Jisoo meringkuk dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya.

"Jisoo," Seokmin berjalan mendekat.

Lampu kamar masih menyala terang sehingga sosok yang meringkuk di balik selimut itu terlihat dengan jelas. Entah keberanian yang datang dari mana, Seokmin naik ke atas ranjang menghadap pada Jisoo yang membelakanginya.

"Mari kita bicara," Seokmin menarik nafas dalam.

Ia tak tahu nafas itu akan bersarang dimana namun melakukannya membuatnya sedikit lebih tenang. "Pertama, aku benar-benar minta maaf karena masalah tadi pagi. Aku benar-benar tak tahu jika yang ada disampingku adalah Seungkwan. Kupikir itu kau."

Seokmin tahu Jisoo belum tidur. Nafas Jisoo terdengar menguat. Jisoo hanya merajuk entah karena alasan apa. Ini bukan yang pertama.

Ingat saat Jisoo marah selama dua hari hanya karena Seokmin tak membalas pesannya dan mendiamkan Seokmin hanya karena Seokmin tertidur saat Jisoo mengajaknya bicara. Jisoo memiliki mood swing yang ekstrim.

"Masalah aku yang membuang sup tadi, aku tahu kau tak suka memakan sup dingin. Kau memaafkanku kan?"

Jisoo masih tak bergeming dan Seokmin masih dengan setia menunggu respon dari Jisoonya.

Dengan tangan kiri yang menopang berat kepalanya, Seokmin menggunakan tangan kanannya untuk menyingkap selimut dari wajah Jisoo. Wajah sembab muncul dari balik selimut lembut itu. Ada sisa air mata disana.

"Kenapa, hmm?" Suara Seokmin sangat pelan mengalir di telinga Jisoo. "Maafkan aku."

Tangan kanan Seokmin mengelus pelan lengan Jisoo yang tertutup selimut, membaliknya dengan pelan sehingga mata sembab itu menghadap pada Seokmin.

Ini adalah kali pertama mereka berada dalam jarak yang sedekat ini. Entah benar atau tidak, Seokmin merasa ada yang bergejolak di bagian puncak lambungnya. Seperti gelembung-gelembung halus yang menyeruak dari spon mandi.

"Kau tak marah padaku?" Suara Jisoo begitu pelan tertangkap telinga Seokmin.

Sekitar lima menit berjarak dari pertanyaan yang diutarakan Seokmin, Jisoo menjawabnya dengan sebuah pertanyaan yang kiranya mirip dengan pertanyaan Seokmin kepada Jisoo.

grand bébé [SEOKSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang