Chapter 21

615 80 4
                                    

HARI SABTU.


Seungkwan, menutup matanya dengan pelan. Tangannya masih memegang ponsel yang menempel di telinganya. Hujan sedang deras-derasnya diluar namun ia merasa bintik keringat berada di keningnya.

"Jisoo? Kau disana? Kumohon hubungi aku saat kau membuka ponselmu. Mr. Choi menghubungiku dengan suara beraura hitam. Cepat!"

Seungkwan menutup ponselnya.

Ia membuka pintu mobilnya dan berdiri tegak mencoba mengumpulkan oksigen. "Mr. Kang, mobilku, tolong."

Ia memberikan kuncinya pada pria tinggi kurus penjaga pintu. Ia berjalan berat— sangat berat menuju pintu kaca tebal yang siap membuka diri untuknya. Namun ia enggan.

Hari ini ia mendapatkan telepon dari mertuanya, Mr. Choi, bisa dikatakan CEO-nya. Itu bukan hal yang bagus mengingat artis yang ia manageri sedang dalam masalah— membolos kerja selama tujuh hari.

Ini dua minggu semenjak mereka pulang dari Milan dan Jisoo sulit dihubungi. Sebenarnya Jisoo tidak pergi kemanapun. Ia hanya meminta untuk beristirahat di apartemen tuanya.

Seungkwan memakluminya karena Jisoo baru saja melakukan syuting dengan, well, Kim Mingyu dan Yoon Jeonghan.

Mereka dua keparat yang dibenci Jisoo. Jika Jisoo membencinya maka Seungkwan juga. Beralasan itu, Seungkwan meminta ijin pada perusaahan dan okay, mereka mendapatkan ijin. Tetapi, masalahnya adalah Jisoo jarang mengangkat saat dihubungi, bahkan ponselnya sering mati.

Dalam sepanjang sejarah permodelan Jisoo, ia tak pernah begini. Ia pekerja keras. Sudah sering Seungkwan mengatakannya, kan? Pertama, Jisoo jarang meminta ijin. Kedua, ia selalu mengangkat telepon.

Seungkwan berjalan cepat menuju tangga artistik kebanggaan Mr. Choi dan berjalan ke kanan menuju ruangan diujung sana.

Ia sempat melirik pada pintu cokelat disamping kirinya, itu ruang pribadi Jisoo. Tempat dimana Seungkwan meletakkan koper dua minggu yang lalu. Plaster bening dipintu masih utuh, itu berarti belum ada siapapun yang masuk— satu-satunya yang memiliki kunci lain adalah Jisoo. Jadi kesimpulannya Jisoo belum datang sama sekali dalam waktu dua minggu.

Walaupun Mr. Choi adalah sosok yang menyenangkan namun ia sangat mengerikan jika marah.

Baru sekali Seungkwan mengetuk pintu, knop pintu sudah dibuka dari dalam ruangan. Hal itu membuat Seungkwan sedikit terperanjat.

"Ah, Seungkwan,"

"Ah, Seungcheol hyung," Seungkwan merasa kaget setengah mati. Ia mengira orang yang membuka pintu adalah Mr. Choi.

"Ada perlu dengan calon mertua?" Seungcheol menarik pintu untuk memberikan jalan untuk Seungkwan. Bibirnya tersenyum nakal melihat ekspresi Seungkwan yang menahan kecemasan. "Ada masalah?" Ia menambahkan.

"Urusan kantor," Seungkwan membalas singkat. Suaranya bergetar karena ini adalah pertama kalinya ia dipanggil secara pribadi oleh orang pertama di perusahaan.

"Jisoo?" Suara Seungcheol sangat pelan mendekati gumaman dan Seungkwan mengangguk.

"Masuklah. Setelah selesai temui aku di kafetaria. Aku ingin berbicara denganmu."

grand bébé [SEOKSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang