Chapter 8

852 115 3
                                    

Semenjak merajuknya Jisoo saat kepulangannya dari Tokyo, hubungan antara Seokmin dan Jisoo semakin lucu. Setidaknya begitu menurut Seokmin.

Seokmin menganggap Jisoo sebagai roommate seperti apa yang mereka deklarasikan saat pertama kali berkomunikasi dulu.

Sebuah peraturan baru dicetuskan malam harinya, saat Jisoo dengan giat melahap bubur kentang dengan irisan seledri halus buatan Seokmin.

"Mau tak mau, itu adalah peraturannya," disisi mulutnya yang penuh, Jisoo berujar.

"Membalas pesan dan mengangkat telepon?"

"Ya. Tunjukkan rasa respekmu pada roommate-mu. Kita harus saling mengkhawatirkan. Saling mencari jika salah satu dari kita tidak ada di rumah. Bukannya harusnya begitu?" Dan Jisoo masih giat dengan acara makannya.

Seokmin tersenyum antara senang karena Jisoo melahap makan malamnya dengan baik dan karena sesuatu yang lain. "Apa kau melakukan hal yang sama dengan Seungkwan?"

"Tentu saja."

"Kau mengiriminya pesan jika ia tidak ada di rumah?"

Kunyahan pada mulut sang model melambat. "Hmm, ya. Kami saling bertukar pesan."

"Aaaa, begitu. Lalu kapan terakhir kau mengirim pesan atau menghubungi Seungkwan?"

Mata Jisoo memandang Seokmin sebentar kemudian meraih smartphone empat inchinya di atas meja. Keningnya berkerut samar dan giginya menggigit bibir bagian bawahnya.

"Apa ini?" ia terus menarik garis vertikal ke bawah pada layar smartphone-nya. "Seungkwan tidak ada dalam list recent call-ku."

Tatapan dan senyum menyebalkan adalah jawaban Seokmin untuk Jisoo. "Lalu?"

"Bahkan sudah dua minggu semenjak aku berbicara dengan Johnny," Jisoo bermonolog. Ia menurunkan mangkuknya pada meja, melipat kakinya di sofa, lalu mengamati ponselnya dengan lebih cermat.

"Mama," ia mengetik sesuatu pada ponselnya kemudian diam.

"Kau bahkan lupa kapan terakhir mengirim pesan pada orang-orang terdekatmu. Lalu kenapa kau seperti orang kesetanan saat aku tidak mengangkat telepon darimu?"

"Karena aku yakin mereka baik."

"Berarti kau tidak yakin bahwa aku baik?"

"Aku tahu kau baik."

"Kemudian?"

Aku yang tak baik jika tak mendengar kabar darimu, hantu bodoh!

"Aku tak akan mengulanginya," Jisoo diam, meneruskan makannya, dan mengabaikan Seokmin yang sedang tersenyum dihadapannya. Senyum yang menyebalkan.




***




Seokmin membuka mata saat ia merasa suhu ruangan sedikit menghangat. Kamar itu tak berjendela, jadi tak ada bantuan cahaya apapun untuk dijadikan indikator bahwa pagi telah menjelang. Ia mengerang lembut mencoba untuk membuka kelopak mata yang kian hari kian malas untuk sekedar terbuka di pagi yang sejuk.

grand bébé [SEOKSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang