Chapter 4

1.2K 142 5
                                    

Seperti hal yang biasa Seokmin lakukan, ia berdiri di tepi jendela kaca, matanya memandang pada pejalan kaki yang berlalu lalang di trotoar. Ia selalu bernostalgia atas segala sesuatu yang ia lakukan di masa lalu— dimasa ia masih menjadi manusia.

Dulu ia sangat populer. Nama Lee Seokmin pada masanya sangat dielu-elukan. Ia seorang pianis. Ia rindu masa itu, masa ia bisa merasakan hangatnya dunia.

Tangan Seokmin menempel pada skat kaca, menekan-nekan lembut pada bagian kayu itu seolah-olah ia sedang memainkan piano. Matanya tertutup, seakan ia mendengar merdu karya tangannya. Masa itu— masa dimana ia masih sangat jelas mendengar tepuk tangan para fans.

"Ap... apa yang kau lakukan?"

Seokmin menoleh pada sumber suara. Jisoo. Dia baru saja mandi. Seokmin bisa menghirup lotion beraroma green tea menguar mengabuti ruangan.

Tentang hangat dunia, tiga puluh tahun meninggal, Seokmin belum pernah merasakannya lagi. Namun kali ini berbeda. Jisoo yang sedang memakai piyama pink dihadapannya ini telah merubah segalanya.

Bukan tentang bagaimana bisa Jisoo menjadi alasan atas rasa lapar dan mengantuknya yang begitu manusiawi. Tetapi Seokmin seperti merasa bahwa ia butuh bernafas tiap kali bersinggungan dengan Jisoo. Walaupun ini aneh, tetapi ini membuatnya nyaman.

"Apa yang kau lihat?"

Jisoo bukan hanya berbeda dari orang pada masa Seokmin hidup namun juga berbeda dengan orang pada jaman sekarang. Dulu ia hidup sebagai seorang idol, ia tahu betul bagaimana kehidupan para pengisi kehidupan panggung keartisan.

Bagaimana cara mendandani dirinya. Semuanya tidak ada yang berpolah seperti Jisoo. Orang jaman sekarang pun tak seperti Jisoo, yang bangun saat matahari belum muncul dan melakukan pekerjaan rumah. Ia model, umumnya orang dengan profesi itu akan enggan melakukan pekerjaan rumah.

"Kau melamun, Lee Seokmin?"

Bahkan Jisoo ini begitu manis. Ia bermurah hati membiarkan Seokmin tinggal di apartemennya. Ya, walaupun secara teori apartemen ini adalah milik Seokmin, tapi officially bangunan ini adalah milik Jisoo.

Seokmin teringat bagaimana si mungil bermata rusa ini menawarinya sebuah alpukat untuk sarapan. Kau sungguh manis, Jisoo.

"Yak! Lee Seokmin...!"

Dan yang terpenting, Seokmin merasa bahwa ia masih berusia 32 tahun. Ya, ia masih 32 sekarang. Karena ia yakin, gejolak di dadanya ini benar-benar perasaan yang dasarnya tumbuh di usia itu. Bukan di usianya yang 63 seperti sekarang.

"Kau mulai menyebalkan!"

Seokmin merasa goncangan di bahunya berhenti.

Sedari tadi Jisoo menegurnya, berjalan ke arahnya, mengibaskan tangannya di depan mata Seokmin, dan berakhir dengan menggoncang lengan Seokmin. Seokmin tak bergeming, ia ingin merasakan interaksi ini. Disaat ia bisa saling menyapa dengan manusia dan merasakan sentuhannya. Merasakan suhu tubuh Jisoo yang menenangkan.

Ini nyata. Ini benar-benar bukan delusi Seokmin. Jisoo nyata dan benar-benar ada di hadapannya.

Grap!

grand bébé [SEOKSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang