Chapter 9

825 106 3
                                    

Seokmin berdiri di sisi kaktus-kaktus Jisoo saat sesaat sebelumnya ia mendengar suara pintu apartemen yang tertutup. Ia juga dapat melihat mobil milik Seungkwan melewati pekarangan apartemen.

Dari keanehan demi keanehan yang terjadi padanya, Seokmin memutuskan untuk berhenti mempedulikannya. Ia tak lagi peduli kenapa ia berubah menjadi sedikit manusia. Ia sudah tak lagi ingin tahu ada apa dengan dirinya dan Jisoo.

Yang ia pikirkan saat ini adalah kenapa ia dan Jisoo sering sekali bersitegang hanya karena masalah sepele. Jisoo sering sekali marah padanya hanya karena masalah yang harusnya bukanlah sebuah masalah.

Apa Jisoo merasa sangat terganggu dengan keberadaan Seokmin?

Apa Jisoo merasa keberatan karena Seokmin berada di apartemen?

Menghela nafas sebentar, Seokmin memilih untuk berjalan menuju pintu apartemen. Disana ia berhenti menatap sneaker merah milik Jisoo yang ia kenakan tadi pagi.

Jisoo sangat menjunjung tinggi kebersihan apartemen, namun pagi ini dengan sepatu yang masih menempel di kakinya, Jisoo masuk ke kamarnya. Bibir Seokmin tersenyum samar. Berjongkok kecil, Seokmin meraih sepatu yang tergeletak tengkurap itu dan menaruhnya pada rak sepatu.

Ia duduk di depan pintu apartemen dan memandang pintu cokelat pekat itu dengan tatapan lelah.

Semenjak ia meninggal sampai dengan hari ini, Seokmin belum sekalipun mengintip keadaan di balik pintu itu. Berapa tahun berlalu? Seokmin bahkan enggan membahasnya lagi.

Ia berharap, nanti ada saatnya ia keluar dari ruangan ini dan mengintip seperti apa dunia luar.

Apa ia bisa?

Menggelengkan kepala sebentar kemudian Seokmin beranjak berbalik menuju ruang yoga. Ruang yang selama puluhan tahun ini ia gunakan untuk menanti jawaban kenapa ia tak segera terbang ke surga.

Kenapa ia masih saja dibiarkan tinggal di dunia ini? Apa rencana Tuhan dibalik semua ini? Jika diijinkan untuk berharap, Seokmin berharap bahwa alasan itu berhubungan dengan Jisoo. Sekali lagi, dengan Jisoo.




***








Jisoo duduk pada sofa motif zebra di studio perusahaannya. Ia beristirahat setelah melakukan pemotretan untuk iklan sebuah bank swasta.

Ia tak begitu peduli apa nama banknya. Itu tak penting. Ia menimang ponsel yang sudah tiga hari tidak berdering sama sekali.

Tak ada orang terdekat yang menghubunginya. Ibu, ayah, bahkan kakaknya, tak ada satupun dari mereka yang menghubungi Jisoo.

Seungkwan pun lebih memilih langsung datang menyambanginya daripada menghubungi Jisoo melalui sambungan telepon.

Seorang model tampan, cantik, imut menjadi satu secara bersamaan berusia 27 tahun dan ponselnya tak pernah berdering. Kasihan sekali.

Matanya melirik jam dinding sebentar dan menemukan bahwa sekarang pukul enam sore. Matanya masih mengedarkan pandang kesana dan kesini berharap Seungkwan muncul dari salah satu dari empat pintu di ruangan itu. Acara pemotretan sudah selesai satu setengah jam yang lalu. Bahkan Jisoo sudah membersihkan wajahnya dari make-up.

grand bébé [SEOKSOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang